Kopi hari ke 5.

Catatanku dan Kopi di Ramadhan 1444 Hijriah

CIMAHI, akwnulis.com. Menginjak hari kelima di bulan ramadhan ini, kesempatan menulis agak tertunda. Tentu yang dicari adalah alasan pembenarannya karena itu merupakan sifat dasar manusia. Bukannya introspeksi tapi malah menghakimi hehehehe. Maka dengan sekuat tenaga mencoba memgidentifikasi kemalasan yang terjadi. Nah itu dapat satu kata, kemalasan.

Kemalasan hadir dari diri sendiri dan juga didukung faktor esternal. Kalau dari diri sendiri maka alibi yang dihadirkan karena suasana bulan puasa itu berbeda, apalagi kalau sudah kantuk menyerang, begitu mudahnya terlelap dalam buaian. Ditambah dengan pendapat bahwa tidur di bulan ramadhan adalah bernilai ibadah, ceunah. Terus terang tentang pendapat itu masih ragu, tapi kembali kemalasan untuk mencari dasar hadist dan ayatnya sehingga kembali tertidur… eh gimana atuh.

Nah kalau faktor eksternalnya adalah kesibukan sehari-hari ditambah ibadah khusus bulan puasa seperti pengajian, tadarus, hafalan, imam sholat memberi kultum di mesjid hingga imam tarawih spesial 11 rakaat dan aktifitas lainnya… weits jadi riya ya. Jangan ribut, ibadah ini mah urusannya sama Allah. Stop jangan dibeja-beja.

Ada faktor eksternal lain yang cukup menyulitkan tulisan ini, yaitu aktifitas ngopi pagi siang hingga sore harus terhenti karena akan berakibat pembatalan puasa yang tentung berujung dosa karena membatalkan puasa dengan sengaja, apalagi batal berjamaah karena minum kopinya bareng – bareng.

Mau nongkrong minum kopi disaat berbuka puasa terasa kurang makna, lebih baik di rumah dengan sajian sederhana sambil mendidik anak semata wayang untuk belajar menahan haus lapar dan akhirnya disaat berbuka puasa manakala adzan magrib berkumandang, sebuah kalimat tanya adalah, “Alhamdulillah Ayah, semua minuman dan makanan ini kok enak semua?”

Sebuah pertanyaan sekaligus pernyataan anak semata wayang yang belajar  berpuasa tahun ini hingga adzan magrib menggema. Begitu meneduhkan rasa. Melengkapi kebahagiaan dalam meraih pahala di bulan ramadhan ini.

Sebagai penutup cerita tentu tak afdol jika tidak hadir sejumput kata tentang si hitam kohitala. Maka setelah potongan buah dan dimsum plus kolak pisang dilengkapi roti macha keju… eh kok banyak ya?….  dilanjutkan dengan menggrinder biji kopi yang tersedia dan memproses seduh manual dengan corong flat bottom karena kebetulan kertas filternya hanya itu yang tersedia, proses….

Akhirnya sebuah cairan hitam terang melengkapi malam berbuka puasa ini. Memberikan citarasa pahit yang miliki aneka sensasi, tanpa perlu sebuah untaian kalimat sebagai definisi, pendapat anakku tadi telah mewakili…. setelah saatnya berbuka puasa semua makanan dan minuman begitu enakkk, srupuuuut.

Selamat berbuka puasa di hari kelima, dan bersiap mendulang pahala hingga bersiap untuk melanjutkan puasa di esok hari. Wassalam (AKW).