KOPI & PROFESIONALISME

Sajian Kopi Sumba & arabica Gununghalu natural anaerob sebagai obat penahan lelah.

BANDUNG, akwnulis.com. Hari jumat ini ternyata menumpuk aneka tugas dan pekerjaan, sementara kondisi phisik sebetulnya masih kelelahan karena baru landing tengah malam di bandara cengkareng jakarta dan perjalanan ke bandung tersendat oleh perbaikan jalan di sepanjang jalan tol cikampek setelah turun tol layang hingga memasuki tol cipularang, ditambah dengan ke kantor dulu di bandung dan baru menuju cimahi, tepat pukul 04.00 wib baru bisa masuk ke rumah dan bersua air hangat plus say hello sama keluarga.

Tapi pagi tetap harus ngantor karena tugas kedinasan menanti. Itulah makna profesionalisme, lelah itu manusiawi tapi janji dan sumpah sebagai abdi negara adalah bagian dari pengabdian diri. Jadi ngantuk dan terlelap terpaksa di manage di sela – sela tugas yang bejibun. Tampilkan wajah wibawa meskipun guratan lelah tak bisa disembunyikan dari wajah dewasa ini, ahay dewasa cuy.

Hayu semangaaat….

Meeting pagi membahas manajemen resiko dengan sesekali kantuk dan heuay.. eh menguap…  dan dijeda shalat jum’at, disinilah rasa kelelahan itu begitu kuat mencengkeram sehingga hanya terdengar salam pembuka “Assalamualaikum Wr Wbr…” dan tiba-tiba sudah Iqomah…. cepat sekali khutbah jumat kali ini.

Padahal sebelum shalat jumat sudah di booster oleh seduhan kopi Sumba oleh-oleh bu Okti yang dinikmati bersama dengan seduhan manual Teh Santi sang Baristi TUpim. Rasanya cenderung body flat meskipun labelnya arabica tetapi karena sudah berbentuk bubuk halus maka sulit untuk memilih rasa yang spesifiknya, lalu ada sentuhan rasa rempah yang sulit didefinisikan, mirip aroma kapulaga atau kayu manis tapi takut salah, ya sudah nikmati saja.. eh ternyata pas khutbah jumat tetap terlelap.

Maka sesi siang dengan meeting yang berkejaran ini perlu di doping lagi. Sekarang giliran Ucup Sang Barista yang beraksi, dengan pilihannya adalah kopi arabica Gununghalu natural anaerob yang juga kiriman dari pak Bos Priyo Dinas Perkebunan, nuhun mas Yo.

Karena masih berbentuk biji, maka prosesi penggrinderan memberi sensasi berbeda. Suara grinder menghancurkan biji menjadi musik tersendiri, begitupun aroma harum yang mendamaikan sesuai ruangan adalah salah satu berkah kehidupan. Apalagi pas penyeduhan, aroma semakin kuat menggoda indera penciuman, segaar.

Nggak pake lama, langsung disruput saja sambil menunggu rekan-rekan untuk kumpul rapat sesi pertama. Rasanya santuy dengan body dan acidity medium serta aftertaste lemon dan kacang tanah. Cukup menyegarkan dan memberi ketenangan meskipun rasa kantuk tetap hadir meskioun bisa tertahan.

Alhamdulillah hingga magrib menjelang, 4 agenda rapat bisa dituntaskan. Meskipun tentu ada kekuranglengkapan, tapi minimal persiapan kegiatan dengan dana APBN sudah mulai tergambar. Lalu aplikasi SURABI juga bisa mulai diinput dan antisipasi, termasuk pembahasan tentang usulan Inovasi daerah serta terakhir adalah kaitan persiapan agenda sabtu minggu yang juga butuh koordinasi dan pengertian.

Ah udah ah jangan ngobrolin kerjaan, sekarang mari lanjutkan menyeruput kohitala arabica gununghalu anaerob yang masih tersisa. Nikmat nian kawan, sesaat rasa kantuk dan lelah teralihkan. Tapi jangan lupa, harus segera pulang agar bisa bercengkerama dengan anak istri yang telah 3 hari ditinggalkan demi tugas lintas pulau. Wassalam (AKW).

Habisnya KOPI TUTU BADUY.

Menikmati bersama kopi tutu baduy.

BANDUNG, Akwnulis.com. Pasca menulis tentang HUNTING KOPI TUTU BADUY dan juga video di channel youtubeku terkait perjalanan menuju dan beredar di Kasepuhan Ciptagelar Kabupaten Sukabumi yang menggelar acara seren taun 2022 di tempat yang baru yaitu di wilayah yang dinamakan Gelar Alam. Ternyata banyak yang nagih pingin mencicipi kopi tutu baduy ini.

Padahal dapat kopinya cuma satu bungkus, sebungkus yang berharga. Karena penuh perjuangan untuk mendapatkannya, yaitu 250 gram alias seperempat kilogram dan sudah dalam bentuk bubuk siap seduh.

Bingung atuh, banyak yang ingin mencoba tapi kopinya terbatas. Maka demi kebaikan bersama, kopi tutu baduy ini harus segera dinikmati oleh banyak orang tapi dengan prinsip ‘mimilikan’ atau menjad rejeki bagi seseorang karena sudah takdirnya.

Ternyata, di jumat pagi semuanya terbukti. Pada saat menjambangi kawan-kawan yang bertugas di area monumen perjuangan jawa barat, disinilah kopi tutu baduy digelar. Berlokasi di tenda luar dekat mushola, air dijerang hingga mendidih. Gelas gelas disiapkan dan gula juga dihadirkan khusus untuk yang merasa belum manis hehehehe.

Bapak Ohim segera beraksi, ditemani kang Agung dan rekan – rekan kamdal Monumen perjuangan termasuk abah Wawan langsung menubruk kopi tutu baduy dengan air panas yang menggelegak. Curr…. hmmn keharuman kopi organik menyebar dan memberi rasa nikmat sebelum disruput tentunya.

Kocekan sendok hanya untuk melarutkan air dan kopi. Gula disisihkan karena akan merusak rasa asli kopi yang mungkin terasa pahit bagi sebagian orang, padahal ada rasa lain yang begitu luar biasa.

Sruput dulu bersama-sama guys… slruup.

Sebuah rasa hadir berkumpul di mulut dan membuat lidah mengecap sebuah body kopi medium dengan less acidity dan aftertastenya yang menyegarkan serta keharuman alami organiknya.

Diikuti oleh tubrukan kopi di cangkir lainnnya dan dinikmati bersama di kesegaran pagi sekitar monumen perjuangan jawa barat. Ternyata, semuanya menyukainya dan akhirnya tandas sudah 250 gram kopi tutu baduy hasil hunting di acara puncak seren tahun di Kasepuhan Ciptagelar ini.

Kenapa ini diceritakan?.. tentunya sebagai jawaban dari permintaan para kolega yang kabita dengan kopi tutu organik ini hehehe. Ternyata kopinya sudah habis dinikmati bersama. Maafkan semuanya.

Tapi jangan pada pundung ya, dan berkecil hati. Karena kopi tutu baduy tentu masih ada, tetapi bukan di tangan penulis lagi. Adanya di baduy dan di onlen hehehehe. Selamat malam semuanya. Salam Ngopay, Wassalam. (AKW).

1 Kopi 3 Hewan : Takdir.

Ngopi bersama aneka hewan, siapa takut… yu ah.

PANGANDARAN, akwnulis.com.  Pertemuan dengan seseorang ataupun sesuatu tidak lepas dari takdir yang ditentukan Illahi. Manusia hanya mahluk lemah yang sok perkasa dan mampu merencanakan sesuatu yang luar biasa. Padahal semua adalah berdasar kehendak-Nya. Tetapi nilai ihtiar dan kesungguhan hati dalam memikirkan, mengkonsepkan hingga melaksanakan sesuatu sampai terwujud dengan baik, itulah bagian dari ibadah seorang hamba.

“Weiits… mentang-mentang jumat pagi ya, jadi begitu agamis?”

Hehehe, tidak kawan. Ini adalah bagian penting dalam kehidupan sebagai mahluk tuhan, dimana kita wajib mengikuti jejak sikap Rasululloh yaitu Tablig, menyampaikan kebaikan.

Nah kalau Rasul mah dakwah, penulis mah begini aja. Nulis sesuatu yang mengingatkan diri sendiri sekaligus tulisannya di share ke kolega via WA. Siapa tahu ada yang baca dan tergerak hatinya. “Betul khan?”

Tulisan sekarangpun tidak jauh dari makna takdir tadi. Manusia berkehendak tetapi Allah yang menentukan.

Sebenernya spoilernya sudah ada di tulisan awal yaitu KOPI & TEMAN DI TENGAH MALAM. Temanya tetap yaitu perkopian namun kali ini berhubungan dengan kehadiran mahluk tuhan yang lain yaitu binatang.

Ulangi dikit ya, di tulisan sebelumnya itu adalah pertemuan dengan kumang. Kumang atau lebih dikenal dengan umang-umang atau kelimang darat (dardanus celidrus) serta dalam bahasa inggrisnya ‘terrestrial hermit crab” adalah jenis krustasea deapod dan masih merupakan bagian familia kepiting kelapa yang cenderung hidup sendiri.

Yang menariknya adalah kumang ini bisa lepas dari cangkangnya dan bisa pake cangkang siput laut, kerang, juga potongan pohon yang berongga. Kali ini dia pake cangkang kerang atau kewuk sebagai rumahnya.

Maka menyeduh manual brew V60 kopi garut dan dengan perbekalan yang ada termasuk gelas kaca, bisa bercengkerama dengan kumang sambil mengabadikannya perlahan bergerak keluar dari cangkang kerang adalah momentum yang wajib disyukuri. Disengajain tengah malam cari kumang dan kopi manual mah susah pisan guys.

Lanjut sambil nunggu shubuh ngedit video… eh bukannya shalar tahajud yaa… gpp ketang suka-suka. Hidup itu pilihan. Jadi inget kata pak Gubernur RK kemarin, “Cintai yang kamu kerjakan dan Kerjakan yang kamu cintai”... hayu ngedit ah…  eh wudhu dulu.

***

Pertemuan kedua antara kopi dan binatang itu terjadi dikala mengabadikan sajian segelas kopi racikan sendiri berlatar belakang mentari yang malu-malu terbit di ujung cakrawala pantai timur pangandaran. Alhamdulillah, begitu indahnya sunrise ciptaan Tuhan. Warna kuning keemasan berpadu padan dengan permukaan perak laut pangandaran bersama deburan ombak yang membuat raga dan hati bergetar. Luar biasa sekali kawan.

Disitulah seekor kucing liar datang dan mendekam di dekat gelas kopi yang sedang diabadikan.. ya sudah cetrek cetrek cetrek.

Eh satu hewan lagi nggak mau ketinggalan untuk diabadikan bersama mentari yang semakin menghangat. Berarti ini hewan ketiga. Yaitu seekor ayam jago. Perlahan datang dan langsung berpose bersama kehangatan sang mentari serta secangkir kopi racikan pribadi.

Sungguh menyenangkan sruputan kopi kali ini, ditemani berbagai mahluk tuhan yang hadir tanpa direncanakan.  Di mulai dari seekor Kumang, lalu seekor kucing dan akhirnya seekor ayam jago. Sebuah sensasi menikmati kopi yang penuh arti. Selamat berkreasi dan mensyukuri hari ini. Wassalam (AKW).

JUMAAHAN – fbs

Sebuah cerita dikala jumatan (bhs sunda)

BANDUNG, akwnulis.com. Setelah sekian purnama berkutat dengan kesibukan dunia, kali ini tiba saatnya untuk kembali bercerita dalam genre bahasa sunda yaitu fiksimini.

Sebuah tulisan singkat dengan maksimal 150 kata sudah menjadi satu cerita dan idenya hadir disaat shalat jumat kemarin siang, akibat kaki kesemutan (singsireumeun). Selamat membaca…. eh klo nggak ngerti karena berbahasa sunda, japri aja yaa…

Silahkaan……..

FIKMIN # JUMAAHAN #

Nyabak cai pancuran pas wudhu meuni waas tur nikmat, karasa tengtrem hatè. Angin ngahiliwir di lembur singkur Dusun Cibapang Kuningan. Bus ka masigit geus rempeg ma’mum, dariuk tartib nungguan imam ngamimitian prak prakan solat jumat.

Gèk diuk sila gigireun Uwa guru, karasa meuni merenah, nikmat pisan jumaahan di lembur, tiis tur tingtrim. Teu kudu lila mimiti lelenggutan.

Allohuakbar alllohuakbar…” Sora iqomah ngagareuwahkeun, carita keur sosonoan di Linggarjati, leungit saharita. Panon beunta, langsung gura giru nangtung nurutan jamaah lianna.

Pas geus nangtung, geuning karasa bitis kènca katuhu loncèr euweuh tulangan. Awak badag ngagubrag, ninggang pun Uwa nu teu walakaya.

Lalaunan nangtung deui bari ngusapan bitis nu singsireumeun, Takbirotul ihrom ngudag Imam nu rèk ruku. Uwa Guru gigireun molotot nahan kanyeri.

Ba’da jumaah ngagandong Uwa guru bari èra parada. Muru ka ahli tulang keur ngubaran nu misalah sapuratina. Hampura. (AKW).

Jumat Pagi & Anosmia.

Renunganku di kehangatan Jumat Pagi

Bandung, akwnulis.com. Sebuah kata yang menjadi trending saat ini adalah anosmia. Sedang menjadi hits dan sering disebut dalam terpaan gelombang kedua pandemi covid19 yang sedang melanda. Ya, karena arti yang dihadirkan adalah kehilangan indra penciuman dan diyakini merupakan gejala yang dirasakan oleh raga dikala virus covid19 sudah berada di dalamnya, merajalela.

Pada saat penciuman menghilang perlahan dan akhirnya sama sekali tidak bisa membaui, disitulah rasa khawatir merayapi hari dan menggerogoti keyakinan akan terjadi sesuatu yang lebih parah. Seolah dunia akan runtuh dan kehidupan ini berakhir. Titik.

Maka hadirlah tangis menguasai raga, ketidakpercayaan dan sesal tiada hingga melingkupi pikiran dan psikis kita. Panik hadir dengan tiba-tiba dan terasa bahwa ini tragedi dan akhir kehidupan kita.

Apalagi dilengkapi dengan hilangnya indera perasa, membuat semua rasa itu hambar tanpa makna. Kesedihan dan kebingungan melanda.

Disinilah sebuah takdir Tuhan memerankan kekuatannya, memperlihatkan betapa kecilnya manusia yang terkadang masih banyak berlaku dzolim dan jumawa serta tidak mau bersyukur atas semua nikmat kehidupan ini.

Padahal penciuman dan perasa itu baru sebagian kecil nikmat yang diberikan Allah Subhanahu Wataala. Sangat banyak nikmat – nikmat lainnya yang melingkupi detik demi detik, menit dan menit kehidupan kita.

Selama ini seolah biasa saja, bahwa bisa mencium dan merasakan lezatnya rasa adalah biasa saja….. dan kita tidak atau jarang mensyukurinya.. Astagfirullohal Adzim.

Kembalikan indera saya, Yaa Allah Sang Maha Hebat….”

Sebuah ratapan berbuah tobat, sebuah keinginan bangkitkan insyap serta setahap ikhlas menjadi pendewasa dalam memaknai indahnya kehidupan fana.

Maka kesabaran dan keikhlasan ini menjadi nilai tak terhingga, dan memberi kepasrahan serta ketenangan dalam menjalani fase anosmia ini. Sembari tentu ikhtiar dalam memgkonsumsi vitamin dan makanan serta buah-buahan segar agar imun tubuh stabil dan meningkat plus obat yang diharuskan mengawal kesembuhan.

Dari semua usaha duniawi, maka  munajat doa dalam kesabaran dan keikhlasan. Dzikir rutin serta membaca ayat Alquran adalah cara universal seorang muslim untuk berserah diri dan memohon, begitupun dengan saudara kita yang memiliki keyakinan berbeda, masing-masing punya cara untuk mendekati Tuhannya.

Sehingga cukuplah anosmia sebagai gejala ringan saja yang dihadapinya dan dapat segera sembuh kembali serta pulih seperti sediakala.

Sebuah hikmah telah berbuncah, seikat syukur menyeruak cerah, ikhtiar terus ke segala arah, sabar dan taubat obat terindah. Selamat memaknai hangatnya jumat pagi, Wassalam (AKW).

Teh Bening HH

Sruput dulu di jumat berkah..

BANDUNG, akwnulis.com. Sebuah kata berpadu dengan aneka kata yang lain, terkadang tergoda untuk menghadirkan sebuah cerita tanpa makna. Terhambur dari mulut dan menyebar mengisi ruang udara. Melayang atau mungkin terbang menghilang.. hingga tiba diindera pendengaran dan jadilah sebuah cerita kehidupan.

Sebuah kata yang keluar dari mulut memenuhi udara ternyata tidak hadir begitu saja. Diawali kereteg (bisikan) hati yang berproses rumit dalam tubuh hingga akhirnya muncul melalui ucapan, barulah sang kata tiba. Jadi jikalau hatinya gelap maka kata-kata yang terhamburpun gelap dan meruncing sehingga mudah menyayat hati dan perasaan yang lain.

Photo : Rose Tea at Herbal House / dokpri.

Itulah sebuah ungkapan dikala memandang dua gelas bening berisi minuman menyegarkan ini. Betapa indah dan menyegarkan. Kebeningannya ini yang menggugah hati, begitu transparan dan pas disruput……. ternyata ada rasa…. rasa teh putih dan rasa mawarnya hadir memenuhi rongga mulut dengan kehangatan dan keharuman yang menggugah.

Disajikan dalam gelas kembar bening dalam suasana alami, memberi inspirasi dan ketenangan hati. Srupuuut gan…. nikmaat.

Jadi di jumat berkah ini, mari kita beningkan hati sucikan niat dan berjanji untuk senantiasa menjadi hamba yang baik dan berhati tulus, sehingga hamburan kata dari mulut dan nafas kita adalah kebaikan, ketenangan dan kejujuran serta mampu menginspirasi. Wassalam (AKW).

Godaan Homudako

Godaan jumat pagi menjadi dilema antara tugas dan hepi-hepi hura.

“Satu…”
“Dua…”
“Tigaaa…”

E.. e.. eee Bang Jono.. kenapa kau nggak pulang pulang”…

Teriakan instruktur berpadu serasi dengan celoteh Saskia gotik, berbalut dengan musik cep-acep-acep yang menggugah semangat peserta aerobik pagi ini. Gerakan badan atraktif dan terkadang liuk kanan liuk kiri memaksa keringat untuk segera melewati pori dan mengucur deras.

‘…Apa salah dan dosaku sayang?…’
…. Cep…. acep… acep.

“Ini terakhir… cara tuk dapatkan kamu.. jika ini gagal khan kuracuni diriku..” Suara Nella Kharisma dengan Jaran goyangnya makin memanaskan pagi di halaman kantor yang luas ini.

Ingin segera merobek batik dan celana kain yang mengungkung badan ini. Mengganti dengan stelan baju olahraga plus sepatu, berlari lalu bergabung dengan mereka. Turut bergoyang ikuti irama.
…jumat pagi ceria.

Lanjut lengkingan ‘Sayang’-Via Valen makin mengukuhkan niat untuk segera berubah adibusana dan ber-geol bersama.

Tapi….

Eit… tapi nanti dulu. Otak memperingatkan raga dengan susah payah agar terbebas dari hipnotis musik yang tersalur dari soundsystem yang menggetarkan seantero area gedung sate.

“Ingat kawan, jangan tergoda dengan rayuan maut Homudako (house music dangdut koplo) itu. Target nota dinas dan telaahan staf yang kemarin dibahas harus tersaji segera!!!”

Raga terdiam tangan terkulai, cemberut sambil memandang otak yang tetap siaga dengan ceramah selanjutnya, ragapun mengalah. Duduk, nyalain laptop, mainin mouse dan buka ‘File Explorer‘. Nggak usah rumit nyari-nyari karena di ‘recent document’ masih terpampang gawean yang pake nama ‘draft telaahan staf.’

“Namanya juga telaahan staf, maka staflah yang buat” Sebuah bisikan halus melunakkan hati yang masih terbelah karena musik aerobic yang menggemaskan ini.

Sekarang giliran Ayu Tingting dan Cita Citata yang menggoda lewat suara, tapi sekarang agak tenang dan rayuan mereka disalurkan ke jari jemari ini agar terus menulis di keyboard laptop meskipun pinggul tetap tak tahan untuk ikut bergoyang.

Tapi otakpun berbaik hati untuk membantu berfikir dan menelurkan kata demi kata sehingga terjalinlah kalimat formal yang bisa menjadi bahan pimpinan untuk mengambil keputusan.

Akhirnya setelah berdamai dengan kenyataan, berbekal ikhlas nggak ikut bergoyang karena deadline bikin telaahan staf terasa pikiran lebih adem dan nggak bete lagi. “Semoga minggu depan bisa ikutan bergoyang.”

Diiringi ‘Surat Cinta Untuk Strala’-Virgoun dan Dia-nya Anji pada sesi pendinginan, berarti tak lama lagi aerobik akan berakhir . Jemari inipun sibuk sedang finalisasi tugas dinas ini, agar segera di print untuk segera disuguhkan dan dinikmati ke bapak bos.

Ternyata berdamai dengan kenyataan itu menyenangkan.

“Hanya saja kok di pikiran terus berkumandang Homudaku..???.”

Wasaalam. (Akw).

Aerobic diiringi lagu Arab

Jumat pagi disaat mentari mulai bergairah di cakrawala, halaman kantorpun tempat upacarapun berubah warna. Yang biasanya penuh nenjadi lautan kekhi, baju khas PNS atau sekarang disebut ASN (Aparatur Sipil Negara) untuk upacara atau apel pagi. Sekarang yang hadir masyarakat umum penyuka dan penggiat aerobic atau juga yang kebetulan lewat dengan kostum berwarna warni, berbaju olahraga lengkap dengan sepatu warna ceria, very colourfull.

Musik aerobic membahana dan pop dangdut mengiringi gerak ritmis para penikmat senam untuk tak henti menggerakkan raga meraih bugar.

Tanpa disadari, kakipun ikut menghentak lantai seiring lantunan musik yang menghanyutkan. Sayang tidak bisa bergabung karena terikat dengan jadwal untuk segera bergabung di ruang meeting pagi ini.

Ternyata meeting ditunda karena tamu terjebak macet di Tol Cikampek. Ya udah.. kembali ke ruangan dan menikmati lagi tahapan aerobic yang sudah masuk sesi akhir. Sesi pendinginan. Tentu musiknya yang slow menggantikan medley dangdut koplo.

Tebak lagu apa yang mengiringi?.. lagu dan musik arab.. wow, bolehkah?.. agak risih juga masa lagu lirik arab dipake mengiringi areobic?… trus yang aerobicnya ada beberapa berpakaian merecet (bhs sunda : baju ketat, pas di badan).

Telinga dipasang lebih siaga mendengarkan lirik lagu tersebut. Soalnya klo sholawat udah sering dengar, klo ini kayaknya pop arab gituuu. Jadi musti berbaik sangka dan cek and ricek dulu (Tabayun). Biasanya yang gampang ngikutin nanti pas refrainnya. Bener saja, pas refrain terdapat beberapa kali ulangan kata ‘kun anta”. Nggak nunggu lama, langsung kontak mbah google.

Jreng…..

Ternyata itu lagu pop arab dari penyanyi asal Kuwait yang bernama Humood AlKhuder serta makna liriknya bersifat umum. Artinya bukan sholawatan atau puji-pujian kepada Allah SWT.

Untuk lengkapnya, nih hasil dari mbah google, ada blog yang berbaik hati menterjemahkan. Nich inih….

Lirik Arab & Latin Kun Anta – Humood AlKhudher

لأجاريهم، قلدت ظاهر ما فيهم

فبدوتُ شخصاً آخر، كي أتفاخر

Liujarihim, qoldat tu zohiru ma fihim 

Fabadautu syakhsan aakhar, kai atafaa khar

Ketika ingin bersaing dengan yang lain aku ingin meniru sifat luar dan dalamnya. Jadi aku bisa menjadi seseoran lain dengan bangga.

و ظننتُ أنا، أنّي بذلك حُزْت غنى

فوجدتُ أنّي خاسر، فتلك مظاهر

Wa zonan tu ana, anni bizalika huztu ghina

Fawajad tu anni kha-sir, fatilka mazohir

Dan aku kira jika aku lakukan itu aku akan mendapatkan kelebihan, tetapi aku hanya mendapat kerugian dari sifatku itu.

لا لا

لا نحتاج المال

كي نزداد جمالا

جوهرنا هنا

في القلب تلالا

La la

La nahtajul ma la 

Kai nazdada jama la

Jauharna huna

Fi qalbi talala

Tidak tidak, kita tidak membutuhkan harta untuk kebagusan, mutiara ada disini, didalam hati ia bersinar.

لا لا

نرضي الناس بما لا

نرضاه لنا حالا

ذاك جمالنا

يسمو يتعالى

La la

Nurdhin nasi bima la

Nardhohu la na ha la 

Za ka jamaluna

Yasmu yataa’la

Kita tidak perlu memandang pandangan orang lain yang tiada, keadaannya nya tidak sama dengan kita. Itulah keelokan kita, semakin naik keatas

Oh wo oh… Oh wo oooh… 3x

كن أنت تزدد جمالاً

Kun anta tazdada jamala 

Jadilah diri sendiri, pasti akan menambah keelokanmu

Oh wo oh… Oh wo oooh…3x

كن أنت تزدد جمالاً

Kun anta tazdada jamala

Jadilah diri sendiri, pasti akan menambah keelokanmu 

لا لا لا لا لا لا لا لا

أتقبّلهم، الناس لست أقلّدهم

إلا بما يرضيني، كي أرضيني

La la la la la la la la 

Attaqabbalhum, anna-su lastu qalliduhum 

Illa bima yurdhi-ni, kai urdhi ni

Tidak Tidak Tidak

Aku menerima mereka, tapi aku tidak meniru mereka

Kecuali apa yang telah kuterima dan aku menyukainya

سأكون أنا، مثلي تماما هذا أنا

فقناعتي تكفيني، ذاك يقيني

Sa akunu ana, mithli tamaman hazana

Fakona a’ti takfini, za ka yaqi ni 

Aku ingin menjadi diri sendiri, inilah kesempuranaanku

Cukup dengan hal ini, dan aku yakin itu.

Sumber : http://www.lirikterjemahnya.blogspot.com

Lega sudah rasa ini dan tiada suudzon kepada instruktur senam yang mempopulerkan lagu “Kun Anta” ini untuk sesi terakhir aerobic di halaman utama kantorku. 

La la la…..  

Wassalam (120517)