KOPI BERBUIH DI CUPBA CAFE.

Menikmati sajian kopi dingin berbuih…. suegeer.

BANDUNG akwnulis.com. Pertemuan dengan sajian kopi kali ini seolah dituntun oleh takdir dan diarahkan keadaan karena seperti tidak sengaja mencari tetapi akhirnya bersua. Itulah indahnya sebuah makna pertemuan dan disadari atau tidak ternyata semakin mudah bertemu dengan aneka kohitala (kopi hitam tanpa gula) khususnya yang diproses sajian secara manual tanpa menggunakan mesin kopi. Sehingga menilai rasanya bisa maksimal.

Halah sotoy menilai rasa, padahal khan nggak belajar cupping dan nggak punya lisensi sebagai seorang profesional untuk menilai notes dan profile kopi.”

Kalem bro, nggak usah ngegas begitu. Tulisan – tulisan receh di blog ini memang hanya tulisan santai yang bertema tentang ‘belajar mencintai kopi’ yang diperlukan kesabaran, perlahan tapi pasti dan tetap menjaga konsistensi seperti belajar bagaimana mencintaimu, ahaay.

Jikalau tulisan ini bicara sebuah rasa dari sajian kopi, sebuah suasana dalam cafe kopi atau siapa yang begitu menyegarkan membawa dan menyajikan kopi, juga tempat yang nyaman untuk menikmati kopi, itulah yang coba ditulis dengan tertatih dan berusaha terus tanpa letih.

Urusan rasa kopi tentu sang lidah dan indera penciuman begitu berperan ditambah sejumput imajinasi menghasilkan catatan penting manakala sruputan kopi ini menjadi relaksasi. Memberi ketenangan bagi diri dan akhirnya bisa memberi suasana kesegaran dalam aktifitas sehari-hari.

Kali ini bersua dengan sajian kopi yang diproses dengan metode cold brew. Metodenya dengan proses ‘perendaman‘ menggunakan air dingin dengan suhu ruangan lalu disimpan selama minimal 8 jam. Nah setelah itu bisa dicicipi alias dinikmati. Kekhasan metode cold brew ini adalah melindungi bean dari paparan suhu panas sehingga tidak ikut mengekstraksi karakter acidity kopi, ekstraksi dilakukan melalui lamanya waktu perendaman dan akan menghasilkan rasa kopi yang ringan tapi istimewa.

Ternyata metode cold brewnya plus alias ada perlakuan tambahan yang dilakukan oleh kang Iman, yakni setelah proses 8 jam perendaman lalu disaring dan disimpan di chiller selama 3 bulan dan 6 bulan. Sehingga menghasilkan cold brew yang berbeda. Untuk cold brew yang 3 bulan disimpannya, ada rasa sedikit manis alami dan agak nyereng*) dengan acidity alias rasa asam yang menyegarkan.

Nah pas nyoba yang cold brew versi disimpan 6 bulan, baru dibuka aja sudah menghadirkan sensasi. Karena ternyata langsung busa kekuningan mendesak tutup botolnya dan meluber keluar membasahi meja. Tentu sang barista gesit mengambil lap berupa kanebo yang mudah menyerap cairan tumpah. Tapi karena didokumentasikannya jadi nggak asyik, warnanya lecek hehehe. Disingkirkan dulu untuk kepentingan dokumentasi.

Kebetulan juga botol cold brewnya ini menggunakan botol seperti minuman beralkohol maka tampilannya menjadi unik dan memiliki daya tarik sebelum meminumnya. Lalu gelas – gelas diedarkan dan diminum bersama, baik sang barista juga seorang kawan yang kebetulan sedang bersama.

Srupuut… nyengiir.. keasaman sempurna memenuhi rongga mulut dan memberikan sensai kejut di ujung lidah, asem dan seperti bersoda. Tapi tetap rasa kopinya ada dengan nuansa alami racikan manual yang bersahaja. Memberi kesempatan berharga menikmati sajian kopi di daerah bandung utara.

Jadi inilah tulisan singkat yang mungkin bisa memberi makna serta informasi berbeda tentang bagaimana secara bertahap mencintai kopi yang tersaji tanpa tambahan bahan itu ini. Happy weekend kawan, Wassalam (AKW)

***

Lokasi :
KOPI CUPBA
Jl. Sersan Bajuri No. 102 Cihideung Parongpong Kab. Bandung Barat. Jawa Barat 40559
(Halaman Green Forest Horison Hotel).

KOPI MALAM & Salad Siang.

Kopi malam & Salad Siang

RIAU209, akwnulis.com. Termenung memandang temaram malam yang menelusup dari sudut jendela ruang kerja, ternyata sesosok gelap telah melingkupi di luar sana.

Sementara di hadapan mata masih terserak segudang harapan dan permintaan. Bertebaran di atas meja, di samping PC juga berjejal di dalam layar laptop yang hampir 12 jam tetap terjaga.

Malah di sela kursi dan di lantai bawahpun ternyata serpihan harapan itu ada.

Perlahan jemari bergerak menggenggam senjata andalan, sebuah pulpen sakti bertinta biru. Digoreskan sedikit di putihnya kenyataan, dan byaaar…… suasana malam yang kelam berubah menjadi terang benderang.

Coret lagi di kertas lainnya, maka muncul cahaya mercon dan petasan kecil warna warni. Jemari menari dan bergerak lincah untuk menemui semua pemgharapan yang sudah lama menanti diberikan sentuhan – sentuhan.

Tuntas dengan si pulpen sakti dilanjutkan dengan sentuhan akhir di layar laptop. Hanya memberikan sejumput senyuman digital dan satu klik persetujuan, menghadirkan sejuta emoticon kelegaan dan perlahan tapi pasti semua pamit menyisakan layar laptop yang putih bersih, Alhamdulillah.

Sebelum meninggalkan semuanya, ritual pamungkas adalah bercengkerama dengan sikopihitam penggugah rasa dan sepiring kecil salad warna warni yang setia menunggu dari siang tadi. Setetes demi setetes membasahi tenggorokan dan kunyahan salad melengkapi perubahan malam temaram menjadi pekat karena mentari telah sembunyi di balik harap.  Wassalam (AKW).

Arabica Wine Gununghalu.

Giliran arabica wine Gununghalu yang di seduh… ajiib.

BANDUNG, akwnulis.com. Setelah 2 hari yang lalu menikmati arabica wine Abah Papandayan, maka kali ini mencoba biji kopi yang diproses wine juga. Yaitu kopi arabica Gununghalu. Sebenernya sebulan yang lalu sudah pernah diseduh tetapi nggak sempet bikin review ala-ala. Buat nuntasin itu, ya musti bikin lagi donk, supaya feelnya dapet dan menuliskan apa adanya, apa yang dirasa dan apa yang diamatinya.

Inilah ceritanya….

Oh ya jangan bosen ya brow, jikalau cerita proses seduh kopinya gitu – gitu aja. Memang begitu protapnya buat nyeduh manual pake versi corong keclak (corong yang nantinya menetes) baik corong V60 ataupun flat bottom dengan 3 bolongan.

Maka standarnya sama 2 x 13gr biji kopinya di grinder dengan ukuran 3 dan 4. Tak lupa air panas dijerang… eh air dari galon dijerang agar mendidih sebagai standar kepanasan sang air penyeduh ini.

Setelah biji berubah wujud menjadi serpihan, maka rasa sedih terasa menyesakkan hati… lhaa kok kesinih sih… gara-gara kata serpihan ya?Padahal serpihan ini mah nikmat, segar dan harum.

Berhubung kertas filter V60nya habis sementara yang ready adalah kertas filter flat bottom, maka proses manual brewnya berbeda dari biasanya. Kesamaannya adalah prosesi corongisasi ini yang diyakunkan bahwa menghasilkan cairan kopi yang bersih bebas ampas serta jelas tanpa manisnya gula.

Biji kopi kali ini adalah biji kopi arabica Gununghalu yang di proses secara wine. Sebuah pilihan processsing coffee yang (hanya) bisa dinikmati seseorang yang sudah masuk (maniak) kopi. Karena profile rasanya mayoritas body bold dan acidity super strong trus memberi sengatan rasa yang bikin kaget…. seperti sensasi pas nyruput wine, katanya mirip. Plus ada rasa ninggal yang bisa bertahan beberapa saat di pangkal lidah, tentu dengan rasanya yang khas.

Buat yang belum pernah dan mau mencoba, tentu tidak mengapa. Tapi hati-hati dengan sengatan kombinasi keasaman dan kepahitan maksimalnya…

Yuk ah… seduh dulu… airnya udah mendidih brow.

200 ml air 90° derajat celcius berpadu dengan 26 gram serpihan biji kopi menghadirkan rasa yang penuh sensasi. Tak lupa sebelum di sruput wajib bin kudu untuk di dokumentasikan dulu… Cetrek.

Nah baru dituangkan di gelas, dan srupuuttt…

hmmm.. enak euy.

Versi lidahku mah after tastenya ada tamarind dan dark chocolate serta selarik fruity. Bodynya bold tapi sedikit tipis, nah aciditynya ajib…. strong sadis bikin terhenyak dengan nyerengnya….. grrrrr…

…. dan diakhiri sebuah rasa ninggal di pangkal lidah sebelum hilang kembali digerus kenangan.

Srupuuuut….. yummy…. tenggg… nyereng brow. Nikmat.

Disclaimer :

Maafkan jika cerita sruput kohitala ini bikin baper dan terkesan ngabibita dan PHP.. bikin pengen aja tapi biji kopinya nggak dikirim.
Maafkan semuanya, stoknya sedikit dan itupun pemberian hehehehehe…. tetapi dengan sebuah cerita, maka rasa yang ada akan selalu terjaga..
uhuy.

Wassalam (AKW)

Coffee Arabica Abah Papandayan.

Akhirnya bisa menikmati kembali prosesi dan sruputisasi…

CILEUNYI, akwnulis.com. Tak sabar sebuncah rasa untuk kembali mereview ala – ala sebuah keajaiban rasa yang dihadirkan oleh si biji hitam misterius yang penuh sensasi. Kali ini hadir atas kebaikan seorang kawan, kopi arabica Abah Papandayan.

Tanpa banyak cingcong dan diskusi mendalam dengan diri sendiri, meskipun phisik masih agak lelah, semoga menyeduh kopi secara manual ini bisa menjadi mood booster untuk kembali menjadi perkasa menapaki hari-hari yang harus dimaknai dengan rasa syukur yang penuh berkah meskipun situasi pandemi masih penuh ketidakpastian.

Maka segeralah peralatan perang eh…. peralatan seduh manual dipersiapkan… jeng jrengg.

Jreng….

Peralatan sederhana tapi penuh makna, kertas filter flat bottom, corong flat bottom, air panas pake merk amidis dan dijerang agar menggolak… eh mendidik. Tak lupa 2x takaran bean sekitar 28 gram di grinder dengan ukuran 3-4 agar menghasilkan serpihan kasar yang menuh keharuman.

Segar dan harum menyeruak memenuhi ruang hati, melengkapi proses penggilingan ini… hmmmm.

Setelah air mendidih, diamkan sejenak agar mendekat suhu 90° celcius. Lalu diguyurkan perlahan denganteko kaca gooseneck ke kertas filter sebelum dilakuka prosesi manual brew ini. Lalu serpihan kasar biji kopi memenuhi kertas filter di corong flat bottom dann…….. currr kembali teko kaca gooseneck beraksi menyalurkan air panas berpadu serasi dengan serpihan biji kopi untuk bersama-sama lakukan proses ekstraksi… diputerr cuur… puternya searah jarum jam ya… tadaaa… tetes demi tetes cairan hitam harum berkumpul di dasar bejana kaca… asyiik.

Tak lupa gelas kaca kecilku, selalu setia sebagai sarana penyeruputan kopi yang elegan dan penuh kenangan.

Setelah tuntas bermanual brew, saatnya cairan hitam dipindah ke gelas kaca.

Srupuuut…..

Woow….

Rasa winenya menyerang syaraf – syaraf mulut dengan dahsyatnya setelah sekian lama jarang bersua dengan sensasi rasa. Betapa nikmatnya, acidity strong menguasai semua perasa didukung body bold maksimal yang melingkupi segala suasana.

After taste yang dihadirkan begitu ‘ninggal‘ di pangkal lidah beberapa menit berselang serta ada rasa ‘nyereng’ atau menyengat yang merupakan kekhasan biji kopi wine yang penuh kesempurnaan. Hadir rasa lime yang asam kecut plus tamarind serta ada rasa anggur hijau yang kesat segar (semoga lidahnya bener inih…) dan aroma fruity lain yang agak sulit didefinisikan oleh keterbatasan lidahku inih.

Sungguh menyenangkan bisa nyeduh biji kopi abah papandayan ini yang diproduksi oleh Kareumbi Farmer ini. PiRT No. 2093272010054-19 ini hadir atas kebaikan seorang kawan yang sengaja datang ke kantor bersama Bos petani kopi sekaligus roasternya, hatur nuhun Kang Rino & Kang Bayu.

Kopi Arabica Abah Papandayan ditanam di Kaki Gunung Papandayan pada ketinggian 1400 mdpl terdiri dari varietas unggulan diantaranya Yellow Borbon, AS-1 dan Preanger Buhun dengan naungan pohon jeruk dan pohon kayu hutan hujan tropis (ini tertulis di bungkusnya kawan…)

Itulah mood boster kali ini, badan segar hati nyaman begitupun lidah terus mengecap rasa nikmat yang tertinggal. Happy weekend kawan, dont forget to sruput your coffee…. kopi hitam asli tanpa gula. Wassalam (AKW).

Kerumunan KOPI.

Akhirnya berkerumun juga….

KBB, akwnulis.com. Ngobrol bareng dan ngopi bersama menjadi momen yang sangat berharga karena setahun lebih telah tercerai berai akibat penyebaran pandemi covid19 yang menerkam dunia.

Harapannya saat ini semua sudah sirna dan semua baik-baik saja. Tetapi ternyata itu masih mimpi yang bersembunyi di pelupuk mata. Karena kenyataaannya justru kita sekarang harus lebih waspada. Virus covid19 yang bermutasi telah menghadirkan kekhawatiran gelombang serangan kedua, dengan segala kehebatannya termasuk (katanya) tak mempan dideteksi dengan swab PCR….

Aduuh makin hawatir saja tapi jiwa berontak, sampai kapan terkungkung dalam ketakutan dan ketidakpastian ini?”

Bergelas-gelas kopi sudah dinikmati di rumah dengan metode pres, model tubruk hingga andalan adalah seduh manual filter V60. Tapi ternyata ada yang kurang, bukan urusan kopi… tapi teman ngopi….

GuBRAk….  jangan berfikir yang macam-macam. Yang dimaksud adalah teman-teman pecinta kopi, khususnya kopi tanpa gula. Saling diskusi sruput kohitala dan terkadang berantem karena beda rasa antara keyakinan selarik banana dengan aroma nangka.

Jikalau sendirian, itu tidak bisa. Pernah ada ide cupping kopinya via zoom karena masa pandemi. Tapi ya nggak afdol karena berarti bikin manual sendiri baru dinikmati. Tidak ada objektifitas saling tukar hasil karya.

Tapi, jikalau memaksa. Resiko kemungkinan tertular adalah niscaya, dan yang lebih menyakitkan adalah jikalau karena pertemuan atau pergaulan kita ternyata membawa virus ke rumah dan menularkan kepada keluarga termasuk orangtua atau anak kecil dan saudara yang punya penyakit bawaan (komorbid)… Audzubillahi Mindzalik.

Maka cara terbaik yang bisa dilakukan adalah berkerumunlah di cafe dengan kopi.

Apa itu?”

Iya cari cafe yang penerapan protokol kesehatannya bagus, tersedia cuci tangan, cek suhu, hand sanitizer plus kapasitas pengunjung yang terkendali dengan model duduk jaga jarak.

Susah atuh bos!”

Ini khan hanya ihtiar, disatu sisi ingin ngopi sambil kongkow bareng dan jadilah kerumunan. Di sisi lain takut terjadi kontak erat dan menjadi lanjutan penularan. Maka cara terbaik adalah…. biarkan kopi yang berkerumun hehehehe.

Pesen kopi kohitala 2 porsi dan (terpaksa) nikmati sendiri. Jangan sedih karena sulit kongkow kali ini. Tapi kembali bersabar sambil menunggu pandemi pergi. Nanti mah kita bisa lanjut kongkow ngopay tanpa harus terlihat lebay.

Semangat kawan, biarkan sekarang kopinya yang berkerumun dengan gelas dan botol saji tembikar ditemani 2 keping kue kopi yang terbungkus plastik rapi. Wassalam (AKW).

NGOPI di Warung Pinus

Mlipir dulu demi kohitala dan suasana.

Photo : Kohitala Arabica Cibeusi Subang / Dokpri.

Sagala Herang, akwnulis.com. Ketika semilir angin menenangkan jiwa, saat itulah suasana hatipun menjadi tenang. Sesaat terbebas dari beban pekerjaan dan sejumput hutang perasaan.

Berisiknya kicau burung di pucuk pinus, menghantarkan suasana menjadi lapar dan haus. Apalagi seharian didera oleh acara yang super serius, inilah saatnya untuk lupakan badan kurus dan pipi tirus dengan menikmati makanan dan minuman yang tanpa embel-embel kasus.

Lokasinya memang cukup tersembunyi, tetapi menjanjikan suasana yang mendamaikan hati. Jikalau dari Bandung, maka sebelum memasuki Ciater ada jalan ke kiri menuju daerah Sagalaherang Kabupaten Subang. Beloklah dan nikmati perjalanan dengan ditemani hamparan kebun teh yang menghijau dengan jalan relatif mulus dan menurun. Jalannya agak kecil sehingga jikalau ‘pasanggrok‘ atau berpapasan dengan kendaraan lain harus sedikit menepi dan berhati-hati. Apalagi jika tiba-tiba menepi di hatinya, hati-hati jika ternyata hatinya sudah milik yang lain…. ahaay apa seeeh?.

Cara paling gampang ke lokasi cafe ini, yaa google map saja dengan key word ‘warung pinus sagala herang‘…. perlu pake kata sagala herang karena di bandungpun ada nama cafe yang sama.

Tiba di TKP maka akan disambut dengan suasana hutan pinus yang mendamaikan, dengan fasilitas cafe yang cukup lengkap. Terutama toilet dan mushola, klo makanan minuman jelas harus enak donk…. ditambah dengan berbagai varian kopi yang bisa dibuat secara manual dengan berbagai pilihan, diantaranya vietnam drip, V60, aeropress dan shypon. Klo espresso, americano sudah jelas ada dan tentu turunannya ada picollo, creme bruele, avogato, cappucinno dan latte….. ah siap-siap srupuuut…

Maka tanpa banyak pilih memilih menu, diputuskan untuk memesan kohitala (kopi hitam tanpa gula) dengan metode manual brew V60. Pilihan beannya adalah kopi dari Subang yaitu arabica Cibeusi.

Arabica Cibeusi adalah kopi yang ditanah dan di olah penduduk di wilayah Ciater khususnya daerah Cibeusi. Lokasinya dari jalur arah pemandian Sari ater ada jalan masuk ke pemukiman penduduk. Melewati juga villa-villa di Sarialam dan terus aja (itu kata pegawai kafe yang diinterogasi dengan kelembutan).

Photo : Soto ayam Warung Pinus / dokpri.

Dengan bean 14gr dan panas air seduhan 90° celcius. Maka hadirlah sajian kopi yang menggugah hati. Keharumannya nyata dan rasanya cenderung body medium dan acidity medium dengan profile after taste ada selarik manis fruitty yang menggemaskan. Nikmat pokoknya mah.

Sebagai makanan pendukung maka semangkok soto ayam lengkap dengan nasi, sambal dan jeruk nipis menemani perjalanan kuliner kali ini. Panas, enak dan suasana tenang melengkapi momentum makan siang menjelang sore dengan segala kesenangan.

Selamat makan dan ngopay kohitala kawan, bukan maksud ‘ngabibita‘ (bikin orang jadi pengen) tetapi ini memang nyata. Wassalam, (AKW).

***

Kopi Dini Hari.

Ayo semangat kawan…

Photo : Seduh dulu arabica java preanger bjb / dokpri.

KBB, akwnulis.com. Sebuah lantunan musik alami menyapa ujung telinga dan mata hati. Meskipun suasana begitu sepi dan penuh misteri. Alunan musik alami menghadirkan sebuah semangat baru yang menguatkan kembali sendi – sendi kegalauan yang begitu kuat mencengkeram.

Perlahan tapi pasti, kesadaran hakiki tentang perjalanan duniawi adalah menjalani takdir yang sudah ditentukan Illahi Robbi. Tetapi sebagai mahluk-NYA, mendapat celah perubahan nasib melalui perantara Doa.

Maka seiring musik alami dini hari, sentuhan air wudhu, untaian kata doa dan ihtiar untuk berbicara mohon ampun pada-NYA adalah keharusan.

Galau itu manusiawi apalagi menyangkut keluarga, anak istri, orang tua dan saudara. Tetapi galau itu tidak cukup menyelesaikan masalah. Tariklah nafas sejenak, tetap fokus dan ikhlas menghadapi semuanya…… serta yang terpenting adalah senantiasa berfikir hal-hal yang baik, positif thinking tea geuning.

Nah, untuk pendukungnya kembali sajian kohitala, kopi hitam tanpa gula. Menjadi pendamping setia dalam suasana suka dan duka. Apalagi sedang galau, cocok pisan lur. Cuma memang manual brew mah lama jadi perlu yang praktis.

Alhamdulillah, salah satu bos BJB di beberapa waktu yang lalu mengirimkan kotak hitam yang elegan, berisi kopi arabica hasil grinder siap seduh yang dikemas menarik bin praktis. Kopinya arabica java preanger.. Nuhun pisan pak Bos. Ini stok hampir terakhir.

Ada 2 bungkus lagi, langsung buka, pasang di gelas server dan seduh dengan air panas 150gr. Setelah itu lanjut sekali lagi dengan bungkus satu lagi sehingga tersaji 300 ml kopi hitam tanpa gula arabica java preanger yang harum menggoda.

Tak lupa setangkup doa atas kesempatan kehidupan ini, Keluarga yang saling mencintai, pekerjaan yang salung dukung hingga pertemanan yang luar biasa termasuk juga atas kekuatan-MU untuk tetap bisa menulis dengan hadirnya ide-ide yang memenuhi kepala, tiada lain tiada bukan adalah Karunia Sang Maha Pencipta.

Dini hari bergerak menuju pagi, ditemani sajian kopi yang menenangkan hati. Selamat menjalani kehidupan ini, Wassalam (AKW).

RESAH

Tak perlu resah, tetaplah berkarya.

Photo : Kutrat kotret dulu / dokpri.

CIMAHI, akwnulis.com. Dikala berselancar di media sosial dan mendapati kenyataan bahwa ternyata banyak photo-photo dan video yang mempertontonkan rasa senang karena berada di objek wisata, hati menjadi resah.

“Kenapa?”

Entahlah, sebuah tanya menemani keresahan ini. Sejumput bingung menyelimuti keterbatasan ini.

Bukan apa-apa, ini masih pandemi. Virus covid19 masih berkeliaran, tetapi banyak orang juga butuh kesegaran dan kesenangan alias rindu piknik, apalagi diberi kesempatan hari libur yang sangat panjang…. sudahlah semua pasti beredar.

Motif kesehatan dan motif ekonomi saling berebut pengaruh sehingga inilah yang terjadi.

Tapi mengapa harus resah?, tinggal memilih saja kok. Apakah mau beredar bersama keluarga dalam suasana liburan yang ada ataupun berdiam saja di rumah dengan melakukan aktifitas bersama keluarga.

Jangan lupa bagi yang berlibur dan beredar musti banget pake wajib untuk ngikutin protokol kesehatan demi kebaikan diri sendiri, keluarga dan orang lain. Masker dipake, tetep jaga jarak, rajin cuci tangan pake sabun dan ready hand sanitizer yang bisa digunakan di berbagai keaempatan. Bawa peralatan ibadah sendiri dan seminimal mungkin hindari berkerumun…. ini yang susah, kaum liburan itu cenderung berkumpul dan meriung…. ah sudahlah.

Photo : Kohitala Manual brew Arabica JP / dokpri.

Ada juga yang terpenting adalah protokol doa, agar dihindarkan dari paparan virus covid19 ini juga penyakit-penyakit dan kesulitan lainnya.

Trus posting aktifitas liburan di medsos, boleh khan?”

Ya boleh-boleh aja, itu mah hak pribadi. Hanya saja tenggang rasa dengan saudara kita yang lain yang tidak bisa berlibur dan tidak mau berlibur karena menahan diri dalam suasana pandemi ini juga perlu dipikirkan. Termasuk mengendalikan keegoisan diri. Caranya gampang, balikkan saja posisinya dan cobalah apa yang dirasa.

Ah biasa aja perasaanku, klo aku diem di rumah dan liat postingan medsos saudara dan kolega yang sedang berlibur dengan ceria”

Photo : Kopi Americano no Sugar dibuatin orang / dokpri.

Sudahlah, semua punya hak dan perasaan masing-masing yang berbeda. Semoga semua baik-baik saja dan pandemi ini segera musnah atau minimal terkendali dengan hadirnya vaksin yang betul-betul teruji.

Trus supaya nggak resah ngapain?”

Akhirnya muncul juga pertanyaan ini. Tentu jawaban masing-masing pasti berbeda, aneka rupa dan macam-macam. Tetapi karena hadir tanya untuk penulis, maka obatnya sederhana, hanya 2 aktifitas yang paling mudah. Pertama adalah tulislah keresahan ini dengan tulisan singkat ala-ala sederhana dan kedua segera sruputlah kopi hitam panas tanpa gula, baik seduhan manual sendiri ataupun diseduhi… eh diseduhkan oleh orang lain… cukup itu.

Yuk ah menulis dan sruput kopi panasnya… nikmaat. Wassalam (AKW).

Arabica Wine Tangkuban Parahu.

Sruput kopinya dan hadapi masalahnya.

Photo : Arabica wine Tangkuban parahu / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Gemericik hujan menjelang sore ini begitu mendukung suasana hati yang sedang gundah merindu, merindukan suasana damai tanpa banyak tekanan dan kewajiban.

Tapi itulah kehidupan, dikala semua seakan baik-baik saja. Disitulah sebuah hambatan hadir. Meskipun tinggal kita ambil pilihan, hambatan ini adalah penghalang atau hambatan ini adalah sebuah tantangan?…. pilihan tentu ditangan kita.

Meskipun ada sedikit tergoda untuk tidak ngapa-ngapain, karena ada prinsip ‘Sebuah masalah itu tidak akan sulit jika tidak dikerjakan‘….. jangan terjebak prinsip yang tidak jelas. Pengalaman membuktikan bahwa membiarkan masalah adalah menghasilkan masalah baru dan semakin menumpuklah dengan masalah-masalah di awal hingga akhirnya kewalahan.

Jadi, mari kita hadapi setiap tantangan dengan treatment masing-masing. Yang paling penting adalah identifikasi dulu apakah masuk kategori urgent, berat dan berimplikasi luas, hingga yang sedikit bisa dijeda sehingga bisa menarik nafas untuk bertanya kepada semesta sebagai bahan jawaban yang dapat memberikan sejumput puas bagi sebagian besar pihak yang terkait.

Lho kok sebagian besar sih, bukannya semua harus puas?”

Dengan seringai riang, meluncurlah jawaban sakti, “Maaf kawan, Kami, Aku ini bukan alat pemuas hehehehehe”.

Tapi tetap berusaha lakukan yang terbaik untuk hadapi hambatan yang ada dan mengubah persepsinya sebagai tantangan, bukan halangan. Insyaalloh semua bisa dilewati, meskipun urusan waktu penuntasan tentu berbeda satu sama lain.

Sebagai mood booster dalam menghadapi tantangan ini, perlu dihadapi dengan kesabaran dan juga ketenangan….. nah urusan mencari suasana tenang, jangan lupa…. sambil nyruput kopi.

Photo : Sajian Arabica Wine Tagkuban parahu / dokpri.

Maka, pilihannya kali ini adalah arabica wine tangkuban parahu dengan metode manual brew V60. Dibuatin orang kali ini mah, mau bikin sendiri nggak sempet karena berbagai pertimbangan dan alasan… alasan terkuat mah hoream hehehe.

Tetapi karena dibuatin orang maka harus menerima kelebihan dan kekurangannya, begitupun sajian kali ini. Ternyata air panas yang dipake nyeduhnya dibawah 90° celcius.. jadinya hangat-hangat kuku saja. Padahal ….mm aku mah seleranya panas 90° celcius, tapi ya sudah nggak ada salahnya juga karena pasti alasannya adalah agar aciditynya lebih terasa dikala diseduh dengan suhu yang lebih rendah.

Tetap disyukuri saja karena bisa menikmati kohitala tanpa repot menyiapkannya.

Srupuuut…… bodynya medium dan aciditynya high dengan secubit rasa wine yang menggigit bibir diujung waktu. Profile sajiannya ada selarik rasa fruitty dan tamarind…. nikmaat.

Alhamdulillah kawan, suasana kebathinan relatif lebih nyaman sambil berusaha menyelesaikan beberapa urusan kerjaan yang perlahan tapi pasti bisa diselesaikan.

Selamat menikmati hari ini kawan. Wassalam (AKW).

Manja & Kopi

Manja itu penting, kopi apalagi.

Photo : Kopi sudah ready, lets go / dokpri.

CIMAHI, akwnulis.com. Sebuah perjalanan tidak lepas dari ketertarikan melihat kanan dan kiri denyut kehidupan yang penuh keanekaragaman. Meskipun mungkin secara berkala akan melewatinya, tetapi…. itulah kehidupan, senantiasa dinamis dalam gerakannya dan bisa jadi diluar perkiraan.

Nah, dalam pola hubunganpun ternyata ada pasang surut antara suka dan duka. Bisa juga rindu dan benci trus rindu lagi…. atau malah keterusan benci?…. atau benci hilang dan akhirnya rindu, eh giliran bertemu sudah tidak mungkin merindui karena bukan milik kita lagi?…

Dalam pasang surut ini, terselip sebuah sikap yang sering dipertontonkan dan terkadang tanpa sadar hadir karena dorongan jiwa yang hakiki.

“Apa itu?”

Sikap inilah yang seringkali hadir dalam perjalanan hubungan, yaitu sikap manja. Ingin dimanja dan bertemu dengan sikap ingin memanjakan, cocok ituh. Yang gawat adalah sama-sama ingin dimanja, akan dipastikan bahwa hasil akhirnya adalah perpisahan karena tidak terjadi chemistry take and give.

Yang ada tek en tek (baca : take and take) mana giftnya?…. hehehehe.

Maka kecocokan itulah yang harus dicari titik temu. Perlu usaha yang tak kenal lelah ditambah protokol doa, untuk diberikan pilihan yang terbaik. Jangan lupa, setelah semuanya hadir maka jagalah dengan segenap rasa dan balutan syukur tiada hingga.

Ngapain ngebahas urusan manja di malam minggu kakak?.. lagi pengen dimanja yaaa?”

Sebuah tanya yang dinanti agar segera mengakhiri cerita hari ini. Urusan manja hadir karena secara tidak sengaja melewati cafe kecil di bilangan Kota Cimahi sebelah utara dengan label ‘Kopi Manja’…

Langsung berhenti, datangi, pesan kopi yang disebut kopi manja, tunggu, datang kopinya, bayar, sruput…. ehh panass… khan take away…. sabaar nyruputnyaaa….

Kopi Manja ternyata kopi susu khas cafe ini, dan tetap bermanis gula… jadi terpaksa icip dikit dan dilanjutkan oleh ibu negara. Pilihan manual brew v60nya juga ada, itulah yang dijadikan pesanan kedua.

Photo : Manual brew arabica simalungun / dokpri.

Kendaraan bergerak dan kopi dalam cup ikut kemana raga bergerak. Hingga akhirnya berhenti di suatu tempat….. pasti disruput pada saat yang tepat.

Srupuuut…. hmmm V60 kopi manjanya memenuhi rongga mulut…… body dan aciditynya medium high dan cenderung lembut di lidah dengan aftertaste ada selarik tamarind dan buah chery….. Alhamdulillah.

Usut punya usut ternyata KoPi Manja ini adalah singkatan dari siMAlunguN dan JAwa. Kopinya dari simalungun dan dijual sama orang jawa….. dengan pilihan kopinya satu jenis saja yaitu kopi arabica simalungun tetapi setelah diolah maka disajikan dengan berbagai pilihan baik manual brew V60, kopsus, latte dan sebagai sebagainyaaah…..

Jadi ternyata istilah manja ini bukan merajuk karena balutan cinta kasih sayang dan perhatian, tetapi singkatan 2 kata yang di setting sedemikian rupa supaya bikin penasaran dan tentu menarik minat membeli bagi pemanja kopi eh pecinta kopi…. karena mungkin saja kembali memunculkan rasa ingin dimanja…. awww manja kamuuu.

Udah ah..

Semoga malam minggunya sukses dan tetap bisa bemanja ria meskipun hati-hati jangan salah memanjakan karena bisa berakibat ketergantungan. Wassalam (AKW).