TEH & KOPI PAGI

No pain no gain – whort it lah.

BANDUNG BARAT, akwnulis.com. Setelah shalat shubuh dua rakaat tadinya bersiap untuk jogging pagi sambil memaknai hari di tempat yang begitu menyegarkan dengan suasana alami yang mendamaikan. Tapi niat harus berbeda dengan kenyataan, karena ternyata hujan rintik jadi melebat ditambah suhu dingin yang tega menerobos hingga ke tulang. Apalagi dikala meraba sekrup titanium yang tertanam abadi di kaki kiri, terasa lebih dingin dan ada tambahan rasa ngilu. Gawat nich, ternyata kemaceuhan kemarin sore hingga malam menghadirkan konsekuensi kesakitan. No pain no gain-lah. Rasa sakit ini terobati dengan untaian kalimat dari pak bos, ‘This is one of the best performance’ ceunah.

Lalu disaat mendudukan kembali posisi di pinggir tempat tidur, ternyata bukan kaki saja yang linu tetapi sekujur tubuh juga terasa pegal dan tak nyaman. Ya sudah diputuskan saja mengambil obat mujarab dari celah – celah kehidupan, obat alami yang Illahi anugerahi kepada insani. Yakni merebahkan kembali diri di peraduan yang empuk, menyelimuti diri dengan janji dan tariklah nafas panjang sambil relaksasi. Dijamin hanya berapa tarikan nafas, maka akan beralih kembali ke alam mimpi yang penuh dengan khayalan serta ketenangan yang tidak abadi tapi minimal menjadi obat mujarab dari semua kelelahan ini… Zzzzz.. zzzz.

Ternyata tak ada mimpi yang terlintas dan dialami, terasa begitu sekejap waktu. Padahal pas mata terbuka, cahaya mentari terang – terangan menerobos dam mengingatkan bahwa pagi sudah menjelang dan tugas selanjutnya menanti untuk segera dikerjakan. Melirik jam digital yang tergolek di meja samping ranjang, mata terbelalak. 2 jam sudah tidur lelap  bada shubuh tanpa mimpi sedikitpun.

Badan terasa lebih segar dan linu di kaki kiri sudah menghilang, maka segera bergegas ke kamar mandi. Meraih knop bathtub lalu memijitnya untuk membiarkan air panas dan dingin bercampur untuk mengikuti ritual pagi ini.  Berendamlah dan tak lupa sikat gigi sambil memandang ke arah lembah menghijau melalui jendela yang terbuka.

Melengkapi moodboster pagi ini tentu tak lupa kombinasi sajian minuman yang saling mempengaruhi. Secangkir teh yang harum berdampingan dengan secangkir kohitala (kopi hitam tanpa gula) dibuat dan disajikan agar berjajar berdampingan diatas meja kayu di balkon villa yang begitu akrab dengan suasana alam sekitarnya.

Sruputan perdana secangkir teh begitu menyegarkan dilanjutkan sruputan selanjutnya, sruputan yang begitu menguatkan dan memberi inspirasi pagi untuk dilanjutkan beraksi meski tetap harus hati-hati. Ingat kondisi kaki yang pernah cidera karena memenuhi hasrat sebuah komitmen untuk disiplin tepat waktu dan berusaha menjadi teladan meskipun itu bukan segalanya.

Sruput lagi, nikmat pisan. Kopi trubruk sajian villa hotel ini ternyata lumayan juga. Meskipun tidak tahu merknya tapi dari keharuman yang hadir, ada standar kopi yang dipegang sehingga mampu menghadirkan rasa yang lumayan. Alhamdulillah.

Selamat mengopay kawan, dimanapun kapanpun dan tulislah pengalaman itu. Happy monday, Wassalam (AKW).

***

Lokasi :
THe GREEN FOREST RESORT
Jl. Sersan Badjuri 102 KBB

Habisnya KOPI TUTU BADUY.

Menikmati bersama kopi tutu baduy.

BANDUNG, Akwnulis.com. Pasca menulis tentang HUNTING KOPI TUTU BADUY dan juga video di channel youtubeku terkait perjalanan menuju dan beredar di Kasepuhan Ciptagelar Kabupaten Sukabumi yang menggelar acara seren taun 2022 di tempat yang baru yaitu di wilayah yang dinamakan Gelar Alam. Ternyata banyak yang nagih pingin mencicipi kopi tutu baduy ini.

Padahal dapat kopinya cuma satu bungkus, sebungkus yang berharga. Karena penuh perjuangan untuk mendapatkannya, yaitu 250 gram alias seperempat kilogram dan sudah dalam bentuk bubuk siap seduh.

Bingung atuh, banyak yang ingin mencoba tapi kopinya terbatas. Maka demi kebaikan bersama, kopi tutu baduy ini harus segera dinikmati oleh banyak orang tapi dengan prinsip ‘mimilikan’ atau menjad rejeki bagi seseorang karena sudah takdirnya.

Ternyata, di jumat pagi semuanya terbukti. Pada saat menjambangi kawan-kawan yang bertugas di area monumen perjuangan jawa barat, disinilah kopi tutu baduy digelar. Berlokasi di tenda luar dekat mushola, air dijerang hingga mendidih. Gelas gelas disiapkan dan gula juga dihadirkan khusus untuk yang merasa belum manis hehehehe.

Bapak Ohim segera beraksi, ditemani kang Agung dan rekan – rekan kamdal Monumen perjuangan termasuk abah Wawan langsung menubruk kopi tutu baduy dengan air panas yang menggelegak. Curr…. hmmn keharuman kopi organik menyebar dan memberi rasa nikmat sebelum disruput tentunya.

Kocekan sendok hanya untuk melarutkan air dan kopi. Gula disisihkan karena akan merusak rasa asli kopi yang mungkin terasa pahit bagi sebagian orang, padahal ada rasa lain yang begitu luar biasa.

Sruput dulu bersama-sama guys… slruup.

Sebuah rasa hadir berkumpul di mulut dan membuat lidah mengecap sebuah body kopi medium dengan less acidity dan aftertastenya yang menyegarkan serta keharuman alami organiknya.

Diikuti oleh tubrukan kopi di cangkir lainnnya dan dinikmati bersama di kesegaran pagi sekitar monumen perjuangan jawa barat. Ternyata, semuanya menyukainya dan akhirnya tandas sudah 250 gram kopi tutu baduy hasil hunting di acara puncak seren tahun di Kasepuhan Ciptagelar ini.

Kenapa ini diceritakan?.. tentunya sebagai jawaban dari permintaan para kolega yang kabita dengan kopi tutu organik ini hehehe. Ternyata kopinya sudah habis dinikmati bersama. Maafkan semuanya.

Tapi jangan pada pundung ya, dan berkecil hati. Karena kopi tutu baduy tentu masih ada, tetapi bukan di tangan penulis lagi. Adanya di baduy dan di onlen hehehehe. Selamat malam semuanya. Salam Ngopay, Wassalam. (AKW).

MORNINGLATTE Time

Sebuah kombinasi langka.

BANDUNG, akwnulis.com. Kesempatan dalam kehidupan terkadang kita lewati begitu saja, ataupun malah menjadi keluhan karena ketidaknyamanan sesaat. Padahal momentum tersebut adalah saatnya untuk semakin tawaddu dan bersyukur.

Seperti pagi ini, dikala sedang menikmati siraman cahaya mentari yang kaya dengan vitamin alamiyang menyapa kulit wajah, rambut dan sebagian badan ini terasa begitu hangat dan lembut. Tetapi di meja sebelah malah terdengar keluhan, “Pindah yuk, silau dan panas nich” lengkap dengan mimik wajah cemberut.

Padahal bisa menikmati hadirnya sinar mentari pagi adalah berkah kesempatan yang tidak bisa dirasakan setiap hari. Hari kerja maka jam segini sedang berjibaku dengan kemacetan dan detak jantung berdebar cepat sambil memandang jam digital yang seolah berlari kencang.

Manakala diberikan libur, biasanya tantangannya adalah rasa cape dan kemalasan untuk berpisah dari selimut dan bantal yang melenakan.

Jadi kesempatan inilah yang menjadi begitu bernilai, apalagi teman setia yang penuh misteri hadir menemani yaitu secangkir kopi versi cafelatte tanpa gula yang tersenyum penuh makna, maka nama yang cocok adalah morninglatte, yuhuu….

Dikala sinar mentari semakin hangat di wajah maka cangkir morninglattepun mulai disentuh dan diangkat mendekati mulut.

Srupuut…. aaah, nikmat.
Lagi, … sruput.

Alhamdulillahirobbil Alamin, sebuah rasa dan suasana bersatu dalam momentum pagi ceria. Ditemani kicau burung dari tebing rimbun kehijauan dan semburat cahaya keemasan menambah epik suasana pagi ini.

Selamat memaknai pagi dan bersyukur atas nikmat Illahi. Wassalam (AKW).

Love & latte

Sejumput cinta tanpa raga.

BANDUNG, akwnulis.com. Kehadiran diri untuk menikmati secangkir kopi di pagi hari tak tertahan lagi. Maka segera bergegas memandang kanan kiri mencari kedai kopi yang mungkin sudah pantas untuk dijambangi.

Ternyata gayung bersambut dengan beberapa pilihan kedai dan cafe. Asyiik.

Order V60 ya”

Maaf kakak, V60nya belum ready”

Ugh.. sebuah pukulan tanpa raga terasa menyentuh dada. Menyelinap sedikit kecewa.

Ini beannya dan corong V60 ada mas?” Sebuah tanya memberondong sang pelayan yang memandang iba.

Beannya ada, cuma kertas filternya habis kak, maaf ya”

Oalaah ternyata selembar kertas yang menjadi masalahnya. Tetapi kalau dipaksa dengan kertas koran mungkin bisa jadi sajian kohitala, tetapi akan tercampur dengan lunturan berita yang sudah kehilangan makna.

Demi sebuah perjuangan rasa, akhirnya berdamai dengan menu yang ada dan menjatuhkan pilihan pada cafelatte no sugar.

***

Tak lama kemudian, datanglah segelas latte dengan siluet hati di permukaannya. Seolah memberi kejutan bahwa ada ungkapan cinta disana. Padahal memang tarikan yang paling mudah dalam penuangan latte ke gelas adalah menghasilkan siluet gambar heart perlambang cinta.

Jikalau tidak percaya, request aja ke baristanya bahwa pesan latte dengan siluet gambar permukaannya kelenci… eh kelinci (rabbit) maksudnya… dijamin sang barista ampun-ampunan.

Sudahlah nggak usah kecewa dengan ketidakhadiran kohitala V60, mari seruput sajian ini, segelas latte dengan permukaan siluet cinta. Selamat pagiii… Wassalam (AKW).

Kemalasanmu begitu menggemaskan.

Tapi sangat sukaaaa….

CIKUTRA, akwnulis.com. Pagi masih sendu dikala bersua dengan kemalasanmu. Tetapi sentuhan kelembutan akhirnya meluluhkan sebuah niat untuk menjauh, malah kembali dekat dan penasaran dengan segala tindak.

Kerlip mata sayumu menyiratkan kemalasan, tetapi itulah daya tarikmu. Disaat kedua mata tertutup dan dagu menempel beralaskan kedua tangan, terlihat betapa nikmatnya menjalani kehidupan.

Saat sebuah tanya meluncur, “Apa kabar kawan?”

Baik Kaka”

Nikmat sekali dikau merem melek di pagi hari”

Dikau menjawab sambil tersenyum membuas, “Ini hiburan termurah dan termudahku kawan, ngantuk ya tinggal bobo, setujukan?”

Sebuah anggukan dan sedikit senyum kepasrahan harus ditampilkan, demi menjaga mood di pagi sendu ini kawan.

Trus selain bobo, apa lagi hiburan mu?” Rangkaian kata muncul karena penasaran.

Ini hiburan selanjutnya” gitu jawabannya sambil memperlihatkan keller kaca berisi bean arabica gayo fullwash yang tinggal sepertiga.

Buset, ternyata penyuka kopi juga. Cocok dong. Akhirnya sambil merem melek tetap berbincang dan dikenalkan sama Kak Firda, Barista Kopi Kitaku.

Munculllah urusan teknis manual brew, diawali dengan panas air seduhan 92° celcius, 15 gram beannya hingga komposisi dan posisi badan pas nyeduh bean agar berekstraksi sempurna…. Yummy… ternyata menikmati proses juga menyenangkan kawan.

Akhirnya sebuah sajian manual brew V60 hadir memenuhi ruang dahaga pagi ini. Disruput perlahan sambil tetap memantau sesosok mahluk malas yang sangat menggemaskan.

Selamat minum kawan.

Selamat menikmati hiburan paling sederhanamu sekaligus bagaimana menikmati sebuah proses yang berujung kenikmatana juga. Alhamdulillah… srupuut. Wassalam (AKW).

Jumat Pagi & Anosmia.

Renunganku di kehangatan Jumat Pagi

Bandung, akwnulis.com. Sebuah kata yang menjadi trending saat ini adalah anosmia. Sedang menjadi hits dan sering disebut dalam terpaan gelombang kedua pandemi covid19 yang sedang melanda. Ya, karena arti yang dihadirkan adalah kehilangan indra penciuman dan diyakini merupakan gejala yang dirasakan oleh raga dikala virus covid19 sudah berada di dalamnya, merajalela.

Pada saat penciuman menghilang perlahan dan akhirnya sama sekali tidak bisa membaui, disitulah rasa khawatir merayapi hari dan menggerogoti keyakinan akan terjadi sesuatu yang lebih parah. Seolah dunia akan runtuh dan kehidupan ini berakhir. Titik.

Maka hadirlah tangis menguasai raga, ketidakpercayaan dan sesal tiada hingga melingkupi pikiran dan psikis kita. Panik hadir dengan tiba-tiba dan terasa bahwa ini tragedi dan akhir kehidupan kita.

Apalagi dilengkapi dengan hilangnya indera perasa, membuat semua rasa itu hambar tanpa makna. Kesedihan dan kebingungan melanda.

Disinilah sebuah takdir Tuhan memerankan kekuatannya, memperlihatkan betapa kecilnya manusia yang terkadang masih banyak berlaku dzolim dan jumawa serta tidak mau bersyukur atas semua nikmat kehidupan ini.

Padahal penciuman dan perasa itu baru sebagian kecil nikmat yang diberikan Allah Subhanahu Wataala. Sangat banyak nikmat – nikmat lainnya yang melingkupi detik demi detik, menit dan menit kehidupan kita.

Selama ini seolah biasa saja, bahwa bisa mencium dan merasakan lezatnya rasa adalah biasa saja….. dan kita tidak atau jarang mensyukurinya.. Astagfirullohal Adzim.

Kembalikan indera saya, Yaa Allah Sang Maha Hebat….”

Sebuah ratapan berbuah tobat, sebuah keinginan bangkitkan insyap serta setahap ikhlas menjadi pendewasa dalam memaknai indahnya kehidupan fana.

Maka kesabaran dan keikhlasan ini menjadi nilai tak terhingga, dan memberi kepasrahan serta ketenangan dalam menjalani fase anosmia ini. Sembari tentu ikhtiar dalam memgkonsumsi vitamin dan makanan serta buah-buahan segar agar imun tubuh stabil dan meningkat plus obat yang diharuskan mengawal kesembuhan.

Dari semua usaha duniawi, maka  munajat doa dalam kesabaran dan keikhlasan. Dzikir rutin serta membaca ayat Alquran adalah cara universal seorang muslim untuk berserah diri dan memohon, begitupun dengan saudara kita yang memiliki keyakinan berbeda, masing-masing punya cara untuk mendekati Tuhannya.

Sehingga cukuplah anosmia sebagai gejala ringan saja yang dihadapinya dan dapat segera sembuh kembali serta pulih seperti sediakala.

Sebuah hikmah telah berbuncah, seikat syukur menyeruak cerah, ikhtiar terus ke segala arah, sabar dan taubat obat terindah. Selamat memaknai hangatnya jumat pagi, Wassalam (AKW).

Coffee & Me.

Cerita kopi & sejumput motivasi..

Secangkir Kopi di Pagi hari, memupuk Harapan & Keberkahan Pagi ini

Photo : Americano & Sirih Gading / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Itulah rangkaian kata yang hadir tanpa banyak bertanya dan diabadikan menjadi caption bersama frame photo yang senada. Photo sederhana dimana secangkir americano berpadu dengan tanaman sirih gading yang segar dan sudah lebih dulu terpublikasi di laman Instagramku : @andriekw.

Tulisan singkat itu adalah penyemangat, dan menguatkan motivasi agar diri ini senantiasa berfikir optimis dan tidak mudah menyerah atas keadaan. Meskipun memang rangkaian proses adaptasi terus dilakukan demi sebuah makna profesionalisme dan menjaga komitmen sekaligus belajar lebih mendalam tentang makna sebagai pelayan di dunia birokrasi yang penuh dinamika serta tantangan.

Awalnya tentu dapat dirasakan atau dibaca pada tulisan ‘Kopi Adaptasi‘, lalu bergulir seiring waktu maka hadirlah tulisan singkat lain yang tak jauh dengan sikopihitam atau kohitala (kopi hitam tanpa gula). Meskipun kalau urusan menulis tentang kopi sudah dijalani 2 tahunan lho…. menulisnya santai saja tetapi yang coba dipertahankan adalah konsistensi.

Ngobrolin konsistensi, yang coba dilakukan simple banget kok. Rutin menulis dan upload di blog, titik. Nah nulisnya diusahakan bertema dan tema utama adalah Ngopay dan Ngojay, alias dunia perkopian dan sesekali tentang kolam renang atau sambil berenang sekalian… atau jika sedang hoki, bisa dapet satu framenya adalah gambar secangkir kopi dan pemandangan kolam renang…. tapi itu jarang, mungkin entar ditulisan selanjutnya.

Bisa juga sebagai variasi, nggak musti sajian kopi. Tapi pilihan menu lain yang masih berkerabat dengan kopi di buku menu yang tersaji. Seperti sajian hot matcha kali ini, jangan lupa minta disajikan plus double senyuman. Senyum sang penyaji sekaligus baristi juga seulas siluet senyum di permukaan gelas yang penuh arti.

Photo : Hot Matcha / dokpri.

Jadi, mari menulis dengan semangat ODOA (one day one article)…… ini terinspirasi dari ODOJ (one day one juz) …. persiapan menyambut bulan ramadhan dimana harus diperjuangkan dan dilaksanakan mengaji 1 juz per hari sehingga satu bulan bisa khatam 30 juz, Bismillah.

Kembali urusan kopi, ternyata memang itulah sumber inspirasi. Meskipun harus diyakini bahwa sebuah kebetulan itu tidak murni kebetulan. Itu semua sudah ada catatannya di langit sana (baca : Lauh mahfuz) hanya saja kita sebagai manusia diberi berkah ketidak tahuan, agar apa?…. agar kita senantiasa mengambil hikmah atas semua kejadian. Apakah menggerutu atau ikhlas terhadap kenyataan nasib, apakah bersyukur atau takabur dengan segala kemudahan hidup ini, itu pilihan masing – masing.

Seperti gambar ‘Soto & Kopi’, itupun sebuah momentum yang hadir tanpa reka dan yasa alias rekayasa. Karena terjadi dikala akan sarapan pagi di salah satu rest area Tol Cipali sekaligus order secangkir kopi tubruk, ditubruk pelan – pelan saja dan dihadirkan tanpa gula.

Photo : Soto & Kopi / dokpri.

Nah mereka bersanding dalam frame gambar dan melengkapi koleksi photo per-kopi-anku yang kembali memberi motivasi untuk terus berkarya meskipun sederhana.

Ini kopiku, mana kopimu?”

Selamat pagi dan selamat memaknai hari demi hari, Wassalam. (AKW).

MUTIARA HIJAU MUDA

Olahraga pagi & berjumpa dengan mutiara hijau muda.

BojHaleu, akwnulis.com. Pagi yang cerah diisi dengan momen bercengkerama bersama alam. Mencoba meresapi kemasing-masingan meskipun bersama karena masih takut dengan droplet yang berterbangan manakala bercakap bersama kawan setia.

Bersepeda berdua adalah pilihan tepat, karena bisa memaknai keindahan pagi tanpa khawatir terjebak kerumunan yang hadir jika gowesnya berombongan.

Bukan tidak mau, tapi khawatir pas istirahat bersama setelah gowes terus ‘meriung‘ botram bersama komunitas. Biasanya klo makan minum, dipastikan masker dibuka bareng-bareng. Disitulah kemungkinan sicovid berkeliaran… jadi maafkan jikalau menghilang dulu dari peredaran.

Setelah lelah bersepeda, maka perlunrehat sejenak sambil bercengkerama dengan alam sekitar yang memghijau menyegarkan.

Sembari beristirahat di keteduhan, tak sengaja melihat sebuah …. atau lebih tepatnya sekumpulan mutiara muda hadir dihadapan. Berbaris rapih dalam nuansa kehijauan. Salah satu ciptaan Allah yang harus menjadi bentuk syukur kita, karena betapa indahnya dan presisi sehingga sangat menarik hati.

Memang tidak bisa memiliki tetapi sesaat bisa memandang sambil mengamati, relatif bisa mengobati keinginan memiliki dan menyadari bahwa sangat kecil untuk dibawa pulang apalagi dibuat sebagai bagian dari perhiasan.

Kenapa tidak bisa dibawa pulang?”

Karena ini bukan milikku, ini adalah mutiara muda milik alam yang selanjutnya mengikuti siklus kehidupan untuk menjalani takdirnya menjaga keseimbangan dan menuju kesempurnaan.

Sambil beristirahat dan menghirup udara pagi, kembali berbincang dengan pasangan yang juga bersemangat ‘sasapedahan‘, membahas banyak hal termasuk keberlanjutan nasib mutiara muda yang menawan.

Tak perlu lama menunggu kepastian, karena alam menjawab dengan caranya yang diluar perkiraan. Mutiara mudanya bergerak dan berubah menjadi pasukan baru yang lucu dan menggemaskan.

Inilah sebuah kenyataan yang membukakan mata bahwa apa yang kita lihat belum tentu seperti apa yang kita sangkakan. Maha Besar Allah dengan segala macam ciptaannya. Wassalam (AKW).

Menangkap Pagi.

Mengabadikan janji di detik pagi.

Photo : Sebuah pagi di Bandung Utara / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Memandangi birunya langit di sebuah pagi yang bersahaja adalah sebuah karunia. Apalagi ternyata puncak gunung dan bukit-bukitnya dihiasi awan putih bak kapas yang murni tanpa sentuhan kesalahan. Sebuah bukti keagungan Tuhan yang wajib disyukuri serta ditafakuri.

Maka luangkanlah waktu sejenak untuk berhenti, tarik nafas perlahan dan luaskan pandanganmu. Karena momen ini tidak terjadi setiap saat. Perhatikan lekuk alam yang indah dan murninya suasana pagi serta kesegaran alami dari udara bersih di pagi hari.

Karena, hadirnya pagi yang penuh keindahan ada waktunya, ada saatnya, ada detik dan menitnya.

Photo : Sebuah pagi juga / dokpri.

Coba saja biarkan 5 hingga 10 menit, maka suasana berbeda. Belum tentu ujung bukit pegunungan terlihat lagi karena tersaput awan atau malah lebih jelas karena mentari sudah meninggi.

Klo pengalaman sih, semakin siang, makin sulit mendapatkan suasana pagi yang penuh keindahan. Maka segera tangkap momentum ini dengan kameramu, atau kameraku. Paling praktis tentu kamera di smartphone.

Cetrek, dan nikmati. Lihat lagi hasilnya dan segera bersyukur atas kesempatan ini, masih bisa melihat dan mengabadikan lukisan alam Illahi di pagi yang penuh janji. Wassalam (AKW).

Kopi Pagi

Yuk ah…. ngopay lagi.

Photo : Kopi pagi / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Dikala mentari hadir dengan kehangatan hakiki, disitulah sinergi abadi terulang setiap hari. Apalagi hari ini, birunya langit begitu memukau dengan aura ketenangan yang tiada tara. Sungguh nikmat karunia kehidupan dari Allah SWT yang wajib disyukuri dan ditafakuri.

Hembusan angin yang lembut menyapa wajah hingga ke hati, menenangkan nurani dan memberikan tambahan semangat berbakti sesuai dengan tugas dan target hari ini, besok dan lusa lagi.

Maka jangan disia-siakan momentum ini, ambil kesempatan dengan meraih smartphonemu, bidik… abadikan…

Cekrek!…

Frame indahnya pagi yang membiru sudah berhasil terdiam di memori handphone. Dengan sentuhan kasih sayang teknologi, maka tanpa berlama-lama akan segera berkelana di dunia maya melalui proses upload di media sosial dengan beraneka tagar dan caption serta tring…..

…..menanti respon siapapun didunia sanaaa.

Eh ada yang lupa, ambillah secangkir kopi hitam tanpa gula dan abadikan bersama pagi yang ceria.

Hati-hati dengan penantian respon di medsos berupa like, jempol dan juga komentar. Biarkan itu berproses, jangan terjebak oleh banyaknya jempol dan komentar di medsos kita, karena itu adalah kenikmatan semu belaka.

Paling penting adalah sebuah nikmat syukur atas lukisan tuhan pagi ini sudah diabadikan dan tentu disyukuri dengan dzikir serta kerendahan hati.

Selamat pagi, selamat menyeruput kopi dan memaknai pahitnya kopi ternyata menyimpan manisnya rasa syukur yang sangat berarti. Wassalam (AKW).