BANDUNG, akwnulis.com. Dikala rutinitas menikmati kopi tanpa gula menjadi bagian dari gaya hidup, disadari atau tidak ternyata ada sebuah tuntutan yang mengharapkan adanya peningkatan kualitas rasa yang berbeda dari sebuah sajian atau racikan kopi versi ‘nikotala‘.
“Maksudna naon ieu teh?”
“Kalem Mang, jangan poporongos (marah-marah) begitu, slow saja slow kata Wahyu (penyanyi) juga…”
Maksudnya adalah ….. seiring dengan kerutinitasan menikmati dan memaknai nikmatnya pahit getirnya kopi tanpa gula, ternyata serasa ditantang untuk bisa menikmati rasa kopi yang berbeda.
Berbeda disini adalah kualitas rasa yang ternyata berstrata, tadinya hanya yang di fermentasi biasa, sekarang bergeser mencari biji yang menghasilkan acidity dan body lebih strong, minimal yang ‘honey process’. Untuk kopi arabica, jelas hasilnya adalah tingkat acidity yang tinggi dan ketebalan rasa pahit semakin mantab…..
Eh setelah itu dikenalin sama arabica wine…
Makin ningkat lagi nich selera, kopi arabica wine strata rasa setingkat diatas honey process, waktu fermentasinya lebih lama… jangan khawatir bukan wine beneran, hanya sensasi awal saja.
Maka seneng banget klo ada arabica wine, tentu harapannya adalah kopi wine jabar selain Gayo wine yang sudah terkenal.
Untuk jenis robusta, diriku agak jarang menikmati karena rasanya ya g flat, tanpa ada acidity atau minim acidity, dengan rasa pahit (kadang rasa hangus) dan kafeinnya tinggi sehingga bisa maksa begadang tanpa ampun.
Nah…. pada saat diberikan secara khusus dari Pak Kadis D, awalnya agak sangsi, “Makasih Pak Bos, tapi saya jarang minum robusta”
“Coba dulu, baru komen”
“Siapppp, makasih pak Bos”
Sebungkus kopi bubuk berpindah tangan dan mencoba dibuka, merasakan aromanya….. serrrr.
Wuiih ada rasa tembakau dan mint yang menyapa indera penciuman, “Kayaknya enak”
“Coba aja nanti, nggak bakal nyesel dech!” Jawaban Pak D sambil tersenyum.
***
Tiba di rumah sudah menjelang jam 22.00 wib, segera membersihkan badan dan say hello to my lovely wife and my little princess…. maklum tadi ikutan tarling (taraweh keliling).
Akhirnya….. prosesi penyeduhan pake v60 dimulaiii….
(Cerita proses di skip ya guys)
Hasilnya adalah sebuah sajian kopi robusta, yang memiliki aroma harum tembakau….. segera di sruput….
Sadiiiis!!!… rasanya brow!… ueddan nich.
Rasa pahit robusta tidak terasa, tergantikan oleh sebuah rasa tembakau, selarik mint dan juga ada unsur cengkehnya…. waaah ini melanggar pakem.. gitu yang ada di fikiran. Tapi memang kenyataaan…
Rasa tembakau, cengkeh dan mintnya stabil, serta ninggal tebal di ujung lidah terdalam… enak pisannn…
Tapi diriku nggak bisa nulis, merk mana dan dari mana karena bungkus kopinya tanpa label. Pokoknya dari Pak D, hatur nuhun pisan Pak Kadis. Pokoknya rasanya beda, jadi seneng nyeduh kopi robusta kayak gini…. maafkan buat rekan-rekan pecinta atau penyuka sesama kopi, sekarang baru cerita dulu aja di blog… jangan kabita yach, karena dikasihnya sangat terbatas. Kecuali yang kebetulan bersua di ruang kerja, ada waktu, kopinya masih ada, mari kita seduh bersama… eh tapi pasca lebaran yaa… sekarang khan masih shaum dan siap-siap cuti bersama-sama.
Met mudik dan bersua dengan sanak saudara, Mohon maaf lahir dan bathin.
Eh blum mudik kok, besok masih wajib ngantor ikutan upacara hari kelahiran Pancasila tanggal 1 Juni 2019. Merdeeekaaa…. eh Wassalam (AKW).
***
One thought on “Robusta Rum..”