Kohitala versi Hotel di Kuningan.

Studi banding kopi di restoran pas breakfast… ternyata.

CILIMUS, akwnulis.com. Setelah dini hari menyeduh kopi lalu tidur dengan lelap karena raga yang lelah memang perlu beristirahat. Ba’da shubuh perlahan menuju balkon dan kembali menyeruput kohitala buatan sendiri sambil memandang suasana pagi gunung ciremai. Betapa indahnya lukisan alam ciptaan Tuhan, Alhamdulillahirobbil Alamin.

Edisi kopi asli tanpa gula buatan sendiri akhirnya habis disruput ditemani kehangatan mentari pagi yang perlahan tapi pasti menyebarkan kedamaian dan keberkahan setiap pagi di dunia fana ini.

Tulisan tentang menyeduh kopi dini harinya bisa dibaca di KOPI & GUNUNG CIREMAI.

Sebagai lanjutannya maka perlu dilakukan studi banding tentang kopi yang ada. Meskipun tidak terlalu berharap banyak dengan rasa dan kualitas kopi tanpa gulanya.

Bersegera mandi dan keringkan badan dengan handuk lalu berdandan… halah berdandan, maksudnya cuman pake body lotion dan minyak rambut saja. Cukup itu. Lalu bergegas ke lantai lobby tempat restoran berada.

Setelah berkeliling lumayan juga pilihan menu untuk sarapannya, ah jadi inget anak istri. Ntar ah diajak nginep disini. Kaki bergerak mengelilingi area restoran hingga akhirnya menemukan yang dituju. Setoples kaca bening berisi kopi bubuk dan setoples lagi gula pasir serta termos besar berisi air panas.

Tanpa perlu dinanti-nanti, segera buka toplesnya dan ambil 2 sendok mucung bubuk kopi ini lalu dituangkan di cangkir yang tersedia. Terus air panasnya dicurahkan perlahan – lahan. Maka terciptalah secangkir kopi hitam panas tanpa gula dengan keharuman yang menggoda, entah kalau urusan rasa.

Beranjak dari situ mencari meja dimana tempat berlabuh, eh tapi lebih tertarik untuk ngopaynya di samping kolam renang yang areanya diluar restoran. Lengkap sudah temanya Ngopay dan Ngojay. Bergegas pamit ke petugas restoran sekaligus ijin, karena cangkirnya akan dibawa keluar menuju pinggir kolam renang.

Udara pagi menyapa serta pemandangan indah Gunung Ciremai yang begitu menggoda. Sungguh kohitala yang penuh makna, karena bukan hanya bicara rasa tetapi juga makna dibalik lukisan alam yang nyata.

Duduk di kursi dan secangkir kopi di meja pinggir kolam renang Hotel Horison Tirta Sanita begitu mendamaikan hati dan mencerahkan pikiran serta menghilangkan kegalauan. Tapi perkara nyebur ke kolam renang terpaksa ditunda dan dikendalikan karena waktu yang tersedia begitu mepet, apalagi dapat informasi Bos besar dua akan hadir secara langsung di acara, jelas kita harus hadir lebih dulu….. semangaat.

Oh iya, sruputannya lupa. Sambil memandang jernihnya kolam renang maka prosesi bibir menyentuh cangkir lalu cairan hitam penuh sensasi ini memberikan pengalaman berbeda. Bismillah.

Srupuuut… hmmm…

Kopi hotel cenderung blend dengan mayoritas robusta yang miliki rasa flat pahitnya serta minus acidity dan aftertaste. Bodynya yang menonjol, tetapi pada kopi tubruk ini ada rasa harum yang menghibur dalam rasa yang terbatas.

Sruput lagi… suegeer.

Itulah cerita singkat kohitala versi manual brew dengan biji pilihan yakni arabica wine versus kopi tubruk breakfast hotel yang juga tanpa gula. Insyaalloh masing-masing memiliki nikmat dengan sudut pandang yang berbeda.

Selamat ngopay gaiis, jangan lupa dinikmati disyukuri dan tulis atau dokumentasikan agar menjadi warisan literasi yang (mungkin) suatu saat akan berarti. Wassalam (AKW).

NGASUH & KOPI

Libur tiba, kopi tetap ada. sruput & bermain bersama.

CIMAHI, akwnulis.com. Coretan kapur oleh tangan mungilnya menciptakan beraneka rupa dan bentuk yang miliki makna. Sebuah prosesi menyenangkan di kala kesempatan hari libur tiba. Awalnya memang tidak disengaja, tetapi nilai kebersamaanlah yang lebih penting sehingga hadirkan ide segar untuk bermain bersama.

Ayah aku bosen, ngapain ya?” Rengekan anak semata wayang ini mengingatkan bahwa sekarang waktunya untuk bercengkerama dan melepas smartphone serta tablet yang memiliki lem super kuat sehingga selalu senantiasa nempel di tangan nggak kenal waktu, luar biasa kekuatan lem perekat ini.

Kita main diluar
Yeaay lets go

Nah beranjak ke halaman belakang, baru ingat bahwa ada bagian halaman yang beberapa hari lalu diberi acian adukan supaya rata dan tidak becek dikala hujan menggenang. Sedikit sih, tapi lumayan bisa digunakan untuk bermain bersama.

Lalu, tangan dan jari jemari mencari kapur untuk sarana menulisnya. Oh iya ada kapur buat mengusir semut atau kecoa tuh di dapur, bisa dipake sementara sebelum nemu kapur tulis beneraan… tadaaaa.

Maka asyiklah si kecil dengan imajinasinya, menggambar segala macam yang dia bisa dan dia sukai, terutama terkait kucing, saat ini sedang sangat menyukainya.

Nah melengkapi kesenangan masing-masing, tidak lupa segera menggiling biji kopi dan lakukan seduh manual menggunakan filter V60. Dibuat dengan perbandingan berbeda, lebih banyak air panasnya agar hasil seduhannya lite bin ringan saja. Kebetulan lagi pengen yang ringan-ringan saja.

Tampilan kohitala kali ini lebih mirip teh, sedikit coklat dan agak bening. Tapi jangan salah untuk rasanya tetap mewakili kenikmatan kopi si hitam misteri yang kali ini ngabisin stok arabika wine sylvasari gununghalu…. seep gan.

Karena memang di setting lite, maka bodynya medium dan aciditynya ramah di lidah meskipun after taste berry dan tamarinnya tetap hadir meskipun tidak ninggal di ujung lidah.

Srupuut…. hmmmm nikmaat brow.

Ayah jangan ngopi terus, gambar yuk!”

Sebuah perintah sopan hadir untuk ditindaklanjuti segera. Maka simpan gelas kaca dan bejana lalu berganti pegang kapur pengusir tikus untuk menulis dan menggambar sesuatu. Maka tulisan pertama adalah ‘coffee.’ Dilanjutkan dengan sketsa wajah kucing yang ternyata jauh dari mirip… ya sudah biarkan saja apa adanya, minimal sudah ada niat menggambar hehehehe.

Itulah sejumput kebersamaan bersama anak tercinta di kala waktu libur tiba. Sebuah pesan terpatri dalam hati bahwa waktu sang anak tidak lama sebagai anak kecil yang butuh kebersamaan dengan orangtua. Beranjak remaja, maka dunia mereka berbeda. Inilah waktu yang tepat merajut kedekatan dan kebersamaan, terutama anak perempuan dan ayahnya. Hatur nuhun.

Selamat pagi dan selamat berkarya. Wassalam (AKW).

KOPI CAMARO di MANGLUNG View & Resto.

Kembali bersua dengan kohitala, kali ini di dataran tinggi selatan Jogjakarta.

JOGJA, akwnulis.com. Perjalanan menanjak dan berliuk menuju dataran tinggi di selatan jogja, mirip dengan perjalanan ke lembang mau cari susu murni, ketan bakar ataupun tahu goreng plus kesegaran suasana alami. Tetapi tentu hal penting yang harus dicari adalah secangkir janji yang tertuang dalam cangkir abadi bernama kenikmatan hakiki dari sajian kopi.

Maka dilakukanlah kombinasi pencarian yang keduanya berdasarkan GPS. GPS pertama adalah global position system yang menjadi nyawanya googlemaps, dimana dengan jari jemari eh salah dengan jempol kanan kiri maka begitu mudah menjelajahi dan mencari lokasi yang didambakan… uhuy.

GPS yang kedua, apa itu?”

Wah ada yang penasaran, ini adalah teknologi tertua yang tak lekang oleh jaman dan tak pupus oleh perubahan. Karena modalnya adalah keberanian dan tentu berbicara dengan sopan. Maka GPS ini bisa dipakai.

Tahu khan?”

Pasti pada geleng kepala khan. Padahal jawabannya gampang banget. GPS ini adalah Gunakan Penduduk Sekitar  alias banyak bertanya kepada orang yang domisili di sekitar tempat tersebut. Minimal sopir grab atau sopir mobil sewaan yang mengantar kita ke tempat lokasi.

Dijamin bisa lebih tepat sasaran dan terukur, termasuk bisa juga berdiskusi tentang rencana kunjungan ke objek wisata. Siapa tahu GPS ini bisa memberikan opsi lebih baik, karena tahu dan berpengalaman untuk rekomendasi waktu yang tepat untuk berkunjung ataupun lokasi wisata lainnya yang bisa menjadi alternatif.

Jadi double GPS lebih efektif hehehehehe.

Setelah menanjak begitu rupa, sekitar 52 menit dari Stasiun Tugu, tibalah di lokasi makan siang menjelang sore kali ini, yaitu The Manglung View & Resto.

Ini adalah hasil GPS kedua lho guys, saran yang recomended dari bapak Sutarno, Driver langganan khusus Jogja karena paham dengan kebutuhan kami berbanyakan ini untuk makan dulu dalam suasana yang relatif ‘tenang.’

Karena tujuan awal kami adalah menuju objek wisata HEHA Sky View yang kata guugle lagi happening. Tapi saran pak Sutarno lebih kami dengarkan karena beliau yang sehari-hari lebih tahu keadaan.

Benar saja, dengan mengikuti sarannya, kami bisa menikmati makan siang dengan nyaman. Menu yang enak dan mengenyangkan serta tidak lupa sajian kopi manual dengan menggunakan seduhan V60 dapat dinikmati dengan pasti. Berlatar belakang pemandangan hamparan daerah Patuk bersama taburan sinar mentari yang mendekati ujung hari.

Pesan kopinya manual brew V60 hot ya mas”
“Inggih”

Wah senangnya, keluarga bisa pesan makanan minum sesuia serela… eh sesuai selera, akupun bisa bercengkerama dengan sang kohitala di wilayah jogja. Beannya adalah arabica camaro dari bantul (klo hasil interogasi mas baristanya) dengan notesnya adalah Sweey honey brown sugar karamel.

Ternyata hasil racikannnya agak mendekati, meskipun sweetnya kurang dapet tapi tergantikan dengan suasana sore dan pemandangan yang memanjakan mata dan belum banyak pengunjung. Eh nggak lama juga, setelah 20 menitan kami berada, ternyata mulai ramai juga.

Sruput dulu guys…. nikmaaat. Kopi manual brew V60 yang asli dan berada di Jogja. Jadi inget tahun lalu menikmati sajian V60 ini dimalam hari, hujan turun dengan lokasi tepat di depan tuggi jogja, yaitu di Cafe Kebon ndalem, ini tulisannya KOPI TUGU JOGJA.

Oh ya, tulisan tentang objek wisata HEHAnya menyusul ya, khan belum sampai.

Maka kembali ke paragraf atas, wisata yang terencanapun harus ada improvisasi di lapangan, jangan lupa GPS google dan GPS asli hehehehe. Selamat malam, have a nice weekend. Wilujeng Idul Qurban 1443 Hijriyah. Wassalam (AKW).

***

The Manglung View & Resto.
Jl. Ngoro ngoro ombo No. 16 patuk, Kecamatan Patuk Kab. Gunung Kidul Yogyakarta.

Kopi Burangrang Kertawangi

Biarpun didera kemacetan, tapi akhirnya bisa berdamai dengan sruputan.

CIMAHI, akwnulis.com. Ternyata beredar di hari minggu di kota menguras emosi dan tenaga. Apalagi beberapa jalur ternyata padat merayap tanpa bisa menghindar atau berbelok melewati jalan tikus. Karena ternyata jalan tikus… atau jalan alternatifpun ternyata dipenuhi mobil – mobil plat luar kota yang beredar di Kota Bandung ini.

Istilah jalan tikus menjadi sebuah sebutan populer untuk menyebut jalan alternatif dalam rangka menghindari kemacetan. Jangan khawatir dengan sebutan binatang pengerat ini, karena jalannya pasti bisa dilewati mobil meskipun tentu lebih kecil dari jalur jalan utama.

Maka aplikasi waze dan gugel map ternyata menjadi perangkat wajib untuk menuntun kita dengan mata langitnya agar terhindar dari rasa kesel dan kecewa karena terjebak atau tersendat dalam pusaran kemacetan yang melanda berbagai titik sepanjang perjalanan.

Sementara si tikus berbangga hati, karena jikalau kemacetan menguasai jalan utama maka si tikus akan sering disebut. Coba saja bilangnya jalan anjing atau jalan kucing, pasti yang diajak ngobrol akan bingung. Padahal anjing dan kucing lebih besar dari tikus… atau jangan – jangan sekarang tikus sudah berubah jauh lebih besar, entahlah.

Nah kepenatan dan kepegalan menembus kemacetan biasanya diobati dengan sebuah pemberhentian yang menyajikan harum segarnya sajian kopi hitam tanpa gula dan tentunya kopi asli yang di giling mendadak, proses seduh manual dan akhirnya tersaji penuh kenikmatan.

Apa mau dikata, harapan tinggal harapan. Sementara kemacetan tak mau kompromi dengan keinginan. Akhirnya diputuskan minggir ke kiri dan berhenti di warung kecil demi menjemput si hitam nikmat yang mendamaikan.

Alhamdulilah, tersaji secangkir kopi biasa yang tak tahu asal mulanya. Secangkir kopi hitam dengan lingkaran busa hasil kudekan telah datang menemani kepenatan. Feeling sih kopi gunting, tapi ya sudah mari kita coba.

Bismillah, sruputt….. hmmm… kopi biasa. Flat tanpa rasa acidity berbeda, hanya kepahitan singkat belaka yang melintas minim makna. Ya minimal ada kepahitan yang sedikit mendamaikan daripada termangu dalam kungkungan kemacetan yang nyata.

Tuntas menghabiskannya, lalu membayar dan pamitan ke teteh warung. Perjalanan dilanjutkan dengan sebuah harapan besar bisa berjumpa selanjutnya dengan kopi sebenarnya…. heuheuheu lebay, maksudnya kopi yang proses manual terutama V60 yang menjadi kesukaan.

Perjalanan berlanjut dan tugas segera dituntaskan meskipun harus menembus kemacetan dan ditemani gerimis hujan.

Akhirnya setelah balik kanan dan kembali menuju kediaman, saatnya hunting kedai kopi yang bisa menyajikan kohitala sesuai selera tanpa perlu basa basi dan banyak bertanya sebelum akhirnya sampai di rumah untuk kembali berkumpul bersama keluarga.

Gayung bersambut, sebuah cafe kecil dengan posisi agak menjorok ke dalam jikalau dijangkau dari jalan utama seolah menunggu untuk didatangi dan disapa.

Ternyata tersaji kohitala dengan beberapa pilihan bean yang menggugah selera. Tetapi kembali bahwa kopi jabar adalah kebanggaan, pilihannya adalah kopi arabica burangrang kertawangi dengan proses natural…. yummmy, akhirnya jumpa kohitala yang sesuai dengan harapan sang pemuja.

Aroma harum menyapa hidung saat bean digiling menjadi serpihan atau butiran kasar dan semakin tak sabar untuk menikmatinya.

***

Setelah proses manual brew tuntas, hadirlah secangkir kopi hitam tanpa gula dengan metode V60 yang menggugah selera sekaligus menghilangkan penat dan pegal berganti optimisme penuh kenikmatan.

Acidity dan body medium lite menemani sore menjelang malam kali ini, panasnya cukup dengan kisaran 92° derajat celcius dikala proses penyeduhan. After tastenya frutty hadir selarik lalu berpadu dengan tamarind dan citrun, cukup menyegarkan.

Srupuut… ahhh… segaar.

Meskipun gerimis melebat masih menguntit tanpa ampun, tapi suasana hati lebih tentram karena terobati oleh secangkir kopi hitam yang menenangkan. Menemani akhir weekend minggu ini untuk bersiap kembali dengan bejibun tugas di senin pagi. Wassalam (AKW).

Kopi Emas Hitam Papua.

Menikmati kelembutan kopi Papua..

BANDUNG, akwnulis.com. Sebuah rasa adalah selera dan setelah dirasa maka hadirlah makna. Jadi tidak serta merta makna hadir tanpa sebuah proses rasa dan selera. Diawali dari selera yang dibangun oleh niat plus keinginan maka bergeraklah dalam sesi mencoba.

Nah mencobapun tidak serta merta langsung menikmati tetapi justru ada proses yang ternyata bisa dinikmati juga. Itulah yang disebut kenikmatan sebuah proses.

Kok jadi pusing ya?”

Tenang masbro, jangan jadi pusing karena dua paragraf. Tapi resapi makna sederhana, bahwa jalinan kata bisa hadir dan menjadi pembeda. Apalagi dimaknai dalam sebuah proses yang notabene disukai.

Gue mah nggak mau ribet, order – bayar – sruput – nikmat”

Hahahaha…. itu awalnya diriku banget. Tetapi setelah tahu bahwa prosespun memiliki kenikmatan, maka waktu yang dijalani menjadi relatif. Bukan masalah sebentar atau lama, tetapi bagaimana sebuah kenikmatan tercipta.

Begitupun kali ini, disaat proses manual brew V60 terjadi maka betapa tahap demi tahap terasa nikmat dan mencoba berimajinasi tentang keindahan alam papua yang sangat kaya raya sumber daya alamnya termasuk mereka cipta sebuah kebun kopi seperti apa, ketinggian berapa hingga dominasi tumbuhan apa di sekitarnya.

Hasil imajinasi ini nanti di crosscheck dengan sajian kohitala ini, yang merk dagangnya menarik yaitu Kopi Emas Hitam Papua.

Maka…

Jeng jreng… peralatan penyeduhan manual disiapkan.

Bungkus hitam dengan label hijau segera dibuka, hmmm harum aroma kopi menggelitik ujung hidung serta menyebar di ruangan… segaar.

Tanpa banyak cingcong siapkan corong V60 tambah kertas filter. Basahi dengan air panas kertasnya dan buang air seduhannya. Segera lanjut isi dengan butiran kopi yang menyegarkan ini. Lalu siapkan air panas dengan suhu 93° celcius (ada termometernya, udah dicolokin dan khusus untuk cek panas air, nggak dipake yang lain hehehehe)

Seduh manual dimulai… dan.. tes.. tes.. tes. Perlahan tapi pasti sajian kohitala dari papua berkumpul rapih di bejana kaca.

Siaap dinikmati brow…

Slrup… srupuut.

Nikmaaat…. ada sebuah rasa yang bulet gitu deh, halus dan nyaman dengan acidity low dan body medium serta di kala tiba ke momen after taste maka hadir selarik dark coklat dan caramel di tutup dengan rasa pahit yang menyegarkan.

Nah itulah sebuah proses rasa yang ternyata begitu banyak makna. Apalagi bicara tanah papua yang sekarang sedang menjadi tuan rumah ajang olahraga nasional yang penuh gelora. Hidup PON PAPUA 2021 dan Nikmatnya kopi emas hitam papua. Wassalam (AKW).

LATTE ALA-ALA – asmoel bean.

Beannya hadir, giling dan seduh kawan.

Latte Ala-ala / Dokpri.

Cimahi, akwnulis.com. Sebungkus biji kopi hadir di hadapan tanpa basa basi, dengan sejumput catatan ‘hatur lumayan, mangga cobian’ (Silahkan dicoba)… Alhamdulillahirobbil alamin.

Maka sesuai harapan sang pemberi, harus segera diekstraksi agar hasilkan cairan hitam penuh arti yang membuahkan aneka rasa serta berbagai arti dari rasa yang segera hadir tak perlu menanti.

Bean 13gr x 2 langsung di grinder kasar untuk kepentingan manual brew.

Peralatan peracikan sederhana disiapkan, kertas filter sudah hadir dan dibasahi air panas terlebih dahulu untuk mereduksi sisa-sisa proses kimiawi. Air panas 90° celcius juga ready dan proses manual brew pun terjadi… currrr… tes tes tes.

Bejana bening mulai terisi cairan kopi bersih tanpa ampas, tentu sebentar lagi siap dinikmati. Asyiik.

Setelah tuntas di bejana, maka dialihkan ke cangkir untuk dilakukan tester, apakah rasa yang hadir sesuai ceritanya?..

Panasnya seduhan kopi memang segar, bodynya medium dan acidity less dengan aftertaste relatif flat… wah ini kelihatannya mix arabica bean dan robusta. Maka perlu diberi sentuhan akhir berupa foam susu hangat yang akan menggelorakan rasa menjadi latte ala-ala.

Kebetulan di kulkas ready, maka susu dingin dihangatkan dengan uap panas sekaligus mengocok halus hingga akhirnya hadirkan busa-busa kenikmatan.

Lalu perlahan tapi pasti, digabung diatas cangkir dan hasilkan sajian kopi kohitala plus foam susu dengan nama LATTE ALA-ALA Asmoel bean. Asmoel bean adalah penjelasan dari mana biji kopi ini hadir, yaitu dari pak Asmoel hehehe… karena tanpa merk maka kita kasih nama saja.

Latte Ala-ala / dokpri

Srupuuut…. nikmat dan segaaar. Meskipun bukan kohitala murni tapi sedikit sentuhan akhir bisa memberi sensasi kenikmatan. Alhamdulillah. Happy weekend kawan, Wassalam (AKW).

Coffee Arabica Abah Papandayan.

Akhirnya bisa menikmati kembali prosesi dan sruputisasi…

CILEUNYI, akwnulis.com. Tak sabar sebuncah rasa untuk kembali mereview ala – ala sebuah keajaiban rasa yang dihadirkan oleh si biji hitam misterius yang penuh sensasi. Kali ini hadir atas kebaikan seorang kawan, kopi arabica Abah Papandayan.

Tanpa banyak cingcong dan diskusi mendalam dengan diri sendiri, meskipun phisik masih agak lelah, semoga menyeduh kopi secara manual ini bisa menjadi mood booster untuk kembali menjadi perkasa menapaki hari-hari yang harus dimaknai dengan rasa syukur yang penuh berkah meskipun situasi pandemi masih penuh ketidakpastian.

Maka segeralah peralatan perang eh…. peralatan seduh manual dipersiapkan… jeng jrengg.

Jreng….

Peralatan sederhana tapi penuh makna, kertas filter flat bottom, corong flat bottom, air panas pake merk amidis dan dijerang agar menggolak… eh mendidik. Tak lupa 2x takaran bean sekitar 28 gram di grinder dengan ukuran 3-4 agar menghasilkan serpihan kasar yang menuh keharuman.

Segar dan harum menyeruak memenuhi ruang hati, melengkapi proses penggilingan ini… hmmmm.

Setelah air mendidih, diamkan sejenak agar mendekat suhu 90° celcius. Lalu diguyurkan perlahan denganteko kaca gooseneck ke kertas filter sebelum dilakuka prosesi manual brew ini. Lalu serpihan kasar biji kopi memenuhi kertas filter di corong flat bottom dann…….. currr kembali teko kaca gooseneck beraksi menyalurkan air panas berpadu serasi dengan serpihan biji kopi untuk bersama-sama lakukan proses ekstraksi… diputerr cuur… puternya searah jarum jam ya… tadaaa… tetes demi tetes cairan hitam harum berkumpul di dasar bejana kaca… asyiik.

Tak lupa gelas kaca kecilku, selalu setia sebagai sarana penyeruputan kopi yang elegan dan penuh kenangan.

Setelah tuntas bermanual brew, saatnya cairan hitam dipindah ke gelas kaca.

Srupuuut…..

Woow….

Rasa winenya menyerang syaraf – syaraf mulut dengan dahsyatnya setelah sekian lama jarang bersua dengan sensasi rasa. Betapa nikmatnya, acidity strong menguasai semua perasa didukung body bold maksimal yang melingkupi segala suasana.

After taste yang dihadirkan begitu ‘ninggal‘ di pangkal lidah beberapa menit berselang serta ada rasa ‘nyereng’ atau menyengat yang merupakan kekhasan biji kopi wine yang penuh kesempurnaan. Hadir rasa lime yang asam kecut plus tamarind serta ada rasa anggur hijau yang kesat segar (semoga lidahnya bener inih…) dan aroma fruity lain yang agak sulit didefinisikan oleh keterbatasan lidahku inih.

Sungguh menyenangkan bisa nyeduh biji kopi abah papandayan ini yang diproduksi oleh Kareumbi Farmer ini. PiRT No. 2093272010054-19 ini hadir atas kebaikan seorang kawan yang sengaja datang ke kantor bersama Bos petani kopi sekaligus roasternya, hatur nuhun Kang Rino & Kang Bayu.

Kopi Arabica Abah Papandayan ditanam di Kaki Gunung Papandayan pada ketinggian 1400 mdpl terdiri dari varietas unggulan diantaranya Yellow Borbon, AS-1 dan Preanger Buhun dengan naungan pohon jeruk dan pohon kayu hutan hujan tropis (ini tertulis di bungkusnya kawan…)

Itulah mood boster kali ini, badan segar hati nyaman begitupun lidah terus mengecap rasa nikmat yang tertinggal. Happy weekend kawan, dont forget to sruput your coffee…. kopi hitam asli tanpa gula. Wassalam (AKW).

WAGOKOPI

Sebuah rasa adalah pembeda.

Photo : Wagokopi / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Sebuah pesan di whatsapps memberikan tantangan baru, karena diminta mereview sebuah citarasa yang tersembunyi dibalik biji kopi yang penuh misteri.

Diri ini bukan siapa-siapa, apalagi bicara sebuah citarasa. Tetapi hanya anak manusia yang seneng kohitala alias mencoba menikmati sajian kopi tanpa gula dengan proses manual dan ‘agak ribet‘ bagi beberapa orang karena dianggap terlalu mengada-ada. Padahal ujungnya sama. Segelas kopi yang tinggal diminum saja.

Nah, justru dalam tahapan proseslah akan hadir sebuah syukur dan makna tertentu yang diawali dari indahnya butiran biji kopi dengan keharuman alami. Lalu berlanjut dengan pembubukan… halah nggak enakeun, penggilingan biji tepatnya. Tentu dengan takaran tertentu yang berlaku di dunia manual brew.

Hingga akhirnya proses penyeduhan yang sesimpel mungkin dengan takaran 1 : 13 dan panas airnya 91° celcius, prosesi manual brew segera dilaksanakan…

Bean nya apa?”

Eh iya lupa, ujug-ujug seduh. Atuh timbang dulu lalu grinder dengan ukuran 3 ke 4. Trus pasang kertas filter dan basahin pake air panas biar hilang bau kertas dan juga kemungkinan unsur kimia lainnya… dan jangan lupa, nama beannya adalah : Arabica Coffee WAGOKOPI.

Pilihan kopi dari tanah pasundan tepatnya dari dataran tinggi ciwidey. Hadir karena silaturahmi dan diminta untuk mereview sebuah rasa. Sangat tersanjung dan malu, karena bukan penyicip sejati. Tetapi menjadi sebuah tantangan, bahwa sensasi rasa yang hadir perlu dituliskan menemani catatan takdir meskipun bukan jaminan resmi karena memang bukan barista yang tersertifikasi.

Photo : Wagokopi tampak belakang / dokpri.

Sruputan perdana memberi sensasi rasa menggoda dengan body medium menuju bold. Menariknya ada selarik ninggal di ujung lidah dengan sensasi kacang tanah dengan tingkat acidity medium dan bergeser ke after taste ada rasa sensasi mint dan seulas lemon… yummy seger.

Itulah rasa dan sensasi yang hadir, dari keterbatasan kemampuan mengecap dan mengecup… eh, mengecap dan menelan atuh…

Hatur nuhun Kang Irvan, bean kopinya ajib. Jangan bosen ngirim yaa… Hahahaha, ngarep. Selamat pagiii semuaah. Wassalam (AKW).

Manja & Kopi

Manja itu penting, kopi apalagi.

Photo : Kopi sudah ready, lets go / dokpri.

CIMAHI, akwnulis.com. Sebuah perjalanan tidak lepas dari ketertarikan melihat kanan dan kiri denyut kehidupan yang penuh keanekaragaman. Meskipun mungkin secara berkala akan melewatinya, tetapi…. itulah kehidupan, senantiasa dinamis dalam gerakannya dan bisa jadi diluar perkiraan.

Nah, dalam pola hubunganpun ternyata ada pasang surut antara suka dan duka. Bisa juga rindu dan benci trus rindu lagi…. atau malah keterusan benci?…. atau benci hilang dan akhirnya rindu, eh giliran bertemu sudah tidak mungkin merindui karena bukan milik kita lagi?…

Dalam pasang surut ini, terselip sebuah sikap yang sering dipertontonkan dan terkadang tanpa sadar hadir karena dorongan jiwa yang hakiki.

“Apa itu?”

Sikap inilah yang seringkali hadir dalam perjalanan hubungan, yaitu sikap manja. Ingin dimanja dan bertemu dengan sikap ingin memanjakan, cocok ituh. Yang gawat adalah sama-sama ingin dimanja, akan dipastikan bahwa hasil akhirnya adalah perpisahan karena tidak terjadi chemistry take and give.

Yang ada tek en tek (baca : take and take) mana giftnya?…. hehehehe.

Maka kecocokan itulah yang harus dicari titik temu. Perlu usaha yang tak kenal lelah ditambah protokol doa, untuk diberikan pilihan yang terbaik. Jangan lupa, setelah semuanya hadir maka jagalah dengan segenap rasa dan balutan syukur tiada hingga.

Ngapain ngebahas urusan manja di malam minggu kakak?.. lagi pengen dimanja yaaa?”

Sebuah tanya yang dinanti agar segera mengakhiri cerita hari ini. Urusan manja hadir karena secara tidak sengaja melewati cafe kecil di bilangan Kota Cimahi sebelah utara dengan label ‘Kopi Manja’…

Langsung berhenti, datangi, pesan kopi yang disebut kopi manja, tunggu, datang kopinya, bayar, sruput…. ehh panass… khan take away…. sabaar nyruputnyaaa….

Kopi Manja ternyata kopi susu khas cafe ini, dan tetap bermanis gula… jadi terpaksa icip dikit dan dilanjutkan oleh ibu negara. Pilihan manual brew v60nya juga ada, itulah yang dijadikan pesanan kedua.

Photo : Manual brew arabica simalungun / dokpri.

Kendaraan bergerak dan kopi dalam cup ikut kemana raga bergerak. Hingga akhirnya berhenti di suatu tempat….. pasti disruput pada saat yang tepat.

Srupuuut…. hmmm V60 kopi manjanya memenuhi rongga mulut…… body dan aciditynya medium high dan cenderung lembut di lidah dengan aftertaste ada selarik tamarind dan buah chery….. Alhamdulillah.

Usut punya usut ternyata KoPi Manja ini adalah singkatan dari siMAlunguN dan JAwa. Kopinya dari simalungun dan dijual sama orang jawa….. dengan pilihan kopinya satu jenis saja yaitu kopi arabica simalungun tetapi setelah diolah maka disajikan dengan berbagai pilihan baik manual brew V60, kopsus, latte dan sebagai sebagainyaaah…..

Jadi ternyata istilah manja ini bukan merajuk karena balutan cinta kasih sayang dan perhatian, tetapi singkatan 2 kata yang di setting sedemikian rupa supaya bikin penasaran dan tentu menarik minat membeli bagi pemanja kopi eh pecinta kopi…. karena mungkin saja kembali memunculkan rasa ingin dimanja…. awww manja kamuuu.

Udah ah..

Semoga malam minggunya sukses dan tetap bisa bemanja ria meskipun hati-hati jangan salah memanjakan karena bisa berakibat ketergantungan. Wassalam (AKW).

Inza Cauca & Kegalauan.

Galau No, Ngopay Bray…

CIMAHI, akwnulis.com. Benarkah bahwa ukuran itu sama? Atau hanya ukuran semu yang tak patut untuk saling menduga?… ah berputar kalimat tanya yang tak kunjung mereda disekitar hati dan di ujung ruang rasa.

“Kamu teh galau?”

“Nggak sih, cuman kok jadi banyak pikiran dan berbaur antara sedih, sunyi dan merasa sendiri”

“Itu namanya galau”

“Oh itu teh galau, ya sudah!”

Segera beberapa kawan menjauh agar terhindar dari virus galau yang begitu mudah menjangkiti perasaan apalagi di masa pandemi covid19 ini, kegiatan kongkowku porakporanda. Tersisa serpihan kekangenan tiada hingga yang entah kapan bisa kembali terekat suasana dan tersatukan oleh waktu yang tak bisa berkata-kata.

Kesendirian itu berbahaya, karena bisa membunuh jiwa menggerogoti rasa dan akhirnya hadirkan niat untuk tampil berbeda atau yang lebih ekstrim adalah memaksa pergi dari dunia fana ini dengan berbagai gaya.

Jadi obatnya apa?”

Pernyataan universal yang meminta jawaban spesifik, padahal bukan jawaban yang diharapkan tetapi justifikasi sebait kalimat yang telah disepakati terlisankan tanpa berbalut tendensi.

Photo : V60 arabica inza cauca / dokpri.

Aku sih merasa masih kurang jika jawabannya adalah hamburan kata nasihat yang sering tercecer ditinggal jaman tanpa permisi. Tetapi tanpa contoh keteladanan yang nyata.

Yang lebih lengkap adalah ditemani sajian minuman favorit dan makanan berat pendukung yang luar biasa. Tidak mahal tapi elegan, “Apakah anda mau tahu?”

Yang mau angkat tangan kanan dan yang tidak mau angkat kaki, maka akan tersisa para pendukung yang mendukung atau terpaksa mendukung.

Maka sajian manual brew V60 dengan kopi arabica Inza Cauca dari kolumbia adalah obat galau mujarab yang tak bisa dikesampingkan.

Ditambah dengan sajian makanan berkelas ala chef yaitu mie asam pedas..

Ruarbiaaasa di bibir dan dimulut si rasa pedas langsung menyerang syaraf rasa tanpa tedeng aling-aling…. lada pisaaan. Dilengkapi dengan sayuran yang cukup banyak…. malah nggak dipotongin…. jadi gelondongan daun caisim yang membuat hiasan kehijauan.

Photo : Mie asam pedas / dokpri.

Ya sudah digayem saja…. oh my good pedasss…. tapi menyegarkan.

Oh iya tidak lupa…. sruput juga kohitala inza cauca, masa nggak dinikmati…. srupuuut… nikmat. Rasa body medium dan acidity sedang ditambah after tastenya tangerine dan brown sugar sementara milk coklatnya nggak muncul (klo dibungkusnya sih ditulis) ….. bikin nikmat rasa di mulut ini.

Oke guys, selamat beraktifitas ya. Jangan galau dan terdiam karena hidup adalah perjalanan. Bergeraklah meskipun tertatih dan perlahan. Wassalam (AKW).