Kohitala Preanger.

Sruput lagi brow…..

BANDUNG, akwnulis.com. Parade pidato seremoni silih berganti dilanjutkan dengan kultum (kuliah ceramah tujuh menit) dan rangkaian kegiatan lainnya serta dikawal oleh suara musik lengkap dengan homeband yang memancing untuk sedikit bergoyang dan bernyanyi.

Tema ceramah tak kalah menarik, dimana membahas tentang banyaklah memuji bari meminta atau disingkat Puji Dulu Baru Minta (PuDuBaMi). Sebuah tuntunan universal yang tercermin dalam 7 ayat Q.S Alfatihah. 5 ayat awal adalah ayat yang bertema pujian atau memuji Allah dan 2 ayat terakhir barulah permintaan.

Inilah salah satu nilai utama yang harus menjadi pegangan dalam mengarungi kehidupan.

Selanjutnya tema senantiasa memuji adalah refleksi diri untuk senantiasa bersyukur, memgedepankan swasangka baik dan tentunya memaknai detik demi detik kehidupan ini dengan optimisme.

Begitupun dengan kehadiran kopi hitam kali ini, atau disebut Kohitala (kopi hitam tanpa gula) harus disyukuri dan bertabur pujian kepada Illahi yang Maha Kaya. Karena tanpa perlu bersusah payah menanam pohon kopi, merawatnya, memanennya, meroastingnya, membelinya hingga berproses menjadi sajian hitam menggugah selera.

Diawali dengan kalimat, “Mau teh atau kopi om?” yang begitu merdu terdengar di telinga kiri disuarakan si pelayan muda yang cekatan.

Sebuah anggukan kecil dan suara lirih, “Kopi” langsung dibalas senyum tersembunyi dibalik masker pink dan seketika dituangkan sajian kohitala yang harus segera dinikmati.

Maka cara bersyukur selanjutnya selain memuji keagungan tuhan atas kemudahan hadirnya kohitala ini adalah membuat sajian kohitala ini abadi. Yaitu dengan cara dokumentasi, alias diabadikan dalam bentuk photo. Tentu dengan sisi pengambilan photo sesuai selera dan ujung telunjuk menyentuh tombol shooter kamera di smartphone.

Tring, sajian kohitala telah tercapture sempurna dan selanjutnya dihiasi dengan taburan kata untuk bisa disajikan dihadapan sidang pembaca tanpa perlu repot – repot mencerna makna. Have a nice weekend kawan, Wassalam (AKW).

KOLAM RENANG & MOMENTUM.

Menangkap momentum memaknai kata.

Photo : Mentari pagi di Kolam renang Hotel Preanger / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Sebuah kesempatan terkadang hadir tanpa di duga, dan yang terbaik dari kesempatan yang hadir adalah menangkap kesempatan itu.

Emangnya bentuknya phisik bisa ditangkap?”

Jangan kaku kawan, menangkap di sini adalah melakukan tindakan sesuai momentum kesempatan yang ada”

Anggukan singkat menandai kesepahaman, jangan sampai kata ‘menangkap’ malah bermakna objek benda seperti bola atau piring, gelas, ballpoin, buku yang sedang beterbangan tertiup angin atau terlempar karena gerakan emosional… “Duh duh duh, siapa lempar siapa?”

Kalem saja, ini hanya istilah. Bukan berarti beterbangan pring dan gelas serta barang-barang lainnya. Tetapi bagaimana menangkap momentum yang hadir dalam kesempatan pertama.

Trus kamu sekarang nangkap momentum apa?”

Ah jadi pertanyaan terus, Gini deh jawabnya. Momentum yang ditangkap kali ini adalah mewujudkan janji kepada diri sendiri bahwa blog pribadi ini mengusung tema inti NGOPAY dan NGOJAY.

Nah tulisan ngopay alias ngopi sudah banyak, dan tulisan terakhir adalah KOPI KESEMPURNAAN.

Giliran tulisan tentang NGOJAYnya ini yang terkait dengan momentum. Bukan aktifitas berenang yang ingin ditampilkan, tetapi momentum hadirnya sang mentari pagi dan prosesi terbenamnya sang surya yang diabadikan melalui jepretan lensa kamera hape dengan suasana kolam renang, itulah momentum yang ada.

Photo : Senja di tepi kolam renang Hotel Preanger / Dokpri.

Jika mentari pagi menyeruak diantara gedung dan pepohonan merambatkan cahaya berpadu dengan kolam anak yang membulat dan seakan timbul, maka hadirlah keindahan.

Begitupun di sore hari dikala mentari siap menenggelamkan diri di balik gedung-gedung di sebelah barat Hotel Preanger. Maka semburat keindahan sore melengkapi ekspresi kolam renang dewasa yang terdiam tanpa kata.

Itulah tangkapan kamera dan sejumput olah kata, melengkapi makna menangkap momentum yang penuh makna. Selamat berkarya, Wassalam (AKW).

Kopi Dini Hari.

Ayo semangat kawan…

Photo : Seduh dulu arabica java preanger bjb / dokpri.

KBB, akwnulis.com. Sebuah lantunan musik alami menyapa ujung telinga dan mata hati. Meskipun suasana begitu sepi dan penuh misteri. Alunan musik alami menghadirkan sebuah semangat baru yang menguatkan kembali sendi – sendi kegalauan yang begitu kuat mencengkeram.

Perlahan tapi pasti, kesadaran hakiki tentang perjalanan duniawi adalah menjalani takdir yang sudah ditentukan Illahi Robbi. Tetapi sebagai mahluk-NYA, mendapat celah perubahan nasib melalui perantara Doa.

Maka seiring musik alami dini hari, sentuhan air wudhu, untaian kata doa dan ihtiar untuk berbicara mohon ampun pada-NYA adalah keharusan.

Galau itu manusiawi apalagi menyangkut keluarga, anak istri, orang tua dan saudara. Tetapi galau itu tidak cukup menyelesaikan masalah. Tariklah nafas sejenak, tetap fokus dan ikhlas menghadapi semuanya…… serta yang terpenting adalah senantiasa berfikir hal-hal yang baik, positif thinking tea geuning.

Nah, untuk pendukungnya kembali sajian kohitala, kopi hitam tanpa gula. Menjadi pendamping setia dalam suasana suka dan duka. Apalagi sedang galau, cocok pisan lur. Cuma memang manual brew mah lama jadi perlu yang praktis.

Alhamdulillah, salah satu bos BJB di beberapa waktu yang lalu mengirimkan kotak hitam yang elegan, berisi kopi arabica hasil grinder siap seduh yang dikemas menarik bin praktis. Kopinya arabica java preanger.. Nuhun pisan pak Bos. Ini stok hampir terakhir.

Ada 2 bungkus lagi, langsung buka, pasang di gelas server dan seduh dengan air panas 150gr. Setelah itu lanjut sekali lagi dengan bungkus satu lagi sehingga tersaji 300 ml kopi hitam tanpa gula arabica java preanger yang harum menggoda.

Tak lupa setangkup doa atas kesempatan kehidupan ini, Keluarga yang saling mencintai, pekerjaan yang salung dukung hingga pertemanan yang luar biasa termasuk juga atas kekuatan-MU untuk tetap bisa menulis dengan hadirnya ide-ide yang memenuhi kepala, tiada lain tiada bukan adalah Karunia Sang Maha Pencipta.

Dini hari bergerak menuju pagi, ditemani sajian kopi yang menenangkan hati. Selamat menjalani kehidupan ini, Wassalam (AKW).

Goodbye Kopi di akhir Agustus.

Perjumpaan ditemani dengan perpisahan, itulah kehidupan.

Photo : V60 Arabica Papandayan / dokpri.

CIMAHI, akwnulis.com. Inilah sebuah keputusan yang begitu berat dalam sebuah perjalanan kehidupan. Dikala rembulan berpindah hari, menjemput asa di bulan yang baru maka disitulah sebuah keputusan harus dimulai.

Berat memang, tetapi ini harus diakhiri dan dimulai kembali saat ini.

Setelah bertahun-tahun mewarnai hari dalam suka duka dan berbagai momen bahagia. Melengkapi tulisan-tulisanku dengan tagline ‘kohitala‘. Memberi julukan tambahan dari para penikmat tulisan recehku ini yang menyebut dengan ‘Mang Kopi‘…. maka di tengah pergantian hari ini, perubahan harus terjadi.

…… dentang jam 00.00 wib memberi tahu bahwa bulan agustus telah berlalu dan berganti dengan bulan september yang ceria… serasa iklan yach?…

Aslinya kamu mau berhenti ngopay?” Sebuah tanya yang dijawab dengan anggukan lemah yang menandakan kecamuk pertentangan di dalam dada. Bukan berhenti tetapi cuti, bukan berakhir tetapi berusaha kembali terlahir.

Maafkan daku bagi kawan pembaca tulisan di blog ini. Jikalau cerita ngopay dan ngojay akan sedikit berkurang, tetapi itulah kehidupan, sebuah keputusan harus diambil demi hadirkan kebaikan. Tetapi semangat menulis tetap akan membara meskipun bukan ngopay yang menjadi bahasan utama.

Sebagai sebuah tanda cerita, maka segelas kopi hitam tanpa gula dengan beannya arabica papandayan menemani hari terakhir di bulan agustus ini. Sebuah karya manual brew V60 dengan suhu air 90° celcius diproses dengan seksama selanjutnya disajikan di gelas biasa tetapi memberikan rasa yang body strong dan acidity tinggi khas coffee java preanger. Ditambah ada nuansa smoky (alias bau haseup) yang menjadi pembeda, tetapi itulah misteri yang ada, selalu ada kejutan dari berbagai jenis yang ada.

Sruputannyapun perlahan dan diresapi, karena mungkin esok lusa tidak bisa menikmati kopi sesering ini. Selamat menapaki bulan yang baru dengan semangat baru, happy september 2020. Wassalam (AKW).

Arabica Wine Kapegepe

Ngopi Arabica Wine di Kota Sukabumi…

SUKABUMI, akwnulis.com. Pergerakan raga dikawal jiwa terus berlanjut meniti waktu yang tersisa. Jikalau kemarin adalah kota Garut yang menjadi pusat pergerakan, kali ini bergeser cukup melambung menuju kota sukabumi.

Selamat tinggal Kopi Harmoni& Kopi Luwak Banyu Alam, sekarang ternyata bersua dengan kopi Arabica Wine Java Preanger…. pasti kopi ciwidey, puntang, malabar atau manglayang… diantara itu dech. (Maklum lagi males tanya-tanya….)

Lalu tidak sengaja bertemu dengan pemilik cafenya dan berbincang sesaat tentang kopi di jawa barat.

Sambil menanti pesanan yaitu Kopi manual Arabica wine dan pisang bakar, maka laptop dibentangkan dan bahan rapat kembali dibaca….. awww pusingg, kembali bersua dengan sang angka yang senang sekali menari-nari di hadapanku dengan kepastian yang sulit dibantahkan.

Tak ada pilihan lain, baca dan bacalah. Urusan paham dan tidak, itu adalah hasil selanjutnya. Tetapi selama kita punya niat dan kemauan maka sang angka akan menjadi sobat setia sekaligus senjata untuk membongkar sajian konsep yang disusun berdasarkan tema besar ‘business as usual’.

“Silahkan Om, pisang bakar dan kopinya”

Alhamdulillah, sajian kopi hitam tanpa gula arabica wine ditemani roti bakar yang dipasang di nampan ijo ditambah topping coklat yang dibuat bergaris-garis memberi pesan kehangatan dan kenikmatan kali ini.

Sruputan pertama hasilkan sensasi rasa sesuai dengan biji kopi yang dipilih, acidity tinggi dan body medium cenderung high serta aftertaste berry yang cukup ninggal di pangkal lidah… dilanjutkan dengan cemilan pisang bakar yang sedikit tapi bikin penasaran dengan rasa panas hangat menggoda di dukung manisnya selarik topping coklat penyemarak suasana.

Sruputan selanjutnya tentu semakin menenangkan rasa, tak lupa mata tetap membuka halaman excel yang berisi angka-angka, semuanya bersinergi memberikan pemahaman baru tentang makna sebuah rencana.

Selamat menjajagi kehidupan yang penuh makna, Wassalam (AKW).

***

Lokasi :
Ka Pe Ge Pe
Jl. Siliwangi No.73 Kota Sukabumi
WA 085219770221

Bastaa Coffee Stand – Cianjur

Belajar ikhlas dan jangan lupa ngopi kohitala.

Photo : Suasana Cafe & v60 Gununghalu / dokpri.

CIANJUR, akwnulis.com. Nilai sebuah perjalanan kembali kepada tata nilai yang dianut sang pengembara. Jikalau dijalani tanpa keikhlasan maka bukan hasil optimal yang dicapai tetapi malah sebaliknya, Hasilnya belum tentu, badan cape juga lelah secara mental karena hanya gerutu dan penyesalan yang menghiasi perjalanan.

Maka cara terbaik adalah awali dengan niat keikhlasan dan semangat untuk menjadi bagian dari problem solving. Ibarat tutup pentil, meskipun sangat kecil dan remeh tetapi memiliki fungsi strategis untuk menjaga tekanan udara di ban mobil tetap terjaga dan perjalanan kendaraan akan selamat plus lancar.

Jadi bukan berarti harus menjadi penentu, karena semua ada waktunya. Kerjakan saja tugas yang diemban dengan baik, optimal penuh kerelaan… insyaalloh hasilnya lebih baik… malah melampaui perkiraan yang bisa di ukur.

“Nggak percaya?… coba ajaa guys”

***

Begitupun kali ini, dengan segala sisa tenaga setelah beredar di Pangandaran, …. iya pangandaran, ceritanya klik aja PANGANDARAN 1, PANGANDARAN 2, PANGANDARAN 3,…..

Maka dari pangandaran segera bertolak ke cianjur demi menjadi bagian problem solve ‘sesuatu‘, karena ini adalah tugas maka berusaha ikhlas dan menjaga semangat agar tetap stabil, meskipun kondisi badan mulai labil….. cemunguut.

Alhamdulillah tahapan proses bisa dijalani meskipun langkah panjang menanti, tetapi itulah kehidupan. Dikala berbuat kesalahan dan ada momen untuk memperbaiki, tunjukanlah dengan sebaik-baiknya, kami tunggu dan monitor secara berkala.

Photo : Sajian kopi Arabica Manglayang / dokpri.

Energy boosternya tiada lain, selain jelas keikhlasan dan kebersamaan juga ditambah menikmati sajian kopi manual brew di Bastaa Coffee Stand. Berlokasi di jalan Siliwangi 20 kp. Pasar baru Cianjur.

Dengan metode V60 dan beraneka biji kopi pilihan, kehadiran secangkir kopi ini membuat perjalanan panjang Pangandaran – Bandung – Cianjur tidak terlalu melelahkan… hanya ringsek aja hehehehe.

Arabica Gununghalu Jabarnya maknyus meskipun disajikan dalam cangkir biasa berwarna kuning, terus terang saja menjadi cepat dingin dibandingkan dengan pake botol kaca server…. maka harus segera disrupuuut dan habis… lalu pesen lagiii……

Sajian kedua adalah arabica manglayang diolah natural, hadir kembali dengan cangkir biasa tapi rasa luarbiasa….. langsung sruput lagi…. habis lagi, alasannya takut keburu dingin hehehehe.

Pas moo pesen yang ketiga, beberapa pandangan mata rekan kerja terlihat agak gimana gitu…. urunglah pesannya. Tapi minimal semangat bisa kembali hadir membara.

Eh ada sedikit lagi diujung cangkir… srupuut… Tandass. Wassalam (AKW).

***

Kopi Koboi

Nyobain kopi dan bir kopi, disini.

Photo : Pilihan kopi di Cafe Koboi / dokpri.

BANDUNG, akwnulis com. Sore yang sendu mengantarkan diriku untuk mampir dan bercengkerama dengan suasana khas bernuansa coklat alami disini. Sebuah cafe kopi yang memiliki keunikan tersendiri, sebuah kafe kopi yang konsisten dengan metode seduh kopi tubruk.

Jadi harus kuat badan kita karena sebelum nyuruput kopi maka siap-siap ditubruk sesuatu… hehehehe just kidding frend!!

Sajian kopinya diseduh dengan cara yang sudah biasa kita lakukan… dua sendok makan bubuk kopi ditimpa oleh air panas mendidih diatas gelas almunium, kudek.. eh aduuk pake sendok…. jreeeng jadi.

Trus disajikannya pake gelas almunium tertutup, maksutnya ada tutupnya. Sebelum minum harus di ditutup agar rasanya betul-betul keluar.

Oh iya, bubuk kopinya banyak pilihan, beberapa merk terkenal di indonesia ada di list menunya tetapi proses penyajiannya semua sama, kopi tubruk.

Photo : Kopi Tubruk arabica java preanger / dokpri.

Aku memilih arabica java preanger, penasaran dengan rasa kopi yang dihasilkan versi tubruk ini. Pilihan lain ada juga gayo, sidikalang, flores, bali dan lainnya tetapi mungkin itu kesempatan lainnya.

“Sruput dulu gaan…… adduh panas banget”

Simpen lagi dech, tunggu agak turun dulu suhunya.

Cafe koboi ini awalnya dikirain bertema koboi-koboi kayak pelem amrik sono…. ternyata koboi itu singkatan. Singkatan dari Koperasi Barudak OI, OI adalah komunitas penggemar lagu2 iwan fals…. dulu, dan mendirikan sebuah unit usaha berupa cafe kopi.

Photo : Pintu Gerbang Coffee Koboi / dokpri.

Dulunya dibawah jembatan layang pasupati dan pindah di lokasi sekarang itu sekitar 2013-an yaitu di jalan Kebon Kawung 9-10-11 Bandung. Klo moo ke stasiun bandung berarti posisinya sebelum stasiun setelah belokan hotel Swiss bell Bandung dech.

Menu yang disajikan tidak melulu kopi tetapi juga snack dan makanan, jadi cocok juga buat ngisi perut sambil bercengkerama.

Ada juga pilihan minuman berbasis kopi dengan nama-nama yang menarik hati. Seperti Kopi Bir Koboi, kopi Kuda Betina, Kopi Kuda jantan dan banyak lagi lainnya…. lupa euy nama2nya.

Nah karena penasaran, kopi Bir Koboi dipesan juga… dijamin katanya tidak akan mabok, karena 0% alkohol.

***

Ngopi itu enaknya sambil ngobrol…. dan alhamdulillah ketemu dengan kang Dian yang menjelaskan sepintas tentang Cafe Koboi ini.

Ada juga kaos dan gantungan kunci dijual disini, jadi distro juga…. penasaran?… kesini ajah.

Sekarang urusan kopi, jangan lupa #tidakadaguladiantarakita (nyomot tagar diplomasi kopinya bos Azis)…. rasa kopi tubruk arabica java preangernya ajibbb….. acidity khasnya tetap terasa, body medium dan harum semerbaknya bikin makun nikmaat.

Photo : Bir Koboi ala cafe coffee koboi / dokpri.

Trus setelah habis kopi tubruknya, giliran Bir koboy disruputt…… wuiihhh segeeer, rasa kopinya tetep ada tetapi bergabung dengan segarnya rasa yang berasal dari kayu manis, kapulaga, sereh, cengkeh, dan daun jeruk.

“Tapi maaf…. kok ada manis gula disini?” Bertanya dengan agak ngeberengut.

“Itu sedikit gula om, klo tanpa gula… dijamin rasanya jamu banget, nggak bakal suka dech”

Ya sudah karena sudah tersaji, dan sudah dibayar juga…. mari kita nikmati.

Rasanya menyegarkan…. meskipun masih sedih karena harus bersua dengan manisnya gula. Soalnya jadi terlalu manis, khan akyu sudah manieez….. awwww.

Trus yang menu minuman ‘kopi kuda betina dan kopi kuda jantan’, itu khusus untuk wanita dan khusus perempuan…. tapi harus dikomunikasikan dengan pasangan yang sah, karena ada ‘efek depan”… ini kata kang Dian yang jadi partner ngobrol sore ini.

Gitu dulu ya fren… cerita ngopay di cafe kobay… eh koboy. Happy wijen.. eh wikeeen. Wassalam (AKW).

***

Arabica Java Preanger pake Chemex

Nikmati kopi pake metode chemex, nikmat.

BANDUNG, akwnulis.com, Sajian penutup setelah makan siang sehat ala Cafe Greensandbean sebenernya banyak pilihan, tapi tetep saja kurang afdol tanpa hadirnya si hitam nikmat, kopi.

Dari mulai bye bye doctor, energy booster hingga aneka teh yang bisa refill hingga 3x. Tidak bisa mengalahkan hasrat meng-kopi, menikmati kopi. Maka dari 3 pilihan kopi yang akan di buat secara manual, kali ini jatuh ke kopi Arabica Java Preanger. Flores Bajawa dan Liberica bean.

Inilah dia, sajian kopi arabica java preanger dengan metode manual brew chemex. Hadir dihadapan dengan ditemani 2 gelas kaca mini, berarti bisa buat dinikmati berdua.

Bagi yang tidak biasa ngopi dikit-dikit, kemungkinan besar akan terjadi kecanggungan. Tapi itu adalah sebuah cara, bagaimana dengan gelas kaca mini ini, kita bisa minum perlahan tapi pasti, menyecap rasa yang tersaji tanpa basa basi. Trus tidak hanya sendirian, bisa juga menikmati bersama teman. Meskipun terus terang, segitu mah klo barengan, yaa takarannya kurang. Tapi tak apa, yang penting bisa minum kopi yang dibuat manual dengan biji spesial. Wilujeng ngopay, Wassalam (AKW).

Kopi Luwak Lembah Cimanong

Ternyata, hampir saja sebuah rasa terlewati waktu yang tak mau memberi jeda.

Photo : Tampilan Kopi Luwak Lembah Cimanong dengan bungkus merahnya, abaikan penampakan mix rosegoldnya yaa / dokpri.

GEDUNG SATE, akwnulis.com, Hampir 3 bulan dikau teronggok begitu saja diantara koleksi kopi yang datang silih berganti. Tetapi tanpa banyak tanya, tetap santai jalani semuanya dengan setia.

Satu bulan lalu akhirnya dibuka, lembar merah bungkusmu mulai tersobek oleh sebuah keinginan. Sebesar harapan akan nama besarmu, kopi luwak.

Tetapi sebelum bijimu menyentuh grinder, tiba-tiba tertahan oleh sebuah keadaan. Karena sang indra penciuman belum menemukan aroma yang diharapkan. Padahal begitu besar perkiraan bahwa aromanya akan membahana memenuhi ekspektasi kehidupan. Akhirnya kembali bungkusan merah dikau terdiam dan mengonggokkan diri di meja eksekusi. Menanti proses ekstraksi yang tak pasti.

***

Hari ini, setelah menyeduh manual dengan V60 kesayangan stok kopi yang ada. Tiba-tiba tatapan ini tertuju pada bungkus merahmu.

“Mau dicoba Kopi Luwak Lembah Cimanong?”

“Hayu Kang, kita jajal” jawaban serempak 2 kawan dari divisi lain yang saat ini bernasib sama, galau karena perubahan lembaga. Tapi daripada galau mendingan dinikmati sambil minum kopi.

***

Langsung corong V60 dpasangin filter. Bean yang ada dalam bungkus merahmu ditimbang 30 gram, dimasukan grinder dan digiling dengan ukuran variatif, supaya bisa keluar beraneka bentuk yang nantinya memberi sensasi rasa berbeda.

Air panas ngejetrék, tandanya sudah siap. Dituangkan di teko kaca Suji berleher panjang. Langkah awal digunakan nyiram kertas filter. Lalu dipasang termometer, air raksa bergerak perlahan dan akhirnya terdiam di ukuran 90° celcius. Sippp.

Jangan lupa air pembersih filter dibuang dulu. Air panas 300 ml sudah ready. Bubuk kopi dituangkan di corong V60, air panas 90° derajatpun beraksi. Awalnya untuk proses blooming dulu dilanjutkan dengan sentuhan hakiki, proses ekstraksi melalui pertemuan air panas dan biji kopi yang sudah membelah diri.

Tak berapa lama, tetes demi tetes hadir di gelas server. Bersiap untuk menikmati.

“Mangga atuh, silahkan”

Gelas server berisi cairan kopi luwak lembah cimanong disorongkan dan serempak rekanku sudah memegang gelas kaca masing-masing.

Currr……

….

Srupuuut….
Srupuuttt…..

“Ow may gattttt… enak euy” itu reaksi pertama dariku. Ternyata ada sesuaty yang terpendam selama ini.

Dari awal memang agak kurang tertarik sama dikau karena aromanya hambar, nyaris tidak ada. Jadi disimpulkan sementara, ah rasanya biasa saja, padahal mahal belinya.. agak nyesel tadinya. Klo nggak salah 125ribu/100gram bean hasil roastingnya.

Ternyata, body-nya nampilin level medium yang layak dinikmati dan yang paling keren adalah Acidity-nya, kerasa bangeeet…… sebuah keasaman rasa yang nyaris sempurna tanpa diganggu bayangan pantat luwak yang pernah mengeluarkan biji kopinya.

Trus yang bikin meringis adalah sensasi ‘Ninggal‘-nya, sebuah ungkapan sederhana yang bermakna bahwa dibelakang lidah terasa menempel rasa asam dan sedikit kegetiran dalam waktu yang cukup lama padahal kopinya sudah lewat dan ngendon di lambung kita.

Enak pisan itu rasa yang tertinggalnya… ruar biasa.

***

Maafkan daku yang sudah menyia-nyiakan dikau, hai kopi luwak lembah cimanong Ciwidey, kamuuh luar biasaaa…

Kamipun bertiga menikmatimu sambil menanti perjalanan waktu hingga adzan magrib membahana di Mesjid Almuttaqien. Wassalam (AKW).

Hikmah Kopi 2 – tamat.

Lanjutan dari cerita ‘Hikmah Kopi’, dari tersakiti jadi hepi.

Lanjuran cerita dari Hikmah Kopi.

****

Hasil manual brew Kopi Pangauban / dokpri

“Kenapa harus bete??…. “
Sebuah tanya menggantung di langit-langit harapan. Menelusup ke jaringan syaraf menuju neocortec dan berkumpul di pusat syaraf penantian. Perlahan seiring nafas yang sudah tidak memburu, kesadaran kembali menguasai jiwa memenuhi kekosongan raga.

Perlahan tapi pasti menyusun kembali serpihan kesadaran sambil belajar memahami bahwa takdir adalah sebuah keniscayaan hakiki.

“Sudahlah lupakan kopi yang tadi, redam emosi dan mari jalani hari dengan keceriaan alami!” Begitulah doktrin yang mengembalikan kembali suasana mood hati hari ini.

Yakinilah takdirmu, dan berbahagiah!!!.

Inilah cara Allah SWT menegur diri yang hina ini, seorang hamba yang terlarut dengan pesona kopi luar negeri. Padahal masih suangaaat banyak jenis kopi nusantara yang belum dinikmati tanpa perly banyak keluar materi.

Sombong kamuuuh!!!!

Istigfar lagiii…..

Akhirnya senyum kecut sendiri, dalam hati memohon ampun atas ketidakmampuan mengelola emosi ini. Meskipun bayangan kopi terus membayangi, tetapi emosi sudah bisa didudukan sesuai fungsi.

Selamat tinggal kopi Duarte-Columbia.

***

Setelah ngebut mengendarai mobil untuk kembali ke rumah. Macet di perjalanan sudah pasti, tetapi semua di jalani aja… moo gimana lagi…

Nyampe rumah……

Nggak pake ba bi bu. Parkir mobil, cipika cipiki anak syantiiek sholehah juga ibunya…… sieeeet……

Segera gelar perlengkapan, colokin kabel grinder, pilih bean yang setia menanti…..

Terrrrrr…….

60gr biji kopi arabica Pangauban Garut memberikan efek vibrant, mengikis kedongkolan berganti rasa syukur karena ngopinya segera tergantikan oleh rasa yang lebih mengena setelah kejadian tadi siang….

Alhamdullillahirobbil alamiin….

Manual brew rumahan segera tersajii…. yummmy

Acidity alami versi Java Preanger Coffee menenangkan hati, haseum yang segerrr…… body medium dan aroma fruitty… taste guavanya belum terasa.. mungkin nge-manual brewnya kurang teknik… tapi yang pasti.. menyegarkaaaan…

Itulah sebuah kisah tentang Kopi yang bisa menguji emosi tetapi akhirnya kembali hepiiii…. cukup dengan secangkir.. 2 cangkir… 3 cangkir… eh 4 cangkir kopiiii… Wassalam (AKW).