
CIAMIS, akwnulis.com. Tampilannya sangat bersahaja, hanya berbentuk tempat seperti kendi dari tanah liat tetapi mulutnya relatif besar sehingga mudah untuk mengambil apa yang ada di dalamnya. Warna asli tanah liat yang dibakar menghadirkan nuansa merah bata alami, di dalamnya berisi butiran halus berwarna putih dengan rasa khas garam yaitu asin.
“Oh garam toh, lebay kamu mah cerita garam aja meuni repot beginih!”
“Kalem dulu jangan sewot, tulisannya belum tuntas kawan, sabar”
… lanjut nulis lagi.
Itulah ikon khusus warung nasi di perbatasan banjar – ciamis. Namanya Warung Jeruk.
Perkenalan dengan garam bakar atau lebih familiar dalam bahasa sunda adalah ‘Uyah beuleum’ itu udah lama, sekitar 17 tahun yang lalu… oww udah lama geuning.
Yup.. tahun 2001-an mampir pertama di warung nasi yang sederhana sangat sederhana, tetapi pa bos waktu itu, Bupati Sumedang mengajak berhenti disitu. Sesaat celingukan karena yang ada hanya warung nasi kecil.

Ternyata…. sajian makanannya istimewa, ayam goreng kampung dan ikan bakarnya begitu natural ditemani pilihan sambel yang lengkap dari sambel oncom, sambel terasi dadakan serta menu makanan sunda seperti pencok leunca, karedok juga beuleum peuteuy. Nah ‘Uyah beuleum’ pasti yang ditanyakan perdana.
Awal-awal nyoba sih yang terasa asinnya saja, tetapi dicoba dirasa-rasa ada rasa hangat yang berbeda, karena katanya dioleh dengan cinta… ahhaay.
Eh setiap ada tugas ataupun acara keluarga yang melewati perbatasan banjar ciamis maka seolah sudah protap untuk memenuhi kekangenan dengan makanan khas dan nyocol nasi panas ke si Uyah beuleum.
***
Penasaran dengan asal usulnya, maka iseng nanya kepada pengelolanya, ternyata menu Uyah beuleum ini adalah menu pusaka dari ibu sepuh pemilik dan pendiri warung Jeruk ini. “Geura jieun uyah beureum, insyaalloh berkah”
Sedikit dipikirin, mungkin juga ‘Uyah beuleum’ ini adalah menu termurah yang disajikan. Kebayang khan nasi panas, sambel, lalapan dan ‘Uyah beureum’.. selesai sudah, ngalimed.
Udah ah, mau makan dulu yaa. Wassalam (AKW).
Untung tradisi singgah ke Warung Jeruk untuk menikmati sajian dg lalap koneng dan sambel kolek nya iya sama, tp untuk uyah beuleum mah nembe “ngeh”, nuhun ah kang…
LikeLike
Sami2 teh. Memang di setiap situasi, selalu ada ‘sesuatu’…. hayu ntar mah barengan mampit kesanah..
LikeLike