
GEDUNG SATE, akwnulis.com, Hampir 3 bulan dikau teronggok begitu saja diantara koleksi kopi yang datang silih berganti. Tetapi tanpa banyak tanya, tetap santai jalani semuanya dengan setia.
Satu bulan lalu akhirnya dibuka, lembar merah bungkusmu mulai tersobek oleh sebuah keinginan. Sebesar harapan akan nama besarmu, kopi luwak.
Tetapi sebelum bijimu menyentuh grinder, tiba-tiba tertahan oleh sebuah keadaan. Karena sang indra penciuman belum menemukan aroma yang diharapkan. Padahal begitu besar perkiraan bahwa aromanya akan membahana memenuhi ekspektasi kehidupan. Akhirnya kembali bungkusan merah dikau terdiam dan mengonggokkan diri di meja eksekusi. Menanti proses ekstraksi yang tak pasti.
***
Hari ini, setelah menyeduh manual dengan V60 kesayangan stok kopi yang ada. Tiba-tiba tatapan ini tertuju pada bungkus merahmu.
“Mau dicoba Kopi Luwak Lembah Cimanong?”
“Hayu Kang, kita jajal” jawaban serempak 2 kawan dari divisi lain yang saat ini bernasib sama, galau karena perubahan lembaga. Tapi daripada galau mendingan dinikmati sambil minum kopi.
***
Langsung corong V60 dpasangin filter. Bean yang ada dalam bungkus merahmu ditimbang 30 gram, dimasukan grinder dan digiling dengan ukuran variatif, supaya bisa keluar beraneka bentuk yang nantinya memberi sensasi rasa berbeda.
Air panas ngejetrék, tandanya sudah siap. Dituangkan di teko kaca Suji berleher panjang. Langkah awal digunakan nyiram kertas filter. Lalu dipasang termometer, air raksa bergerak perlahan dan akhirnya terdiam di ukuran 90° celcius. Sippp.
Jangan lupa air pembersih filter dibuang dulu. Air panas 300 ml sudah ready. Bubuk kopi dituangkan di corong V60, air panas 90° derajatpun beraksi. Awalnya untuk proses blooming dulu dilanjutkan dengan sentuhan hakiki, proses ekstraksi melalui pertemuan air panas dan biji kopi yang sudah membelah diri.
Tak berapa lama, tetes demi tetes hadir di gelas server. Bersiap untuk menikmati.
“Mangga atuh, silahkan”
Gelas server berisi cairan kopi luwak lembah cimanong disorongkan dan serempak rekanku sudah memegang gelas kaca masing-masing.
Currr……
….
Srupuuut….
Srupuuttt…..
“Ow may gattttt… enak euy” itu reaksi pertama dariku. Ternyata ada sesuaty yang terpendam selama ini.
Dari awal memang agak kurang tertarik sama dikau karena aromanya hambar, nyaris tidak ada. Jadi disimpulkan sementara, ah rasanya biasa saja, padahal mahal belinya.. agak nyesel tadinya. Klo nggak salah 125ribu/100gram bean hasil roastingnya.
Ternyata, body-nya nampilin level medium yang layak dinikmati dan yang paling keren adalah Acidity-nya, kerasa bangeeet…… sebuah keasaman rasa yang nyaris sempurna tanpa diganggu bayangan pantat luwak yang pernah mengeluarkan biji kopinya.
Trus yang bikin meringis adalah sensasi ‘Ninggal‘-nya, sebuah ungkapan sederhana yang bermakna bahwa dibelakang lidah terasa menempel rasa asam dan sedikit kegetiran dalam waktu yang cukup lama padahal kopinya sudah lewat dan ngendon di lambung kita.
Enak pisan itu rasa yang tertinggalnya… ruar biasa.
***
Maafkan daku yang sudah menyia-nyiakan dikau, hai kopi luwak lembah cimanong Ciwidey, kamuuh luar biasaaa…
Kamipun bertiga menikmatimu sambil menanti perjalanan waktu hingga adzan magrib membahana di Mesjid Almuttaqien. Wassalam (AKW).
baca postingan ini
sembari ngopi pagi”
syedapppp
LikeLike
Bagi atuh…
LikeLike
Dibagi dongengna…
LikeLike
Meluncurrrrr ngupiiiii ☕️
LikeLike
Hayuuuu kang….
LikeLike
Duh sensasi ninggal….. Jadi kabitaaaa euy…….👌😊
LikeLike
Kemooon pak….
LikeLike
Sruput kopinya…
LikeLike
Nikmat bingittt…
LikeLiked by 1 person
Ini teh kopi luwak yang sempat kang andri bagikan ke akyu yah…
ManTulll dahhh…
LikeLike
Betul pisan teh…
LikeLike
Kintun ka dieu…
LikeLike
Segernya aduhaiii😄👍🙏
LikeLike