LEGOK EMOK, akwnulis.com. Pertemuan dengan sebungkus biji kopi tidak hanya bicara kebetulan, tetapi tentu sebuah perjalanan hidup yang sudah tertata dan terukur oleh sang Maha Perencana, Allah Subbanahu Wataala. Jadi sebagai hambanya adalah sebuah sikap yang mendasar adalah seperti yang telah ditulis dalam celotehan – celotehan terdahulu yaitu JASUNI. Jalani – Syukuri dan Nikmati, titik.
Hadirnya biji kopi ini melalui sebuah proses yang tidak sengaja. Awalnya adalah kebiasaan sederhana, dimana perpindahan tugas jabatan seiring juga dengan perpindahan peralatan menyeduh kopi yang memang merupakan properti pribadi. Setelah adaptasi dengan suasana, tempat dan orang – orang baru maka ditatalah sedemikian rupa ‘peralatan perang’ ini sehingga mudah untuk digunakan.
“Bapak beli mesin kopi apa?.. harga berapa?”
Pasti ada yang kepo dengan alat perang eh alat pembuat kopi yang dimaksud. Jangan salah sangka kawan. Peralatan seduh kopinya manual saja kok. Hanya menggunakan metode manual brew atau seduh manual dengan menggunakan filter V60 saja. Jadi senjata utamanya hanya mesin grinder sederhana, corong filter V60, timbangan kecil, termometer, bejana server, goose neck geko kaca transparan, kertas filter V60nya, cangkir – cangkir kaca beberapa model, teko pemanas air, itu saja. Lalu yang utama adalah objeknya yaitu biji kopinya.
Maka biji kopi menjadi utama, oh ya biji kopinya hasil toasting ya, siap grinder. Bukan green coffee (alias kopi mentah). Berarti tinggal dipastikan ukuran menggrindernya yang cocok dengan metode yang akan digunakan. Biasanya untuk metode manual brew V60 ini menggunakan ukuran skala 3-4.
Jadi sebagai kode keras, bagi yang akan mengirimkan kopi kepada penulis baik itu untuk cinderamata, oleh – oleh ataupun ‘kaèmutan‘ ataupun pengen aja ngasih maka kuncinya 2. Pertama kopinya jenis ARABICA dan kedua bentuk kopinya BIJI atau BEAN. Kalaupun ternyata sudah digrinder atau digiling, minta saja untuk ukuran gilingan manual brew V60. Ditunggu kirimannya hehehehe. Bagi yang sudah mengirimkan malah rutin setiap lihat stok kosong, ucapan terima kasih tiada hingga semoga diberi balasan rejeki yang berlipat ganda.
Maka kali ini, dihadapan penulis sudah hadir 2 bungkus biji kopi arabica mekarwangi, biji kopi terbaik kedua di perhelatan dunia tentang perkopian yaitu SCAAExpo di Atlanta, Amerika (2016) mendampingi biji kopi puntang sebagai juara pertamanya.
Bungkus yang pertama adalah bean untuk diriku, berarti akan digrinder dengan ukuran agak kasar untuk diseduh manual menggunakan filter v60. Satu bungkus lagi punya pak budi, rekan di kantor yang mintol untuk digilingin lembut karena akan diseduh dengan model kopu tubruk atau dicampur biasa demgan air panas dan gula. Nah nyambung dengan cerita kehadiran kopi ini karena saudara pak budi ini adalah penggiat kopi atau ownernya dari Hira Roastery & Lab di Kota Hujan, Bogor. Karena pak Budi cerita ada penyuka kopi seduh manual di kantor, maka hadirlah 250 gram kopi ini di hadapan penulis. Begitu ceritanya kawan.
***
Tanpa berlama-lama maka peralatan seduh manual dengan Filter V60pun beraksi. Mulai dari menimbang, menggrinder, menyeduh yang dilakukan diatas kursi plastik putih hingga.menunggu menetes dan langkah terakhirnya untuk dinikmati. Rumus seduh puter kanan, panas airnya o2° celcius dan perbandingan 1 : 12 sudah jadi standar.
#sruput
Kelebihan dari arabica mekarwangi ini adalah rasanya stabil dengan bodi medium dan acidity medium sehingga bisa diterima oleh banyak kalangan. Dari sisi aftertastenya yang muncul ada frutty dan sweet caramelnya serta kelembutan dan tidak ada istilah ninggal. Nikmat pisan. Nuhun pak Budi dan saudaranya. Selamat menjalani weekend dengan keluarga. Wassalam (AKW).