NGANTEUR BUDAK – basa sunda.

Neda maklum kirang gaul..

CIMAHI, akwnulis.com. Tulisan kali ini berbahasa sunda dulu ya, bahasa sunda loma atau bahasa sunda keseharian. Nyanggakeun…

***

NGANTEUR BUDAK

Ba’da shubuh asa hayang gogolèran, kabeneran pan poè saptu mah teu kudu indit ka kantor. Tapi kètang poè saptu minggu ogè ari keur euyeub ku pagawèan mah angger ngantor, sanajan ukur satengah poè.

Golèdag nangkarak bari nguliat, panon mapay lalangit bodas bari ngitung pasagi motifna geuning ngawengku 49 titik tina unggal kotakanna. “Teu percaya?.. ajaran wè ngitung sorangan lur”

Awak asa hampang jeung mimiti tetempoan moèkan, reup sarè teu hararèsè.

Hanjakal geuning kanikmatan hirup ieu teu lila umurna, kudu hudang bari ngarènjag sabab ceuli katuhu katorekan ku gorowok budak cikal, “Abahhhh ka kafè tèa, ulang kalah ka sarèèè….”

Gurubug, langsung diuk dina sisi pangsarèan, ngumpulkeun sukma bayu bari ratug jajantung. “Astagfirulloh Enèng, ulah ngareureuwas kitu”

Hapunten Abahkuuu” Sora halimpu budak bari ngagèlèhè. “Hayu urang ka cafè tèa, pan tos jangji, nganteur wungkul Abah mah”

Teu loba carita sanajan dompèt keur ceurik balilihan da kosongan. Tapi keur budak mah kudu ditagenan. “Tapi naha ka cafè ukur nganteur?, biasana gè bagèan mayar”

Biur numpak motor duaan, meuntasan lembur muru ka kota. 30 menit geus anjog ka nu dituju. Budag jigrah atos amarwata suta, lumpat asup, kukurilingan milihan barang nu lalucu. Uing ngahuleng hareupeun toko anyar di mall, ngaranna KKV (dibaca ka ka fe).

***

Itulah cerita singkat kali ini, Alhamdulillah irit uang, karena si kecil belanja dengan uang THRnya. Wassalam, (AKW).

Malas menulis di Nata De Coffee.

Nulis kopi lagi dan sruput.

BANDUNG, akwnulis.com. Waktu menunjukan pukul 03.20 wib dan jemari sudah bersiap menulis sesuatu di note smartphone kesayangan. Tapi ternyata ide menulis sedikit terhambat, seolah ada barrier kokoh yang menghambat hadirnya aneka kata dan kalimat. Jikalau tuntas membuat satu paragraf, ternyata paragraf selanjutnya langsung di delete kembali karena merasa tidak ada benang merahnya.

Jika lihat momentum tentu ini waktu ideal shalat malam, namun aktifitas ini tidak perlu hadir dalam catatan pribadi karena sudah jelas ada rokib dan atid yang setia dan konsisten untuk membuat laporan rutin seluruh aktivitas kehidupan.

Maka cara terbaik adalah kembali mengulang aktifitas yang dilakukan sedari tadi yakni scroll photo – photo di galery hapè untuk menemukan sebuah gambar yang bisa menjadi inspirasi cerita yang diawali dengan kata dimana, siapa dan apa maka kata bagaimana dan kapan menjadi pelengkap untuk hadirkan sejumput cerita singkat kehidupan.

Akhirnya sebuah momentum proses menuangkan cairan kopi hitam tanpa gula ke gelas kaca untuk bersiap dinikmati yang menjadi pilihannya. Kopi lagi kopi lagi, sebuah komentar menandakan kebosanan yang bisa menghancurkan semangat menulis yang baru saja kembali bergelora. Untungnya penulis jarang baper, tapi biarkan saja semua komentar, respon dan nyinyiran menjadi bahan baku motivasi dalam menulis sesuatu secara singkat tapi semoga menghadirkan senyuman.

Kucuran kopi ini menjadi legend karena begitu meyakinkan bahwa pekatnya kopi bukan berarti penuh kepahitan. Tapi manisnya rasa hadir juga karena sebuah keindahan yang beraneka makna. Secara teori rasa, dengan biji robusta maka jelas kepahitan serta rasa standar yang akan hadir.

Ternyata dengan metode seduh manual v60 dapat menghasilkan rasa pahit yang lembut dan bulat serta selarik manis malu-malu hadir namun segera menghilang karena terhenyak dengan kenyataan. Untuk melengkapinya maka pesan lagi kopi tubruk biasa yang disajikan dalam bentuk gelas yang unik khas cafe ini, namanya Cafe Nata De Koffie di daerah sekitar terminal Dago Bandung.

Selain rasa maka yang begitu nyaman disini adalah suasana tenang yang mendamaikan hati serta ornamen ukiran kayu atau gebyok yang begitu detail plus presisi mempersembahkan keahlian adiluhung seniman atau mpu di masa lalu.

Sruputan terus berlanjut dan ide menulispun kembali hadir menemani hari ini yang begitu mencerahkan. Selamat mensyukuri nikmat kehidupan dan mengukir karya di pagi dini hari jumat ceria. Wassalam (AKW).

***

Lokasi :

CAFE NATA DE KOFFIE, Jl. Dago No. 472 Kec Coblong Kota Bandung. 40135

KOPI BERBUIH DI CUPBA CAFE.

Menikmati sajian kopi dingin berbuih…. suegeer.

BANDUNG akwnulis.com. Pertemuan dengan sajian kopi kali ini seolah dituntun oleh takdir dan diarahkan keadaan karena seperti tidak sengaja mencari tetapi akhirnya bersua. Itulah indahnya sebuah makna pertemuan dan disadari atau tidak ternyata semakin mudah bertemu dengan aneka kohitala (kopi hitam tanpa gula) khususnya yang diproses sajian secara manual tanpa menggunakan mesin kopi. Sehingga menilai rasanya bisa maksimal.

Halah sotoy menilai rasa, padahal khan nggak belajar cupping dan nggak punya lisensi sebagai seorang profesional untuk menilai notes dan profile kopi.”

Kalem bro, nggak usah ngegas begitu. Tulisan – tulisan receh di blog ini memang hanya tulisan santai yang bertema tentang ‘belajar mencintai kopi’ yang diperlukan kesabaran, perlahan tapi pasti dan tetap menjaga konsistensi seperti belajar bagaimana mencintaimu, ahaay.

Jikalau tulisan ini bicara sebuah rasa dari sajian kopi, sebuah suasana dalam cafe kopi atau siapa yang begitu menyegarkan membawa dan menyajikan kopi, juga tempat yang nyaman untuk menikmati kopi, itulah yang coba ditulis dengan tertatih dan berusaha terus tanpa letih.

Urusan rasa kopi tentu sang lidah dan indera penciuman begitu berperan ditambah sejumput imajinasi menghasilkan catatan penting manakala sruputan kopi ini menjadi relaksasi. Memberi ketenangan bagi diri dan akhirnya bisa memberi suasana kesegaran dalam aktifitas sehari-hari.

Kali ini bersua dengan sajian kopi yang diproses dengan metode cold brew. Metodenya dengan proses ‘perendaman‘ menggunakan air dingin dengan suhu ruangan lalu disimpan selama minimal 8 jam. Nah setelah itu bisa dicicipi alias dinikmati. Kekhasan metode cold brew ini adalah melindungi bean dari paparan suhu panas sehingga tidak ikut mengekstraksi karakter acidity kopi, ekstraksi dilakukan melalui lamanya waktu perendaman dan akan menghasilkan rasa kopi yang ringan tapi istimewa.

Ternyata metode cold brewnya plus alias ada perlakuan tambahan yang dilakukan oleh kang Iman, yakni setelah proses 8 jam perendaman lalu disaring dan disimpan di chiller selama 3 bulan dan 6 bulan. Sehingga menghasilkan cold brew yang berbeda. Untuk cold brew yang 3 bulan disimpannya, ada rasa sedikit manis alami dan agak nyereng*) dengan acidity alias rasa asam yang menyegarkan.

Nah pas nyoba yang cold brew versi disimpan 6 bulan, baru dibuka aja sudah menghadirkan sensasi. Karena ternyata langsung busa kekuningan mendesak tutup botolnya dan meluber keluar membasahi meja. Tentu sang barista gesit mengambil lap berupa kanebo yang mudah menyerap cairan tumpah. Tapi karena didokumentasikannya jadi nggak asyik, warnanya lecek hehehe. Disingkirkan dulu untuk kepentingan dokumentasi.

Kebetulan juga botol cold brewnya ini menggunakan botol seperti minuman beralkohol maka tampilannya menjadi unik dan memiliki daya tarik sebelum meminumnya. Lalu gelas – gelas diedarkan dan diminum bersama, baik sang barista juga seorang kawan yang kebetulan sedang bersama.

Srupuut… nyengiir.. keasaman sempurna memenuhi rongga mulut dan memberikan sensai kejut di ujung lidah, asem dan seperti bersoda. Tapi tetap rasa kopinya ada dengan nuansa alami racikan manual yang bersahaja. Memberi kesempatan berharga menikmati sajian kopi di daerah bandung utara.

Jadi inilah tulisan singkat yang mungkin bisa memberi makna serta informasi berbeda tentang bagaimana secara bertahap mencintai kopi yang tersaji tanpa tambahan bahan itu ini. Happy weekend kawan, Wassalam (AKW)

***

Lokasi :
KOPI CUPBA
Jl. Sersan Bajuri No. 102 Cihideung Parongpong Kab. Bandung Barat. Jawa Barat 40559
(Halaman Green Forest Horison Hotel).

Americano Cocorico

Menikmati Sajian Americano Cocorico dan kawannya.

DAGO, akwnulis.com. Senin pagi identik dengan pelaksanaan apel pagi tentunya. Sebuah aktifitas rutin yang sekaligus dinilai sebagai salah satu komitmen kedisiplinan sebagai aparatur sipil negara. Maka ketepatan waktu hadir di kantor atau sebaiknya datang lebih awal menjadi sangat penting untuk mempersiapkan berbagai kemungkinan, karena posisi sebagai peserta apel bisa seketika berubah menjadi pembina apel pagi.

Tuntas apel pagi maka bersiap dengan segala kesibukan seminggu ke depan yang diawali oleh rapim (rapat pimpinan) atau tugas lain yang mengharuskan hadir mewakili pimpinan sekaligus menyampaikan kata – kata sambutan. Begitupun kali ini, tugas disampaikan dan setelah briefing internal segera berangkat menuju lokasi acara di daerah dago atas.

Ternyata disinilah kembali bersua dengan kohitala, si kopi hitam tanpa gula. Alhamdulillah. Teman – teman panitia gercep dan langsung menyajikan di meja tempat para tamu undangan. Langsung disambut dan tentunya baca Basmalah baru di sruput.

..ups, sedikit terdiam, ternyata panitia yang membuatnya adalah kopi standar, maksudnya kopi hitam dan masih diberi gula. Terasa begitu manis tetapi bukan itu yang diharapkan. Manis ini yang menghilangkan makna rasa dari perkopian. Tapi demi sebuah penghargaan karena telah disajikan, sruput lagi sekali dan sudah. Manisnya begitu memabukkan seperti manisnya kamu huhuy.

Sesi sambutan telah berlalu diteruskan diskusi dan basa basi hingga tiba akhirnya jam istirahat dan bergeser dari tempat acara ke tempat makan siang. Disinilah pertemuan dengan kohitala yang sebenarnya yaitu ‘Americano Cocorico’. “Keren khan namanya?”

Sajian Americano Cocorico ini adalah segelas kopi hitam tanpa gula yang hadir dari sajian doubleshot espresso ditambah air panas sehingga menjadi secangkir besar penuh krema dan makna. Cocoriconya adalah nama cafenya. Sebuah cafe yang mengembalikan kenangan masa kecil karena namanya adalah nama sebuah permen terkenal bagi anak sembilan puluhan. Permen gula berbungkus coklat dan cukup awet diemut dimulut karena keras dan padat.

Melengkapi makna cocorico ini tentu perlu juga ditanyakan kepada managernya yang kebetulan berada di tempat. Makna cocorico itu katanya berasal dari bahasa itali yang berarti ayam berkokok di pagi hari… otak langsung muter, jangan – jangan suara ayam berkokok kita kedengeran sama orang itali bukan ‘kongkorongok’ tapi ‘koo korikoo’ .. ah aya aya wae.

Sang manager melanjutkan, secara makna memiliki arti mendalam yaitu untuk meraih rejeki yang banyak dan berkah maka harus bangun dan berihtiar sepagi mungkin diawali dengan kokok ayam cocorico, begitu katanya kawan.

Sekarang saatnya menikmati sajian Americano Cocoriconya tentu dengan sruputan pertama dan sruputan selanjutnya. Body boldnya hadir memanjakan indra perasa, acidity jelas less begitupun aftertaste, tapi sentuhan kremanya memberikan sensasi berbeda. Selamat ngopay hari ini. Wassalam (AKW).

KOPI & KANTUK – 2K

Apakah berhubungan antara ngantuk dan ngopi?…

BANDUNG, akwnulis.com. Ada sebuah kebiasaan bahwa dianjurkan minum kopi agar tidak memgantuk dan ini di-iyakan oleh mayoritas khalayak masyarakat, begitupun penulis. Tetapi seiring waktu tentu bertambah informasi dan dilengkapi berbagai pengalaman pribadi bersentuhan dengan sajian cairan hitam bernama kopi. Ternyata banyak ragam dan kegunaan yang berkaitan dengan urusan kantuk mengantuk ini.

Pengalaman pribadi bersama kopi khususnya dalam 4 tahun belakangan ini fokus untuk menikmati kopi secara esensi, hakiki dan philosopi dengan pilhannya adalah menikmati kopi tanpa bahan campuran lainnya dan membuat istilah sendiri yaitu KOHITALA (Kopi hitam tanpa gula). Sebuah istilah yang diciptakan menjadi komitmen diri agar menjaga prinsip ini, baik dari pemilihan biji hingga pemprosesan dengan grinder lalu penyeduhan manual hingga akhirnya dinikmati.

Oh iya, penulis bukan sebagai pengopi sejati yang sudah mampu memahami dari hulu hingga hilir. Tetapi hanya sebagai bagian dari pecinta citarasa kopi yang diawali dari bean hasil roastingnya. Nah kalau dari mulai memilih bibit, mempersiapkan lahan, menanam dan merawatnya, lalu memanen hingga berproses menjadi greenbean, itu adalah perjuangan luar biasa dari para petani kopi… Bravo para petani kopi.

Hingga akhirnya greenbean ini tiba di mesin roasting baik milik petani, milik pihak lain, pihak ketiga, keempat dan kelima hinga packaging yang biasa, unik atau aneh sekalipun. Nah disini penulis ikut melanjutkan sebagian kisah kopi ini sebagai pecinta kopi atau tepatnya penikmat kopi.

Jadi dari mulai bean hasil roastingnya disitulah raga ini bersama. Memproses yang paling rutin tentu dengan manual brew V60 dan sesekali flat bottom serta tidak alergi juga kalau diproses dengan model kopi tubruk biasa.. no problem. Jika tidak bisa mendapatkan kopi seduh manual maka pilihannya adalah mesin kopi dan hadirlah espresso, americano, longblack dan dopio. Sesekali cappucino, latte, dan afogato, jikalau terpaksa.

Dari perjalanan inilah dirasakan bahwa menikmati kopi dengan hadirnya kantuk itu berbeda. Karena tidak semua kopi mengandung kafein tinggi, seperti kopi jenis robusta. Kebetulan saya kurang menyukai jenis kopi robusta yang memiliki rasa pahit saja tanpa bisa dipilah acidity dan after tastenya, hanya body atau kepahitan saja yang hadir sehngga lebih cocok dicampur dengan gula, susu, krimer, sirup dan sebagainya.

Jadi kalau malam menjelang sekitar jam 23.00 wib, grinder dulu bean kopi arabica lalu diseduh dengan manual brew V60. Duduk sejenak sambil menikmati keheningan dan menyeruput kopi buatan sendiri, lalu minum air putih dan gosok gigi. Beranjak ke tempat tidur dan terlelap hingga pagi menjelang. Sesekali juga terbangun jam 01.00 dini hari. Langsung seduh kopi, sruput dan bobo lagi hehehehehe. Jadi bagi penulis kopi hitam tanpa gula justru menjadi kawan akrab dalam kengantukan.

Pas ngebahas urusan ngantuk, jadi inget tulisannya Om Winter ( W. Christ Winter, MD) di buku yang berjudul The Sleep Solution. Dibahas tuntas tentang ngantuk dan nikmatnya tidur itu berdasarkan kajian-kajian dan penelitian akademik. Termasuk perbedaan dari ngantuk dengan kelelahan. Biasanya kita tidak peduli dengan perbedaan ini, padahal kelelahan itu berbeda. Ngantuk hanya indikator awal, sementara kelelahan termasuk dengan depresi, kekurangan vitamin serta perlu penanganan komprehensif tidak sekedar mengganti dengan waktu tidur saja.

Bentar ya….  supaya nulisnya lebih semangat maka sruput dulu kopi manual brew yang sudah disiapkan dari tadi oleh sang Barista dari T-box Tea Coffee & Bakery. Kopi arabica Bali Mt. Batukaru natural menemani sore yang menyenangkan ini, menambah inspirasi untuk kembali menulis sebagai ‘pelarian hakiki’ dari segala kesibukan yang mendera dari hari ke hari.

Kembali ke buku tadi, ternyata tidur itu terbagi menjadi beberapa fase. Pertama adalah fase tidur ringan yang ditandai dengan kondisi tidur namun masih bisa mendengarkan aktifitas sekeliling serta mudah untuk terbangun, fase ini berkisar di 5% hingga 50% tidur kita. Fase kedua adalah tidur nyenyak, kondisi inilah yang mampu memulihkan kelelahan termasuk fungsi faal tubuh yang telah diforsir sepanjang hari dengan porsi rata-rata 25%.

Fase terakhir adalah tidur REM (rapid eye movement) atau fase tidur dengan gerak mata cepat. Fase ini disebut juga tidur mimpi, dan menyumbangkan rata-rata 25% dari tidur kita. Dari ketiga fase ini dapat dipahami bahwa tidur yang tepat akan menjaga ritme siklus sirkadian kita tetap stabil dan menjaga keseimbangan emosional, hormonal dan kondisi tubuh untuk segar kembali dalam menjalani aktifitas di pagi hari.

Nah, bagi yang senang begadang dengan minum kopi yang berkafein tinggi khususnya jenis robusta maka harus juga berhati-hati karena dalam jangka panjang beresiko menimbulkan ketidakseimbangan metabolisme, hormonal hingga emosional. Disini penulis bersyukur bahwa menikmati kopinya adalah jenis kopi yang rendah kafein dan masih begitu mudah untuk mengantuk jika memang sudah menjelang malam. Trus kalau mau ngopi dengan base-nya arabica khususnya kopi mesin seperti espresso, americano dan longblack, nikmatilah siang hari sehingga efek kafeinnya tidak mengganggu jam tidur kita.

Jadi catatan pentingnya adalah :
– Jika mengantuk segera mempersiapkan diri untuk tidur karena obat ngantuk itu tidur hehehe.
– menikmati kopi yang berkafein tinggi, disarankan pagi, siang atau sore hari sehingga tidak mengganggu siklus ngantuk dan tidur kita.
– Jika memang perlu begadang sesekali, kopi dengan bean robusta menjadi pilihan utama.
– kohitala manual brew dengan bean arabica relatif aman dinikmati kapanpun dengan syarat tanpa tambahan apapun baik gula, susu, krimer, sirup dan sebagainya.

Itu dulu ya celoteh kopi kali ini, yang penting kira syukuri kesempatan ngopi juga saat berharga bisa sruput kopi apalagi diproses dengan biji pilihan dan dikerjakan sendiri atau bantuan barista hingga akhirnya disruput sendiri. Happy weekend kawan, Wassalam (AKW).

Espresso Pagi

Sruput dulu pagi-pagi…. biar suegeer.

BANDUNG, akwnulis.com. Mata terdiam memandang segelas kecil cairan pekat yang mengharumi kenyataan pagi ini. Gelasnya memang kecil alias mini banget tetapi tulisannya sudah menjawab sepintas tentang kepenasaran pembaca yakni satu kata ‘Espresso‘.

Singkat kata bahwa espresso ini adalah istilah yang hadir begitu jauuh dari benua eropa sana, tepatnya di italia. Asal kata dari ekspress yang berarti cepat, yakni menyajukan kopi secara cepat dan bisa dihabiskan dengan cepat karena hanya sekali tenggak bisa segera tuntas.

Cocok dengan sifat generasi millenial dan zelenial yang semuanya harus serba cepat dan praktis guys. Tapi kenyataannya masalah cepat mungkin cocok tetapi masalah rasa itu berbeda. Generasi millenial dan zelenial ini cenderung kurang suka sajian espresso original alias 7-9 gram bubuk lembut kopi yang disemburkan air panas sebanyak 45 ml, tentunya semburannya bukan pake mulut karena akan menimbulkan kejijikan karena ada unsur cudah eh ludah tetapi menggunakan mesin kopi yang miliki standar sendiri. Karena rasanya original yakni kopi murni alias ada kepahitan yang nyata.

Sebagai bukti adalah lebih banyak kopi warna warni dengan aneka cairan sirup yang digandrungi. Plus elemen lain seperti boba, konyaku dan nata de coco.

Kalau penulis sih sudah masuk generasi antara, yakni antara 40 ke 45 maka lebih fokus saja menikmati sensasi kepahitan rasa yang hadir dari sajian secangkir kopi epresso saja. Airnya sdikit tapi ekstraksinya ajib sehingga mampu membuat lidah bergetar dan rongga mulut terdiam dalam sensasi kepahitan yang komprehensif.

Jika belum puas maka pesan lagi saja double shot espresso atau disebut juga dopio. Weleeh ternyata pahit bingit…. tambahkan saja dengan air panas maka namanya berubah menjadi secangkir longblack.

Itulah pesanan yang tersaji saat ini, secangkir longblack dan secangkir kecil espresso. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu ekstraksi bubuk kopi yang diproses via mesin. Juga sama-sama disajikan tanpa gula. Pembedanya adalah 1 elemen saja, longblack itu ditambah 1 shot espresso lagi dan tambah air panas, itu saja.

Kepahitan yang dihadirkan tetap sama, namun dari tujuan menjadi berbeda. Espresso lebih cocok dinikmati pada waktu yang terbatas sedangkan jika butuh waktu kongkow atau menyendiri lebih lama maka longblacklah sebagai teman setia. Jangan khawatir dengan rasa pahit yang dihadirkan, karena disitulah kenikmatan yang bisa dirasakan.

Yuk ah, sruput dulu agar kesibukan pagi ini bisa diawali dengan semangat dan kesegaran. Wassalam (AKW).

***

Lokasi : Warung kopi eh cafe.

HOAX yg NIKMAT

Ternyata Hoax ini mah beda euy.

JAKARTA, akwnulis.com.  Sebuah pertemuan yang mengantarkan raga bergerak ke ibukota. Secarik undangan menjadi dasar bahwa kehadiran adalah sebuah keharusan. Apalagi berkaitan dengan anggaran negara, semua harus hati-hati, teliti dan betul – betul mempelajari regulasi yang sering berubah dan  berganti.

Namun kembali, cerita tentang kerjaan maka tertuang dalam laporan. Kotretan resmi dan sesuai naskah dinas akan hadir sebagai nota dinas. Namun kesempatan hadir di pinggir pantai ibukota negara tepatnya di daerah ancol harus dioptimalkan dengan berbagai aktifitas.

Trus ngapain aja bro?”

Gampang jawabannya, yang pertama disaat sesi istirahat sore menjelang malam segera bergerak dengan skuter (suku muter) atau jalan kaki dan usahakan minimal 6.000 langkah.

Diitung perlangkah gan?”

Ya enggak atuh, khan ada teknologi. Cukup pake gelang smartfit dan ber-skuterlah. Maka hitungan akan berjalan. Lalu supaya skuternya full motivasi, search dulu cafe kopi seputar ancol yang menjadi srandar tujuan. Nyalain googlemap, lets go.

Langkah mantabs bergegas menyusuri pinggir pantai, masih berbaju kemeja dinas ‘smiling west java’ tapi sepatu slip on karena pasca operasi ternyata belum bisa pake sepatu biasa.

Setting tujuan diperkirakan 30 menit saja, biasanya cukup 6.000 langkah. Kalau kurang ya ditambah lagi aja. Gitu aja kok repot.

Nah, perjalanan inilah yang menemukan sebuah nilai penting. Yaitu cerita tentang HOAX. Kita tahu semua bahwa Hoax ini sering menyengsarakan karena berupa berita bohong dan menyesatkan. Bisa membuat kegaduhan di keluarga, kedinasan, masyarakat juga bangsa dan negara.

Tapi Hoax kali ini berbeda, karena ternyata ini adalah HOAX yang nyata kawan. Ceritanya setelah perjalanan dari hotel mercure – putri duyung cottage – bunderan Symponi of the sea – danau ancol hingga Bandar Jakarta – Colombus cafe – Le Bridge – dan ada yang menarik yaitu sebauh Cafe dengan nama HOAX, cuma karena target langkah nelum terpenuhi  lanjutkan skuternya sampai ke Ereveld Ancol (Dutch War Cemetery Ancol)….. tapi pas mau naik jembatan yang membelah pantai, kok serasa nggak enak hati. Apalagi suasana agak temaram dan sepi.

Ya sudah balik kanan dech, lagian sudah 6.321 langkah. Mencari mushola lalu bergerak kembali ke arah tadi berangkat. Cafe HOAXlah yang menjadi tujuan.

Alhamdulillah, tempatnya nyaman dan pilihan menunya variatif, bukan hoax guys. Lalu yang paling penting adalah ada sajian kopi meskipun kopi berbasis mesin. Lumayanlah, cafelatte bisa menemani kesendirian pada malam hari ini.

Jadi sekali lagi, di daerah ancol inilah baru menemukan nama hoax yang bermanfaat. Srupuut gan. Wassalam (AKW).

Menikmati LEMCOFF

Mencoba menikmati segarnya kopi

CIMAHI, akwnulis.com. Udara siang yang panas teralihkan oleh buaian sang angin yang menyusur lembut menerpa badan ringkih ini.

Ih jangan bilang badan ringkih, kamu khan sehat”

Iya bener juga, menggunakan tongkat penyangga bukan berarti ringkih dan lemah, tetapi sebuah proses kesabaran dalam meraih kesembuhan seperti sediakala.

Channel youtube : MENIKMATI LEMCOFF

Kamu teh sakit apa?” Banyak rekan bertanya setelah melihat keadaan ini. Penulis awalnya termangu, kenapa pada nggak tahu ya. Padahal rutin di broadcast berbagai tulisan yang menjelaskan musibah yang terjadi hingga harus diiperasi dalam bentuk cerita dan gambar rontgent yang ada.

Jawabannya seragam dan sederhana, “Oh kirain dongen fiksi rekayasa, hampura nya.. sing enggal damang”

Terima kasih atas doa dan dukungannya, serta terima kasih juga atas persepsinya tentang ‘tukang nulis cerita fiksinya’ … sebuah kehormatan dan… bikin penasaran, “Pada baca tulisanku atau hanya baca captionnya saja?”

Terserah aja ah….

Siang ini selain angin berhembus penuh rasa persahabatan ditambah dengan sajian kopi dingin yang agak berbeda dari biasanya. Ada rasa yang menggelitik untuk mencoba kopi yang dicampur dengan lemon versi barista di Cafe Otutu  sekaligus nemenin sopir yang sedang menunggu mobil dicuci steam oleh para pegawai pencucian.

Keterangan : Cafe otutu itu cafe cozy di wilayah cimahi selatan sekaligus tempat cuci mobil yang buka pagi-pagi, jam 07.00 wib sudah siaga. Meskipun cafenya baru jam 10an bukanya.

Maka pesanlah satu menu kopi yang kayaknya menyegarkan  namanya lemcoff. Kayak nama menu di negara eropa. Supaya nggak penasaran maka dibuntutilah sang pelayan hingga bersua ke meja barista. Lalu minta ijin untuk dokumentasi agar menghilangkan rasa kepo berlebihan ini.

Nah ternyata bukan manual brew tetapi menggunakan mesin pembuat kopi dan diawali dengan prosesi untuk menghasilkan espresso….

sok atuh lanjutkan.

Lalu sang barista balik badan dan menggabungkan dengan bahan lain, alah teu katingali… geser kanan dan geser kiri… ohhh ternyata ditambah lemon dan es batu yang dituangkan dalam gelas perak untuk jugling, lalu dikocok kocokk.. dikocok kocok sambil tangan barista ke atas dan kebawah, mirip joget euy… tarik mang… semongko.

Dituangkanlah di bejana kaca dan terlihat selain sajian kopi ada busa coklat diatasnya, kayaknya seger tuh… dan pasti dingiiin… karena terlihat juga kawanan es batu berbentuk persegi kecil hadir juga di dalam bejana kaca.

Silahkan kakak, ini lemcoffnya”

Makasih, lemcoff itu singkatan ya?”

Iya kakak, itu singkatan dari lemon dan coffee..”

Agak mengernyit dahi ini karena kalau gitu lemonnya harus banyak dan sisanya kopi, ini mah cocoknya cofflem…. eh tapi ya terserah yang kasih nama ketang… yang penting kita coba rasanya.

Tuangkan dulu di gelas, ucap basmallah…. baru srupuuut…

Suegerrrr…… eh tapi kok manis ya?.. kerasa banget ada unsur sirupnya…. langsung manggil sang barista, “Kang ini pake sirup ya?”

Iya kak, kenapa kurang manis?”

Ga papa, tapi sekarang order lagi ya. Tanpa sirup”

Barista mengangguk tapi wajahnya terlihat bingung. Ternyata memang standarnya menggunakan sirup gula.

Tapi perbedaan ini tidak menjadi masalah, bergula atau tidak ternyata bisa menghadirkan sajian lemcoff yang segar menggugah selera. Tinggal pilih saja mau ditambah rasa manis atau tidak.

Penulis memilih tidak, karena memang sudah manis dari sononya hehehehehe.

Selamat weekend kawan, jangan lupa ngopi dan memaknai hari. Wassalam (AKW).

Arabica Puntang – Warsun.id

Bersua dengan kenyataan dan se cangkir kopi mini

SOREANG, akwnulis.com. Semilir angin sore menyapa raga tanpa basa-basi ditemani rintik hujan yang menyegarkan keadaan. Lalu lalang kendaraan terasa tenang tanpa teriakan klakson yang mengganggu pendengaran. Semua terlihat nyaman dengan keadaan masing – masing.

Tetapi ternyata masih ada yang tertatih dan belum berdamai dengan keadaan, perlahan mendekat dengan tatapan sayu dan badan lusuh, tentu di lengkapi aroma kesulitan yang dijalani sehari-hari. Dalam hati ingin membantu dengan segepok uang agar segera merubah kehidupan, tapi apa daya dengan segala keterbatasan. Hanya selembar uang ungu yang mewakili perhatian, semoga tawakal dan selamat menjalani kehidupan.

Setelah menghilang dari pandangan, giliran waitres yang sudah hadir di depan dengan senyum manisnya, “Silahkan scan barcode untuk menunya kakak”

Cekatan jemari lentik membantu scan dan memilihkan menu makanan serta minuman dan tanpa banyak cingcong pilihannya adalah sajian kopi hitam tanpa gula yang bakal menjadi obat bengong.

Pilihan kali ini jatuh kepada arabica puntang, si kopi legendaris dari bandung selatan. Di minta dibuat dengan manual brew V60, tentunya dengan panas yang tepat yakni aliran 92 derajatan.

Sambil termangu menanti sajian kohitala arabica puntang, kembali hadir seorang ibu muda menggendong anak bayi dilengkapi kotak speaker lengkap dengan mic untuk ber solo karaoke dangdutan.

Tak banyak tanya, sebuah lembaran coklat berpindah tangan dan dengan sumringah diterima tanpa banyak tanya lalu pergi dengan tergesa.

Silahkan kaka, kopinya” Sebuah suara renyah membuyarkan lamunan. Dibalas dengan senyuman tulus terima kasih. Alhamdulillah sudah tersaji kopi hitam tanpa gula dengan manual brew V60.

Tanpa banyak diskusi maka kopi di bejana berpindah ke gelas kecil putih dan langsung dinikmati… srupuuut.. nikmaat. Bodynya tebel dan  aciditynya setrong dilengkapi arima khas dan aftertastenya adalah fruity dan selarik nangka plus kacang tanah… segerrr.

Betapa sebuah nikmat tidak harus di tempat yang super mewah, tetapi cafe biasapun bisa hadirkan rasa, tinggal bagaimana kita bisa memaknainya.

Sruput lagi…. segaaar. Kembali memandang ke luar dan lalu lintas terasa begitu lengang serta rintik hujan telah hilang berganti siluet pelangi penuh harapan. Wassalam (AKW).

***

Lokasi : Cafe Warsun.id – Soreang.

KOPI JAPATI

Kembali menikmati KOPI (bersama) merpati.

Photo : Gunung Burangrang tertutup awan / dokpri.

PASIRHALANG, akwnulis.com. Semilir angin dari kaki gunung Burangrang memberikan kesegaran dan kedamaian. Setelah 4 purnama tidak pernah lagi nongkrong di meja sebuah cafe alam, maka hari ini pecah telor. Meskipun masih dihinggapi kekhawatiran terhadap pandemi covid19, tetapi dengan menghindari kerumunan maka kemungkinan tertular sangat kecil. Lagian di cafe ini nggak pernah kongkow dengan orang lain. Cukup bercanda dengan desau angin pegunungan dan sesekali tertawa berderai melihat aksi kumbang berebut putik bunga yang mulai mekar.

Sebelum pandemi tiba, tempat ini menjadi favorit untuk menghabiskan waktu dalam kesendirian ditemani botol server berisi sajian kopi v60 dan cangkir kecil untuk menyruputnya…. yummmy.

Beberapa tulisan terdahulu tentang cafe ini bisa dilihat di tulisan NGOPAY DI MELOH CAFE dan tulisan KOPI CIKURAI PENGOBAT LARA.

Tapi itu dulu, sekarang suasananya telah berbeda. Dunia berubah dengan cepat dan menjungkirbalikkan fakta seiring wabah pandemi yang belum ada vaksin penawarnya. Kalaupun ada produsen obat yang sudah mampu menghasilkan obat anti covid19 di amrik sana, ternyata langsung di borong Om Trump dengan semangat arogansi adidayanya.

Photo : Sajian manual brew V60 Arabica Ciwidey / dokpri.

Sudahlah, sekarang lebih banyak berdoa dan mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta sembari ihtiar usaha semaksimal mungkin dengan mengikuti protokol kesehatan pencegahan covid19 yang sudah jelas petunjuk – petunjuknya. Yakinlah bahwa bahaya Covid19 ini masih gentayangan di sekitar kita, apalagi dengan status OTG yang bisa mengecoh kita.

Tetap gunakan masker dan lakukan phisical distancing, sering mencuci tangan, gunakan hand sanitizer dan bawa semprotan anti bakteri dan virus (serasa isi TRK… aplikasi kinerja harian yach di kolom tugas covid19 hehehehe)… jika masih khawatir juga dengan berkas-berkas dan orang yang ada, maka lengkapi dengan face shield dan sarung tangan plastik.

Back to laptop…

Kali ini menikmati sajian kopi hitam tanpa gula hasil manual brew dengan V60 terasa begitu emosional, inilah ngopay perdana di masa pandemi corona… meskipun berbatas waktu tetapi cukup memberikan suasana berbeda dan menuntaskan rindu. Sajian kopi arabica ciwidey menemani kenikmatan siang ini.

Acidity medium dan body menengah dilengkapi aftertaste rasa berry dan citrun serta sekilas rasa cocoa dan dibalut rasa keasaman alami ciri khas kopi bandung selatan.

Photo : Minum kopi bersama Japati – merpati / dokpri.

Kejutan lainnya adalah teman ngopinyapun spesial, yaitu merpati atau japati. Entah lapar atau memang merpati nggak pernah ingkar janji, maka dikala raga ini sedang sendiri, datanglah seekor merpati menemani. Clingak clinguk dan memberi sedikit kerling serta senyumannya kepadaku, kubalas dengan menyorongkan kamera agar dapat mengabadikan momen berharga ini, NGOPI JAPATI. Minum kopi sambil ditemani seekor merpati yang tiba-tiba hadir tanpa basa basi.

Itulah sekelumit aktifitas ngopay diluar rumah yang tuntas dihadiri meskipun bukan kumpul-kumpul, tetapi hanya menyendiri di meja panjang pualam sambil merenungi perjalanan kehidupan yang begitu beraham dan sarat hikmah pengalaman.

Semilir angin gunung Burangrang kembali mengingatkan untuk segera beranjak pergi karena tugas pribadi sudah menanti, Wassalam (AKW).

***