
PANGANDARAN, akwnulis.com. Pagi ini mentari masih sembunyi dibalik awan kelabu, hempasan angin pantai menitipkan sebuah rasa pilu, disitulah aku menemukan dirimu, tergeletak pasrah tanpa daya ditemani harapan semu.
Ingin bertanya padamu, tetapi yang hadir hanya ragamu. Asumsi menyelimuti kalbu, mungkinkan kamu adalah salah satu yang tertinggal dari kawananmu?… atau meloncat terlalu jauh dikala ombak menghempas pantai?… atau mungkin ragamu sudah berpisah dengan ruhnya di laut sana dan terbawa gelombang kesini tanpa bisa mengadu?… entahlah,
……..aku tidak berharap jawaban karena ragamu sudah damai terdiam.
Secangkir kopi yang dibawa untuk dinikmati, sekejap berubah tawar dengan rasa yang dilingkupi kesedihan.
Sebuah penghormatan atas kejadian yang menimpamu, aku sandingkan segelas kopi ini dengan ragamu yang terdiam tanpa kata-kata perpisahan. Menemani meskipun hanya sesaat ini.

Selamat jalan, semoga damai menyertaimu.
Perlahan pergi meninggalkanmu yang sudah berdamai dengan kenyataan, selamat menjalani pagi yang pilu di pantai timur pangandaran. Semoga seiring mentari beranjak meninggi, cuaca akan menjadi cerah dan harapan kehidupan kembali merekah.
Selamat beristirahat kawan kecilku, meskipun baru bersua dengan ragamu di pagi sendu, tetapi yakin bahagia dan damai sudah menantimu. Selamat tinggal ikan kecilku. Wassalam (AKW).
Deudeuh teuing si lauk nya😥
LikeLiked by 1 person
Sedih teh… jadi nggak bisa ngopay
LikeLike
” Semoga seiring mentari beranjak meninggi, cuaca akan menjadi cerah dan harapan kehidupan kembali merekah “. Selalu ada harapan di tiap mentari baru…. biarlah yang lalu tetap berlalu… yang ada di depan ” jadikan hari yang penuh makna “
LikeLiked by 1 person
Biarkan sedih menjadi warna kehidupan, tapi dilengkapi dengan warna lain yang penuh kebahagiaan…
LikeLike