INTISHOR NAMA MESJID.

Apalah arti sebuah nama? tapi arti harus dicari.

CIMAHI, akwnulis.com. Sebuah peralihan adalah bagian dari petualangan hidup, maka sinyal adaptasi dan rasa penasaran menjadi modal utama. Begitupun dikala langkah kaki menuju mesjid di kawasan tempat bekerja sekarang dan disaat berada di dalam mesjid langsung mengeja nama mesjidnya, yaitu AL INTISHOR.

Tring.. apa artinya ya?

Maka segera bertanya kepada beberapa jemaah yang akan bersama-sama menunaikan ibadah shalat dhuhur. Tetapi dari 6 orang yang ditanya, mayoritas yang hadir adalah sunggingan senyum untuk melengkapi kebelumtahuan. Nggak perlu kecewa, tinggal buka hape dan minta bantuan mister guggel serta yang terbaru menggunakan ChatGPT.

Ternyata ini menjadi petualangan juga karena yang pertama adalah kesalahan pengetikan pada kesempatan pertama sehingga hasil pencariannyapun berbeda. Kata yang diketik dengan jempol terpeleset sedikit, yaitu Al Ikhtisor. Maka pengertian yang muncul adalah metode pembelajaran untuk menguasai cara membaca dan memahami kitab kuning atau lebih dikenal dengan arab gundul yang dikembangkan di pesantren – pesantren terutama di wilayah pulau jawa sebelah timur.

Maka dengan pedenya menjadi pengetahuan baru dan di beberapa kesempatan disampaikan. Sok JNE (Jiga nu enya) tea. Padahal ada satu hurup krusial yang berbeda. Tidak mengapa, minimal menjadi tambahan pengetahuan saja.

Tersadar bahwa istilah tersebut berbeda dengan nama mesjid yang dikamsud eh dimaksud. Metode untuk membaca kitab kuning adalah IKHTISOR, sementara nama mesjid itu adalah INTISHOR. Walah satu huruf ini tentu membedakan artinya.

Semangat lagi mencari arti nama mesjid ini, tapi beberapa orang yang ditanya, kembali menjawab dengan senyuman dan gelengan kepala yang khas. Maka sebagai penguatan mencari istilah, mang gugel harus dilengkapi dengan chatGPT. Sugan we lebih jelas.

Ketik ketik geser… ketik. Tring.

Nah sekarang muncul hasil pencarian via mang gugel bahwa INTISHOR itu adalah memiliki arti KEMENANGAN. Beberapa situs website memiliki keseragaman arti, namun yang menggelitik adalah istilah kemenangan ini juga cocok untuk penamaan bagi anak perempuan ceunah. Ini agak sedikit jadi tambahan pertanyaan, karena mesjid juga tentu berkait erat dengan laki-laki. Tapi tidak apa-apa, sebuah arti kata KEMENANGAN, tentu cocok dengan nama sebuah mesjid, karena bisa dijadikan tempat untuk meraih kemenangan dari keimanan, ketakwaan dan juga hubungan antar manusia.

Tapi khan masih penasaran, mencoba mengunakan ChatGPT. Ternyata hasilnya berbeda, INTISHOR ini memiliki banyak arti, tidak hanya bermakna KEMENANGAN saja. Tetapi juga memiliki arti PENYEBARAN / PERSEBARAN.  Namun, dalam beberapa konteks tertentu, seperti dalam konteks pertempuran atau perang, kata “intishar” dapat digunakan untuk merujuk pada “kemenangan”. Sebagai contoh, “al-intishar fi al-harb” dapat diartikan sebagai “kemenangan dalam perang”. Namun, ini bukanlah makna umum dari kata “al intishor” dalam bahasa Arab.

Dari studi literisi online maksa (SLOM) ini maka makna dari INTISHOR ini adalah KEMENANGAN, Alhamdulillahirobbil alamin. Bungkuss.

Selamat menunaikan ibadah shaum hari ke tujuh ini bagi kaum muslimin dan bagi para pembaca  diberikan kekuatan dan kesehatan dalam meniti kehidupan dunia yang sementara ini penuh keberkahan.

Jika masih penasaran, maka dengan tangan terbuka untuk saling melengkapi dan membahas penamaan ini. Bisa chat, komen atau berkirim email. Terima kasih, Wassalam. (AKW)..

Kopi hari ke 5.

Catatanku dan Kopi di Ramadhan 1444 Hijriah

CIMAHI, akwnulis.com. Menginjak hari kelima di bulan ramadhan ini, kesempatan menulis agak tertunda. Tentu yang dicari adalah alasan pembenarannya karena itu merupakan sifat dasar manusia. Bukannya introspeksi tapi malah menghakimi hehehehe. Maka dengan sekuat tenaga mencoba memgidentifikasi kemalasan yang terjadi. Nah itu dapat satu kata, kemalasan.

Kemalasan hadir dari diri sendiri dan juga didukung faktor esternal. Kalau dari diri sendiri maka alibi yang dihadirkan karena suasana bulan puasa itu berbeda, apalagi kalau sudah kantuk menyerang, begitu mudahnya terlelap dalam buaian. Ditambah dengan pendapat bahwa tidur di bulan ramadhan adalah bernilai ibadah, ceunah. Terus terang tentang pendapat itu masih ragu, tapi kembali kemalasan untuk mencari dasar hadist dan ayatnya sehingga kembali tertidur… eh gimana atuh.

Nah kalau faktor eksternalnya adalah kesibukan sehari-hari ditambah ibadah khusus bulan puasa seperti pengajian, tadarus, hafalan, imam sholat memberi kultum di mesjid hingga imam tarawih spesial 11 rakaat dan aktifitas lainnya… weits jadi riya ya. Jangan ribut, ibadah ini mah urusannya sama Allah. Stop jangan dibeja-beja.

Ada faktor eksternal lain yang cukup menyulitkan tulisan ini, yaitu aktifitas ngopi pagi siang hingga sore harus terhenti karena akan berakibat pembatalan puasa yang tentung berujung dosa karena membatalkan puasa dengan sengaja, apalagi batal berjamaah karena minum kopinya bareng – bareng.

Mau nongkrong minum kopi disaat berbuka puasa terasa kurang makna, lebih baik di rumah dengan sajian sederhana sambil mendidik anak semata wayang untuk belajar menahan haus lapar dan akhirnya disaat berbuka puasa manakala adzan magrib berkumandang, sebuah kalimat tanya adalah, “Alhamdulillah Ayah, semua minuman dan makanan ini kok enak semua?”

Sebuah pertanyaan sekaligus pernyataan anak semata wayang yang belajar  berpuasa tahun ini hingga adzan magrib menggema. Begitu meneduhkan rasa. Melengkapi kebahagiaan dalam meraih pahala di bulan ramadhan ini.

Sebagai penutup cerita tentu tak afdol jika tidak hadir sejumput kata tentang si hitam kohitala. Maka setelah potongan buah dan dimsum plus kolak pisang dilengkapi roti macha keju… eh kok banyak ya?….  dilanjutkan dengan menggrinder biji kopi yang tersedia dan memproses seduh manual dengan corong flat bottom karena kebetulan kertas filternya hanya itu yang tersedia, proses….

Akhirnya sebuah cairan hitam terang melengkapi malam berbuka puasa ini. Memberikan citarasa pahit yang miliki aneka sensasi, tanpa perlu sebuah untaian kalimat sebagai definisi, pendapat anakku tadi telah mewakili…. setelah saatnya berbuka puasa semua makanan dan minuman begitu enakkk, srupuuuut.

Selamat berbuka puasa di hari kelima, dan bersiap mendulang pahala hingga bersiap untuk melanjutkan puasa di esok hari. Wassalam (AKW).

Met Shaum 1442 H

Met beribadah di Bulan Ramadhan 1442 Hijriyah…

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Rasa syukur adalah utama yang senantiasa dipanjatkan untuk Allah Subahanahu Wataala atas segala kemudahan rahmat dan rejeki yang tiada hingga, yang sering kita lupakan seolah itu adalah hal biasa.

Ucapan met Berpuasa / by kang Rizky hms

Shalawat dan salam untuk Nabi Agung Nabi Besar Muhammad SAW yang membawa cahaya penerang keIslaman bagi Kehidupan umat manusia.

Sebuah tulisan singkat di awal bulan ramadhan ini lebih kepada introspeksi dan mentafakuri diri, bahwa atas ijin-NYA bisa kembali bersua dan menjalani ibadah shaum di bulan yang luar biasa. Setelah 11 bulan kita implementasi dalam kehidupan sehari-hari, maka sebulan ke depan adalah saatnya me-masantren-kan diri untuk kembali fitri dan melanjurkan 11 bulan ke depan dengan perubahan diri yang hakiki.

Kali ini ingin berbagi tentang sesuatu yang dianggap sederhana dan biasa dalam kehidupan sehari-hari yaitu…… rejeki oksigen gratis yang dapat dihirup setiap saat, seolah ini adalah hall lumrah dan ‘biasa saja‘, padahal jikalau dihitung akan menghasilkan angka yang tiada hingga dan begitu mahal adanya.

Ilmuwan Keni Vidiaresis menyampaikan bahwa dalam satu hari, seorang manusia menghirup udara 550 liter oksigen atau sebanding dengan volume air mineral 2 Liter sebanyak 275 botol. Jika dirata-ratakan maka setiap menit, seorang manusia menghirup oksigen 8 liter. Kadar oksigen di udara adalah 20%, dan setelah dihirup 15% nya dihembuskan kembali serta 5% nya yang diserap tubuh.

Coba iseng itung ah, 8 Liter x 60 menit x 24 jam × 5% : 576 Liter….  wah iya mendekati angka 550 liter.

Trus sambungin sama harga air mineral ya…

Harga air mineral galon rata-rata Rp.45,5 ribu dengan isi 19 liter… ini bukan model galon yang air mineral isi ulang yaa…..

Nah berarti 576 liter / 19 liter : 30,31 galon.. lurusin aja ya jadi 30 galon di kalikan harga rata-rata 45,5 ribu/galon menghasilkan jumlah Rp 1.351.500,- / hari. Nah klo perbulan adalah Rp 40.545.00,- dan perbulan (365 hari) menjadi Rp. 493.297.500,-

Setelah dihitung dengan matematika perbandingan sederhana, baru urusan nafas saja dalam satu tahun hampir setengah milyar rupiah per orang diberi gratisan sama Allah SWT.

Berarti 1 milyar rupiah per 2 tahun untuk fasilitas nafas kita tang diberikan cuma-cuma.

Ucapan met shaum / dokpri.

Ini baru secuil rejeki dan rahmat kemudahan dari Yang Maha Kuasa, belum lagi banyak hal – hal lainnya yang seolah sederhana dan biasa saja, padahal penuh nilai sarat makna yang wajib kita syukuri dan tafakuri.

Selamat menunaikan Ibadah Shaum di bulan Ramadhan 1442 Hijriyah, semoga kita semua khususnya kaum muslimin diberi kesempatan, kekuatan, kesehatan, kesabaran dan Keikhlasan menjalani dan menuntaskan bulan penuh berkah ini hingga tuntas sampai akhir dan bisa berjumpa di bulan ramadhan pada tahun – tahun yang akan datang. WassalammualaikumWrWbr. (AKW).

Algoritma Specialty Coffee.

Karena Algoritma, kita bersua.

CILEUNYI, akwnulis.com. Dikala jemari menari di keyboard virtual smartphone, sebuah algoritma mengintai tanpa disadari. Merekam jejak digital kita dan mengambil kesimpulan canggih bahwa sebuah minat telah tertata dan mengerucut menjadi segmentasi yang bisa disuguhi janji berupa iklan ataupun penawaran sesuatu yang menarik hati (Iya… itu maksudnya iklan cuy).

Memasuki ranah media sosial seperti stalking status instagram, geser noongin status whatsapps orang lain, hingga dilanjut berselancar di lama facebook dan ujung-ujungnya ikut bergoyang di aplikasi tiktok… sang algoritma mengintai kawan.

Di laman facebook dan instagramlah hadir secara silent tetapi presisi untuk menarik minat dan hati dalam bentuk iklan yang ‘sesuai dengan kebiasaan kita’…. tiap individu beda-beda. Itulah kehebatannya.

Nah jemari inipun terpaku oleh sebuah iklan di facebook yang memang menarik hati, apalagi setelah sebulan lalu bulan september mengikuti PUKOTAPTI (puasa kopi tanpa alasan pasti) alias berhenti total menikmati kopi selama sebulan dan tanpa alasan, pokoknya pengen berenti aja, titik.

Kok bisa?”

“Ya bisa atuh, ini kenyataannya bisa kok”

Kembali ke iklan tadi, yaitu sebuah penawaran produk kopi siap saji yaitu menggunakan metode cold brew. Dikemas pake botol yang gaul dan menggunakan biji kopi pilihan dengan label specialty coffee dan diolah dengan fermentasi maksimal sehingga menghasilkan biji kopi wine…. wah menarik nich, patut dicuba… eh dicoba.

Jempol seakan paham bisikan hati, tanpa banyak pertimbangan langsung klik order, klik isi form pemesanan, dapet balasan via whatsapps musti bayar ke rekening mana… daan otomatis klik mobile banking, tring… transfer terjadi dan di menit berikutnya notifikasi hadir dan barang siap kirim…. ajaibbb…. sebuah rasa syukur menyeruak, semua kemudahan ini hadir atas ijin perkenan dan rahmat Illahi Robb.

***

Tak sampai 24 jam, pesanan kopi spesial ini datang seiring teriakan khas, “Pakeeeet

Langsung dusnya dibuka, ternyata dipacking rapih lengkap bubble wrap untuk melindungi botol -botol tak berdosa ini… (naon siih). Botol berisi cairan kopi siap saja, kopi murni tanpa gula, tanpa susu, tanpa madu, tanpa pemanis apapun….. karena sesuatu yang pasti, sang calon peminumnya ini sudah maniiiez… ahaay.

Cold brew winety, itu nama pemasarannya kawan. Eh salah ding, itu adalah label dari perusahaan yang bikinnya, lokasinya di Lembang – Bandung Barat (soalnya di tanya dulu via WA, eh ternyata masih di bandung yang bikinnya). 1 botol isinya 250 ml, 4 botol berarti 1 liter “Nah klo 4 liter berapa botol?”…. halah kok jadi tanya jawab perkuisan seeeh…..

Hayu kita nikmati. Ambil gelas kaca mini kesayangan, currr.. dituangkanlah cairan kopi ini dan… srupuuut.

Woiiih enaak, aciditynya high alias keasaman tinggi, kurang cocok untuk pemula, apalagi yang punya penyakit lambung, khawatir lambungnya kaget dan berteriak hehehehe.

Bodynya sih medium, lebih didominasi oleh keasaman hasil fermentasi bijinya dan aftertastenya…. eummm bentaar… semoga tidak salah, rasa dominannya tamarind, ditemani selarik cocoa dan kacang tanah (duh sotoy kayak expert aja, padahal cuman mencoba jujur melalui lidah ini)… moo percaya monggo, moo enggak juga egepe, ikhlas kok.

Jadi untuk penikmat pemula mah produk ini belum recomend karena keasaman yang mengagetkan. Kalaupun mau nyoba pelan-pelan, setetes demi setetes lama-lama jadi mau. Klo buat penikmat kohitala garis keras, ini bisa jadi pilihan bagi pengusung kepraktisan. Tinggal sruput atau simpan dulu di kulkas untuk di sruput kemudian.

Selamat pagi, selamat order dan selamat menikmati efek iklan algoritma yang bisa membaca kebiasaan kita.

Klo rutin posting, bahas, search, nulis dan hal-hal tentang kopi maka algoritma bekerja memghasilkan sajian iklan produk kopi yang menarik hati.

Beda lagi kalau kita rutin berselancar dengan pilihan kata tertentu, maka iklan yang hadirpun segmentasinya tertentu. Jadi jangan salahkan laman website jikalau muncul iklan obat kuat atau judi online, tapi introspeksi diri saja karena algoritma susah berbohong.

Selamat Ngopay kawan, Wassalam (AKW).

Melepas Dendam – Ramadhan

Belajar memaknai shaum dengan umurku..

KBB, akwnulis.com. Terkadang hardikan kalimat bisa lebih tajam dari sebilah pisau yang tajam, menyayat ke ujung hati dan bertahan lama dibawah uluhati dan menjadikan dendam tak bertepi.

Halah bahasanya begitu mengerikan, emang mau cerita apa?... ”

Ah kamu mah, biarin atuh, lebay dikit. Daripada gabut nggak jelas mengerjakan apa di rumah maka mari bercerita tentang apa saja.

***

Siang itu, aku, asep, ilma, opik, agus dan adut bermain di area pasar selasa karena kebetulan sedang libur sekolah bulan ramadhan. Betapa menyenangkannya berlarian sambil tertawa-tawa, terlarut dalam permainan ‘ucing-ucingan‘ dan ‘ucing sumput’ (permainan petak umpet).

Klo permainan ucing-ucingan adalah satu orang jadi ‘ucing’ dan dengan hitungan 10 maka boleh mengejar mangsa dan menyentuhnya untuk menjadi ucing berikutnya, dan selanjutnya ‘ucing baru’ mengejar calon ucing selanjutnya dan selanjutnya…. pokoknya seruuu.. dengan kesepakatan tidak tertulis bahwa area pelariannya hanya sekitar pasar yang sedang kosong, karena hanya ramai di hari selasa saja (makanya namanya pasar salasa).

Saling berkelit, berlari secepat mungkin, gaya menghindar sekaligus naik ke atas bambu-bambu tempat penyekat los – los pasar hingga nyampe ke kerangka atap…. pokoknya nggak mikir jatuh, yang penting tidak kena sentuhan ‘ucing’ dan jadi ‘ucing berikutnya’.

Dari sekian banyak los pasar ini ada beberapa bangunan depan yang memang berpenghuni dan menjual dagangan baik sebuah warung Kang Uya, juga ada Tukang Jahit Mang Atang, termasuk tukang bubur Bi Eni dan satu lagi warung jual masakan… eh didepannya ada juga toko mebel ukuran kecil.

Nah keributan kami bermain, terkadang melewati aktifitas jual beli mereka, dan mayoritas tidak mengganggu, apalagi Mang Atang, meskipun kami masuk ke tempat jahitannya dan sembunyi dibawah mesin jahit, terkadang dilindungi… usut punya usut.. karena salah satu peserta aktif geng permainan kami adalah anaknya Mang Atang yaitu cep Ilma.

Ketika kami sedang melintas sambil agak merunduk di dekat warung Bi Eni, tiba-tiba, “Heeey, barudaak garandèng waè, arindit siah tong arulin wae didieu!!!’ Disèblok siah” (Hey anak-anak ribut melulu’ PERGiii.. jangan main diSINI!!!’ Akan saya siram yaa)….

Bagaikan halilintar menyambar pendengaran kami, membuat hati ini berdebar dan mata berkunang-kunang. “Kenapa bibi bertubuh besar ini marah-marah?”

Kami saling berpandangan, ini bukan permainan ucing-ucingan kami yang pertama, sudah sering dilakukan, kenapa baru sekarang menghardik dengan begitu keras, mengapa?

Permainan langsung break dan digelar rapat terbatas, otomatis status ucing dan non ucing gugur dengan sendirinya. Semua duduk melingkar di los D14 posisinya agak di belakang tetapi dasarnya sudah disemen sehingga enak dipake duduk dan mudah dibersihkan dari debu dan kotoran yang ada.

Ini tidak boleh dibiarkan”

“Kemerdekaan bermain kita sudah direnggut hari ini”

“Ayo lawan”

“Tunjukan kekuatan kita”

Wah betapa heroik kami semua membahasnya, padahal jelas-jelas hari masih panjang menuju beduk buka puasa.

Waktu itu kami belum paham dengan emosi orang dewasa, mungkin saja Bi Eni sedang ada masalah atau pe-em-es sehingga sensi terhadap kegaduhan kami, tapi yang terasa oleh kami adalah kesewenang-wenangan saja.

Segera berbagi usulan untuk membalas perbuatan ini, ada usulan bikin keributan bermain saja di depan warungnya… tapi takut dihardik lagi dan disiram air kotor.. itu khan berabe.

Eeemp apa yaa

Semua wajah kawan-kawan begitu serius memikirkan ‘revenge’ tanpa berfikir dampak apapun, maklum kami khan anak-anak yang belum bergikir panjang, baru bisa memaknai kehidupan dengan bermain.

Tiba-tiba, Asep bergerak menangkap seekor bebek yang kebetulan ngadèdod disamping tempat kami meriung (berkumpul),

Weeek….. weeeek, weeeek.. bebeknya berteriak-teriak dan meronta, tapi kalah oleh kempitan Asep, teman kami yang miliki badan paling besar.

Asep berkata, “Ini bebek Bi Eni, hayu kita sembelih aja sebagai pembalasan kita”

Kami semua berpandangan-pandangan, ada rasa tidak setuju yang terpancar dari wajah-wajah belia kami. Sesaat waktu seakan membeku, tidak ada ucapan kata dari mulut mungil kami, semua terdiam dan berbicara hanya dalam hati atau kepala masing – masing.

Kayaknya keterlaluan kalau sampai bebek tak berdosa ini kita sembelih tiba-tiba” Ilma berkomentar dan ditimpali oleh Adut, “Iya, lagian kita juga kali yang kelewat ribut”…. kami semua mengangguk dan sepaham dengan usulan terakhir.

Oke kawan, kita lepas ya bebek malang ini… pergi sanah!” Tangannya melepaskan pegangan bebek tadi dan membiarkannya pergi. Terlihat sang bebek begitu senang karena selamat dari kejadian mengerikan.

Kami semua akhirnya berbincang lagi dan bercengkerama sambil tertawa-tawa, dan seieing waktu menjelang adzan ashar, rasa kesal karena dibentak bi Eni perlahan pudar dan hilang, tiada dendam ataupun ingin memberi pembalasan karena itu hanyalah sebuah fragmen kehidupan.

Meskipun esok harinya dan esok harinya kamipun sering dihardik karena keributan yang kami lakukan, tapi kami terima sebagai bagian dari bentuk perhatian kepada kami anak-anak kecil yang sok dewasa dan selalu memaknai kehidupan ini begitu menyenangkan dengan berbagai permainan, persahabatan dan perhatian dari orang dewasa di sekitar kita.

Hari itu, kami belajar memaafkan dan belajar mengendalikan ketidaknyamanan hingga musnah tanpa ada niatan dendam pembalasan.

Selamat berpuasa di hari penuh berkah ini. Wassalam (AKW).

Kopi & Puasa.

Nyeduh kopi di bulan penuh berkah, butuh seni dan nilai tambah.

Photo : Menu berbuka puasa dengan yang manis / dokpri.

PADALARANG, akwnulis.com. Sebuah kebiasaan akan membentuk watak, rutinitas menghasilkan budaya jika dikerjakan oleh banyak orang. Begitupun kebiasaan – kebiasaan yang dianggap sederhana, akan menyisakan jejak tindakan di dalam otak tentang sebuah peta perilaku manusia.

Terkait kebiasaan ngopi…… eh minum kopi juga sama. Setelah setiap hari minum kopi #tanpagula serta diberi kemudahan oleh Allah untuk bisa menikmati aneka cita rasa kopi yang sangat bervariasi, maka bulan ramadhan inipun harus bisa mengendalikan habipi (hawa bikin kopi)….. maksudnya bikin kopi di waktu berpuasa yaitu dari adzan shubuh ke adzan magrib.

“Kok sampai di-warning gitu gan?”

“Harus ituu!!!” jawaban berapi-api karena memang pengalaman diri sendiri. Apalagi baik di kantor dan di rumah, peralatan seduh manual ready every time.

Di kantor lebih lengkap lagi, mulai dari grinder, pemanas air, timbangan digital, termometer, gelas server, corong v60, filter, gelas kaca mini, teko leher angsa dari kaca, dan tentu beraneka bean yang siap grinder. Trus nyeduhnya nggak kenal waktu, bisa pagi, siang dan sore… suka-suka aja… dan dipastikan tiap hari digunakan untuk menyeduh kopi atau berulang-ulang.

Di bulan shaum, singkirkan dulu aneka peralatan tersebut dan masukan di lemari, khawatir reflek buka bungkus bean yang ada lalu digiling pake grinder trus… seduuuh aja dan srupuuut.

Syukur klo lupa lagi shaum sampe tuntas sruput…. tapi klo baru giling bean trus inget lagi shaum… bete donk, apalagi ke adzan magrib masih lama…… kebayang khan?

Photo : Kopi dan cangkir nangkub / dokpri.

Nah klo di rumah sih… kesempatan menikmati kopi bisa dilakukan setelah berbuka shaum, jadi peralatan kopi yang ada tidak harus terpenjara di lemari, tetapi cukup di telungkupin aja cangkir sengnya di nampan bersama teko goose neck dan tentu kopi yang akan diseduhnya…. itu tandanya jangan digunakan sebelum waktunya.

Beberapa kopi sudah antri untuk di seduh, tetapi bulan ramadhan penuh berkah ini harus lebih disibukkan aktifitas ibadah di bandingkan prosesi kopi (baca pencitraan diri….), ditambah dengan gangguan intensif dari anak cantik sang buah hati yang senantiasa ikut sibuk jikalau bersiap nyeduh kopi pake v60 di malam hari.

Akhirnya….. sikap sabarlah yang menolong kita. Contohnya sabar menunggu anak tidur dulu, baru bangun trus nyeduh kopi…. eh ternyata ikutan ketiduran sampai waktu sahur, jam 04.00 wib…. mana sempet prosesi manual brew dengan waktu yang terbatas… ya sudah.. besok lagi… besok lagi…. dan nggak jadi.

Photo : Cafe Otutu Leuwigajah / dokpri.

Akhirnya sempet juga ngopi dengan mampir di cafe deket rumah, itupun sebentar saja, demi ngopi yang sudah menjadi kebutuhan eh keinginan sejati.

Selamat berpuasa kawan, yang suka ngopi yaa… nanti setelah adzan magrib baru bisa kongkow dan ngopi, atau ngajakin diriku untuk ngopi bareng, pastinya setelah shalat tarawih dan witir supaya tenang hati. Wassalam (AKW).

Kopi & Ramadhan

Perjalanan menikmati kopi di bulan penuh bonus pahala dari Illahi Robbi…

Photo : Espresso with flower / dokpri.

CIUMBULEUIT, akwnulis.com. Bulan Ramadhan yang penuh rahmat serta double-triple bonus pahala dibandingkan 11 bulan lainnya plus grand prize Lailatul qodar adalah momen tahunan yang sangat penting dan jangan dilewatkan. Karena belum tentu di tahun depan bisa berjumpa kembali dengan bulan Ramadhan… (klo doa dan harapan pastinya pengen panjang umur dan setiap tahun bisa bersua dengan bulan ramadhan ini, panjang usia berkah dan bahagia tea geuning).

Meskipun tantangan dan godaan untuk bisa melaksanakan aneka ibadah dengan baik itu berrrat bangeet…. setelah sahur bawaannya ngantuuuk, padahal sebaiknya shalat shubuh lanjut tadarus.

Trus masuk kantor, maka bergumul dengan rutinitas pekerjaan yang tiada henti. Termasuk dinas luar yang cukup menguras stamina. Meskipun selama jam kerja dipersingkat, dari jam 07.30 dan jam pulang kantor pukul 14.30 wib, kenyataannya ternyata tiba di rumah jam 21.00 wib atau malah tengah malam karena harus mengikuti jadwal agenda tarling (taraweh keliling) di luar kota.

Tapi itulah indahnya kehidupan, bagaimana kita mampu mengatur ritme waktu yang ada dan menyeimbangkan prioritas ibadah di bulan penuh berkah dengan beban tugas pekerjaan yang tak kenal ini bulan mei atau bulan ramadhan. Jadi, seni mengatur waktu dan mengatur diri yang menjadi strategi.

“Trus gimana cara ngatur urusan prosesi kopi?”

Sebuah pertanyaan sederhana yang memiliki esensi dasar, di mana selama ini keberadaan kopi menjadi mood booster sekaligus alat diplomasi yang efektif di jam kerja ataupun di luar jam kerja.

Photo : Salah satu sajian bukber / dokpri.

Permasalahan yang muncul adalah, di bulan ramadhan ini nggak bisa nyeduh kopi siang hari dan disajikan dengan prosesi v60 dan basa basi. Atau ngajak kongkow dan ngopi di siang hari karena akan menjadi pembatal bagi ibadah puasa yang sedang di jalani.

Ini kembali kepada rumus seni menyesuaikan, jadi ngopinya tentu setelah berbuka puasa dan lebih banyak dilakukan sendiri di rumah… eh bersama anak cantik yang selalu nempel jikalau tahu ayahnya di rumah, seperti yang tertuang dalam tulisan ‘Kopi Arabica Bali Banyuatis. Ada juga prosesi kopi yang dibuat di rumah, tetapi tidak sempet ditulis.. eh kopinya keburu diminum sampai habiiss….. maklum puasaa.

Photo : Meeting dilanjut bukber / dokpri.

Nah klo diluar rumah, tetep rumusnya adalah dalam balutan semangat bekerja. Tetapi meetingnya digeser mendekati waktu berbuka puasa, yaa mulai sekitar jam 16.00 wib dan berakhir sesaat sebelum adzan magrib berkumandang.

Soalnya klo setelah adzan masih membahas urusan kerjaan, yakinlah akan bercampur dengan pembahasan korma, kolak, bubur kacang, kolang kaling, bubur lemu, bala-bala, gehu, pacar cina, agar-agar, puding dan sebangsanya… dijamin tidak efektif.

Setelah tuntas shalat magrib, baru makan berat dan dikala adzan isya berkumandang, meeting bubar. Diriku bergeser ke lokasi mesjid tempat taraweh keliling.

“Lho kok bisa?”
“Bisa masbro, cari tempat meetingnya berupa kedai atau resto yang dekat dengan lokasi tarling, berees dech”
“Pinter juga kamu”
“Alhamdulillahirobbil alamin”

Apalagi di bulan ramadhan ini, mentraktir berbuka puasa itu besar banget pahalanya…. so jangan segan mentraktir berbuka puasa…. seperti yang kemarin kami rasakan.. rapatnya lancar, bukbernya seru, makanan dan minumannya ajiib dan… dibayarin pula. Hatur nuhun bu Ev dan mr Dan.

Photo : Mesjid yang bersiap menerima jemaah shalat tarawih / dokpri.

Jadi kuncinya adalah sebuah seni menyesuaikan, serta tenang dalam mengambil keputusan untuk melaksanakan meeting ditempat tertentu.

Selamat menunaikan ibadah puasa, sambil menjalani dan menyelesaikan tugas-tugas negara. Wassalam (AKW).

***

Perjalanan berdinas di Bulan Ramadhan

Rehat sejenak di rumah-Mu.

Photo : Mesjid Omar Nuril Barokah, Rest area km101-102 Tol Cipali arah ke Cirebon / dokpri.

BANDUNG coret, akwnulis.com. Perjalanan shaum hari kelima beraneka rupa dan penuh dinamika. Yang paling terasa tentu menjaga stamina apalagi berturut-turut perjalanan ke luar kota.

Tujuan perjalanannya ke kota dan kabupaten di wilayah provinsi jawa barat, dengan menggunakan transportasi darat, dan dibiasakan satu mobil bersama-sama biar hemat, serta di perjalanan juga bisa jadi ajang curhat.. meskipun lebih sering para penumpang tidur terlelap, tinggal pengemudi konsentrasi dan phisiknya harus kuat…. semangaaat.

Yang menarik ternyata anggapan pihak diluar kita.. sangat variatif, mirip cerita sahibul hikayat tentang ‘keledai dan penunggangnya‘…

Ada yang komen, “Semangat ya, biarpun shaum tetap bertugas ke luar kota demi melaksanakan tugas dinas. Semoga lancar di perjalanan”

Ada juga, “Ah itu mah alasan, supaya bisa beredar dengan biaya dinas”

… dan banyak lagi yang memberi support juga sedikit sindiran.

Padahal yang tahu sebenarnya adalah kita yang menjalani, betapa berbedanya diskusi di luar kota, tanpa snack dan makan minum di siang hari bulan ramadhan.

Menapaki jalan tol dan jalan lainnya yang melelahkan.

Perjalanan yang panjang via tol cipali hingga ke perbatasan jawa tengah sana…. atau bermacet ria di tol cikampek arah jakarta. Semua di jalani bersama tim, PP.. pulang pergi dalam 1 hari.

Photo : Mesjid Jami Al Ishlah Jayamukti – Banyusari – Karawang / dokpri.

Capek?… iya, tapi ini adalah tuntutan tugas.

Jadi?….

Cukup satu kata saja, JASUNI. Jalani-Syukuri dan Nikmati.

Salah satu cara istirahat dan rehat sejenak dalam perjalanan berdinas di bulan ramadhan ini tentu singgah duluuu…… abadikanlah tempat yang disinggahi dengan photo terbaikmu. Lalu upload di medsos tanpa perlu berpikir berapa jempol yang akan muncul di Instagram atau halaman facebookmu.

Tapi menjadi pictogram, alias agenda bergambar yang mungkin besok lusa menjadi pengingat sekaligus bukti bahwa memang tanggal segitu pernah beredar ke daerah situh…. atau bukti pernah mampir di situ sebelum tiba di tempat yang menjadi tujuan.

Selamat menjalani ramadhan dengan khidmat dan tugas tetap bisa dilaksanakan dengan tepat. Wassalam (AKW).

Cerita Ramadhan – CENSi

Cerita Ramadhanku, nostalgia masa yang menyenangkan.

Sahur hari ketiga baru saja tuntas, aku masih bersandar di kursi tuang makan sambil meringis. Apa pasal?… karena terlalu semangat makan minum di kala sahur? Akibatnya kekenyangan. Perut kembung karena kepenuhan hingga terasa air minum yang masuk masih ada di tenggorokan.

Padahal makan sahurnya tidak banyak, hanya nasi, indomie goreng, perkedel kentang, daging rendang, tumis buncis, tahu goreng ditutup sama popmie dan segelas susu murni serta dua gelas air putih… eh lupa kurma 7 butir.

“Klo kekenyangan pas buka puasa sih wajar anak-anak, tapi klo kekenyangan sahur mah, teungteuingeun” Ujar ibunda sambil tersenyum penuh arti.

Aku mah diem aja sambil nahan rasa bunghak dan agak pengen muntah. Soalnya takut nggak kuat sampai magrib, padahal khan target tahun ini harus tuntas hingga 30 hari shaumnya, atau disebutnya cacap (b.sunda)

Obat kamerkaan (kekenyangan) ternyata sederhana yaitu terapi CENSi alias Centong Nasi. Caranya, aku tidur telentang dengan kepala diganjal bantal. Baju bagian atas dibuka, trus ayah ngurut dari mulai dada hingga ke perut dengan menggunakan centong nasi sambil baca doa…. juga agak neken tuh centong nasi ke perut.

Tring!…

Tak pakai hitungan menit, perut terasa enakan, nafas tidak tersengal dan rasa ingin muntahpun hilang.. alhamdulillah, terapi centong nasi berhasiiiil..

“Makasih ayaah”, Aku peluk ayahku lalu menyambar peci dan sarung serta sajadah. Bergegas menuju mesjid yang baru saja tuntas mengumandangkan adzan shubuh.

Sambil berjalan menuju mesjid, terang bintang dan rembulan masih setia menemani. Bintangpun berterima kasih kepada kegelapan, karena dengan adanya gelap maka sinarnya semakin cemerlang.(AKW).

***

Catetan : Ilustrasi photo diatas adalah centong nasi plastik, sebenernya pas baheula kejadian yang digunakannya centong kayu. Berhubung belum pulang kampung jadi ilustrasi centongnya seadanya. Maaf yaa.