Malas menulis di Nata De Coffee.

Nulis kopi lagi dan sruput.

BANDUNG, akwnulis.com. Waktu menunjukan pukul 03.20 wib dan jemari sudah bersiap menulis sesuatu di note smartphone kesayangan. Tapi ternyata ide menulis sedikit terhambat, seolah ada barrier kokoh yang menghambat hadirnya aneka kata dan kalimat. Jikalau tuntas membuat satu paragraf, ternyata paragraf selanjutnya langsung di delete kembali karena merasa tidak ada benang merahnya.

Jika lihat momentum tentu ini waktu ideal shalat malam, namun aktifitas ini tidak perlu hadir dalam catatan pribadi karena sudah jelas ada rokib dan atid yang setia dan konsisten untuk membuat laporan rutin seluruh aktivitas kehidupan.

Maka cara terbaik adalah kembali mengulang aktifitas yang dilakukan sedari tadi yakni scroll photo – photo di galery hapè untuk menemukan sebuah gambar yang bisa menjadi inspirasi cerita yang diawali dengan kata dimana, siapa dan apa maka kata bagaimana dan kapan menjadi pelengkap untuk hadirkan sejumput cerita singkat kehidupan.

Akhirnya sebuah momentum proses menuangkan cairan kopi hitam tanpa gula ke gelas kaca untuk bersiap dinikmati yang menjadi pilihannya. Kopi lagi kopi lagi, sebuah komentar menandakan kebosanan yang bisa menghancurkan semangat menulis yang baru saja kembali bergelora. Untungnya penulis jarang baper, tapi biarkan saja semua komentar, respon dan nyinyiran menjadi bahan baku motivasi dalam menulis sesuatu secara singkat tapi semoga menghadirkan senyuman.

Kucuran kopi ini menjadi legend karena begitu meyakinkan bahwa pekatnya kopi bukan berarti penuh kepahitan. Tapi manisnya rasa hadir juga karena sebuah keindahan yang beraneka makna. Secara teori rasa, dengan biji robusta maka jelas kepahitan serta rasa standar yang akan hadir.

Ternyata dengan metode seduh manual v60 dapat menghasilkan rasa pahit yang lembut dan bulat serta selarik manis malu-malu hadir namun segera menghilang karena terhenyak dengan kenyataan. Untuk melengkapinya maka pesan lagi kopi tubruk biasa yang disajikan dalam bentuk gelas yang unik khas cafe ini, namanya Cafe Nata De Koffie di daerah sekitar terminal Dago Bandung.

Selain rasa maka yang begitu nyaman disini adalah suasana tenang yang mendamaikan hati serta ornamen ukiran kayu atau gebyok yang begitu detail plus presisi mempersembahkan keahlian adiluhung seniman atau mpu di masa lalu.

Sruputan terus berlanjut dan ide menulispun kembali hadir menemani hari ini yang begitu mencerahkan. Selamat mensyukuri nikmat kehidupan dan mengukir karya di pagi dini hari jumat ceria. Wassalam (AKW).

***

Lokasi :

CAFE NATA DE KOFFIE, Jl. Dago No. 472 Kec Coblong Kota Bandung. 40135

Kong Djie Coffee – Karawang Belitung

Kopi hitam dari sebrang, dinikmati di karawang.

KARAWANG, akwnulis.com. Sebuah langkah menggerakkan raga ini, untuk mencari sesuap nasi eh segelas kopi yang berada di sekitar acara tetapi tentu memiliki ‘sesuatu’ untuk dinikmati bersama.

Maka mbah google dan getok tular serta interogasi singkat kepada mitra yang berada di karawang melengkapi pencarian ini. Meskipun akhirnya harus kompromi dengan rute arah pulang karena ternyata tugas lain menunggu kehadiran, agar catatan ‘tiada kesan tanpa kehadiranmu’ tidak terjadi.

Google map mengarahkan ke area Grand Taruma dan disitulah kami bersua dengan warung kopi eh kedai kopi atau lebih tepatnya cafe dech, karena terletak di sebuah ruko yang strategis. Nama cafenya ‘KONG DJIE COFFEE’.

Maka, nongki dan ngopi dulu kitaaah….

Sambil sedikit terkesima oleh tempat kopi dari almunium atau stainless kali ya… yang berjajar sesuai ketinggian, tatap mata beredar dan tangan berusaha mengendalikan layar smartphone untuk mendokumentasikan kenyataan. Tentu secara etika meminta ijin sang barista eh teteh dan aa yang melayani untuk di rekam.

Mereka setuju dan tentu senang karena cafenya akan semakin viral. Inilah jaman dokumentasi digital, dimana semua informasi berbentuk gambar dan video begitu mudah didapatkan. Jadi siap – siap viral ya guys.

Pilihan menu utama adalah kohitala, kopi hitam tanpa gula dan disini kopi hitam adalah menu utama, hitam sehitam-hitamnya yang disajikan dengan gelas kaca dilengkapi sendok kecil dan segelas kecil gula putih yang disajikan terpisah. Tetapi sesuai prinsip kohitala, maka gula putih hanya pemanis dokumentasi saja.

Menu tambahannya adalah es coklat yang juga ‘katanya’ khas rasanya, rasa coklat hehehehehe..

Udah ah, balik lagi ke kopi. Pas disruput serasa kenal ini rasanya, pahit flat tanpa rasa asam tetapi keharuman kopinya mengingatkan sebuah perjalanan tahun – tahun lalu ke kepulauan belitung…. iya bener ini rasa kopi belitung. Maka bergegas mencari tulisan – tulisanku yang lalu dikala beredar di pulau belitung, ini dia linknya :

1. Berburu Sunset di Pulau Belitung
2. Ber-Levitasi di Pulau Belitong
3. Rumah keong di Belitong

Srupuut… kepahitan merata memenuhi mulut yang sedikit ternganga, memberi sensasi berbeda dan kesegaran di dalam dada. Nikmaat.

Jadi bagi penikmat kopi ataupun penongkrong sejati, jangan lewatkan kesempatan ini. Jika lihat di google, ada beberapa tempat Kopi Kong Djie ini, tidak hanya di Karawang tapi tersebar banyak… tinggal milih aja yang terdekat.

Nah iseng nanya ke tetehnya, “Apa bedanya wadah-wadah stainless ini dengan tinggi variasi ini?”

Isinya sama om, kopi siap untuk disajikan, bedanya hanya ukuran saja”

Ternyata sesederhana itu jawabannya, padahal jelas kehadiran empat wadah  stainless tersebut memberi daya tarik tersendiri sebagai salah satu penciri dari cafe kopi ini. Have a nice day, dan selamat beredar di karawang dan sekitarnya kawan. Wassalam (AKW)

Cold Brew Klapa muda.

Menikmati sajian kopi dingin segar dan unik…

SUBANG, akwnulis.com. Pertemuan tidak sengaja dengan sajian kopi yang unik adalah takdir dari Allah SWT, sehingga rasa syukur adalah syarat utama.

Awalnya hanya tertarik dengan tampilan beberapa bean kopi yang dibungkus dan dijejerkan di meja dekat dapur di RM Abah Subang, karena tujuan utamanya memenuhi undangan kolega untuk makan siang bersama sambil bercerita tentang beraneka rupa perjalanan kehidupan di dunia.

Kopi yang terbungkus langsung menjadi sasaran untuk segera diproses menjadi sajian kopi tanpa gula meskipun metode yang digunakan menyeduh hanya kopi tubruk biasa.

Nama kopinya Kopi buhun Hanjuang alam… sunda bingittz… semoga rasa yang dihasilkan dengan seduhan tubruknya bisa memberi kenikmatan tersendiri.

Nah…. sambil iseng memperhatikan kopi yang berjajar di meja sekaligus melihat aktifitas dapur restoran yang terbuka… terlihat kesibukan khas dapur.. pak pik pek…

Tapi…. ada yang menarik adalah sebotol cairan coklat terang yang terlihat menarik hati, apakah itu?…

Tanpa sungkan, segera mendekati bapak berambut panjang.. jangan-jangan pendekar lagi nyamar…

“Bapak punten, itu yang di botol isinya apa?”

“Kopi jang, kolbru dari kelapa”

Woaaah… cold brew.. eh tapi kelapa?..

Diskusilah kami bagaikan para master kopi dengan membahas komposisi, bean, air kelapanya yang gimana, disimpan di kulkasnya berapa lama juga kopi apa yang menjadi materi dasarnya… apakah kopi arabica atau kopi robusta, atau malah kopi paste dari resep yang sudah ada.

Ternyata…. standar pembuatan coldbrewnya sama, tapi yang menjadi pembeda adalah kualitas kemurnian air kelapa muda juga kesegarannya ditambah tempat pembuatan coldbrewnya sebuah wadah keramik putih yang menjadi ‘kameumeut‘ Pak Ade… beliau adalah pembuat cold brew kalapa ini… dan sekaligus penggiat dan pengrajin eh petani kopi yang menghasilkan kopi buhun hanjuang alam.

Jadi ingat, istriku pernah memesan via gofood kopi dingin denvan bahan air kelapa… dan icip-icip hingga habis setengah botol hehehehe…

Jadi penasaran dengan rasa cold brew kelapa muda ini….

Langsung coba ahh….

Srupuut….

srupuutt…

Suegeerrrr…

……

Urusan rasa jangan banyak tanya, segera coba karena nggak bakal nyesel deh…. rasa kopinya dapat, manis segar air kelapa mudanya begitu akrab di lidah ditambah metode seduh dingin dan suhu kulkas yang melengkapi kesegaran rasa ini….

Ruar biasa… kopi hitam tanpa gula yang diracik unik dengan seduh dingin yang hasilkan rasa mempesona, Alhamdulillahirobbil alamin. Wassalam (AKW).

Robusta Rum..

Kopi tapi Rum, memabukkan nggak?.. hati2 ah.

BANDUNG, akwnulis.com. Dikala rutinitas menikmati kopi tanpa gula menjadi bagian dari gaya hidup, disadari atau tidak ternyata ada sebuah tuntutan yang mengharapkan adanya peningkatan kualitas rasa yang berbeda dari sebuah sajian atau racikan kopi versi ‘nikotala‘.

“Maksudna naon ieu teh?”

“Kalem Mang, jangan poporongos (marah-marah) begitu, slow saja slow kata Wahyu (penyanyi) juga…”

Maksudnya adalah ….. seiring dengan kerutinitasan menikmati dan memaknai nikmatnya pahit getirnya kopi tanpa gula, ternyata serasa ditantang untuk bisa menikmati rasa kopi yang berbeda.

Berbeda disini adalah kualitas rasa yang ternyata berstrata, tadinya hanya yang di fermentasi biasa, sekarang bergeser mencari biji yang menghasilkan acidity dan body lebih strong, minimal yang ‘honey process’. Untuk kopi arabica, jelas hasilnya adalah tingkat acidity yang tinggi dan ketebalan rasa pahit semakin mantab…..

Eh setelah itu dikenalin sama arabica wine…

Kopi gayo wine

Sendiri & Kopi Wine

Gayo Wine Aman Kuba

Arabica Wine & Ijen

Gayo wine stasiun coffee

Gayo wine japanesse

Arabica wine DNa coffee

Makin ningkat lagi nich selera, kopi arabica wine strata rasa setingkat diatas honey process, waktu fermentasinya lebih lama… jangan khawatir bukan wine beneran, hanya sensasi awal saja.

Maka seneng banget klo ada arabica wine, tentu harapannya adalah kopi wine jabar selain Gayo wine yang sudah terkenal.

Untuk jenis robusta, diriku agak jarang menikmati karena rasanya ya g flat, tanpa ada acidity atau minim acidity, dengan rasa pahit (kadang rasa hangus) dan kafeinnya tinggi sehingga bisa maksa begadang tanpa ampun.

Nah…. pada saat diberikan secara khusus dari Pak Kadis D, awalnya agak sangsi, “Makasih Pak Bos, tapi saya jarang minum robusta”
“Coba dulu, baru komen”
“Siapppp, makasih pak Bos”

Sebungkus kopi bubuk berpindah tangan dan mencoba dibuka, merasakan aromanya….. serrrr.

Wuiih ada rasa tembakau dan mint yang menyapa indera penciuman, “Kayaknya enak”

“Coba aja nanti, nggak bakal nyesel dech!” Jawaban Pak D sambil tersenyum.

***

Tiba di rumah sudah menjelang jam 22.00 wib, segera membersihkan badan dan say hello to my lovely wife and my little princess…. maklum tadi ikutan tarling (taraweh keliling).

Akhirnya….. prosesi penyeduhan pake v60 dimulaiii….

(Cerita proses di skip ya guys)

Hasilnya adalah sebuah sajian kopi robusta, yang memiliki aroma harum tembakau….. segera di sruput….

Sadiiiis!!!… rasanya brow!… ueddan nich.

Rasa pahit robusta tidak terasa, tergantikan oleh sebuah rasa tembakau, selarik mint dan juga ada unsur cengkehnya…. waaah ini melanggar pakem.. gitu yang ada di fikiran. Tapi memang kenyataaan…

Rasa tembakau, cengkeh dan mintnya stabil, serta ninggal tebal di ujung lidah terdalam… enak pisannn…

Tapi diriku nggak bisa nulis, merk mana dan dari mana karena bungkus kopinya tanpa label. Pokoknya dari Pak D, hatur nuhun pisan Pak Kadis. Pokoknya rasanya beda, jadi seneng nyeduh kopi robusta kayak gini…. maafkan buat rekan-rekan pecinta atau penyuka sesama kopi, sekarang baru cerita dulu aja di blog… jangan kabita yach, karena dikasihnya sangat terbatas. Kecuali yang kebetulan bersua di ruang kerja, ada waktu, kopinya masih ada, mari kita seduh bersama… eh tapi pasca lebaran yaa… sekarang khan masih shaum dan siap-siap cuti bersama-sama.

Met mudik dan bersua dengan sanak saudara, Mohon maaf lahir dan bathin.

Eh blum mudik kok, besok masih wajib ngantor ikutan upacara hari kelahiran Pancasila tanggal 1 Juni 2019. Merdeeekaaa…. eh Wassalam (AKW).

***

Kopi Lintas Batas.

Perjalanan memaknai kopi lintas batas wilayah kota kabupaten…. cemunguut.

Photo : Suasana pagi di Depok City / dokpri.

CIANJUR, akwnulis.com. Setelah pembatasan medsos beberapa hari lalu, maka fasting breaking medsospun disambut dengan sukacita karena om Rudiantara mencabut kembali puasa akses gunakan medsos yang sudah menjadi warna denyutan kehidupan rakyat bangsa indonesia saat ini.

Dahaga bermedsos akhirnya kembali terpenuhi dan jikalau dihitung dengan ukuran kira-kira plus rumus sekenanya, ternyata tingkatan nafsu yang paling sulit dikendalikan di bulan ramadhan penuh berkah ini adalahhhh…… nafsu bermedsos (upss maaf klo salah).

“Ah kamu mah ngawur, nggak ada haditsnya bermedsos membatalkan puasa”

“Yang membatalkan shaum itu makan minum dan bersenggama”

Sudahlah nggak usah diperdebatkan, yang pasti menahan nafsu dan mengendalikannya adalah hal WAJIB di bulan ramadhan ini, sekaligus latihan penting untuk diimplementasikan di 11 bulan selanjutnya.

Alhamdulillah sekarang bisa buka medsos lagi, ngecengin agenda para selebgram sambil tak lupa pasang status kekinian…. tuhhh khaaan… nggak kuat klo nggak ngoprek medsos barang sehari saja… kecuali dipaksa sama pemerintah 🙂 … itupun pada latah pasang VPN gratisan yang tentu miliki banyak resiko…

Pas buka IG, terlihat statusnya Taqi malik, ‘Sahur di Abu dhabi, berbuka puasa di Mesir’….. wuiih shaum lintas negara. Maka tulisan inipun musti ikutan dengan statusnya Taqi ah… supaya kekinian gaul abiiez.

Maka judulnya adalah…. ‘Sahur di Depok dan berbuka shaum di Cianjur’…. nah lintas batas negara kabupaten kota lho… batas Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, hingga akhirnya memasuki wilayah Kabupaten Cianjur…. lebih kereeen… ini melewati 4 wilayaaah. (Maaf yach klo maksa… tapi perjalanan cukup lama lho, bisa nyampe 6 jam-an).

Coba klo bandingin perjalanan dari Abu dhabi ke Mesir, klo pake Etihad airways itu cuma sekitar 4 jam perjalanan (penerbangan) menempuh jarak lurus 2624 km dengan kecepatan 700km/jam…… Sementara dari depok ke cianjur lebih lama dari itu, pake pesawat Toyota rush keluaran lawas…. kecepatan maksimal 90km/jam, sebanding khan?…. Nggak banget. Tapi itulah kondisi sekarang, sering banyak analisis perbandingan yang sebenernya nggak sebanding, tapi sudahlah….

Photo : Senja di Cianjur / dokpri.

Sahur di depok diwakili oleh sajian kopi Arabica gayo di Cafe juliet juga Noe Reborn Cafe Library yang bersua dengan si meong lucu dan seneng banget berpose dengan kopi berlatar belakang buku-buku di perpustakaannya.

Lalu setibanya di Cianjur, setelah membatali diri dengan air mineral maka dilanjutkan menikmati kopi Arabica Tangkuban parahu di AR7_coffeecorner, Alhamdulillah.

Begitulah perjalanan menikmati kopi lintas negara kabupaten kota, dari sahur hingga berbuka puasa. Selamat menikmati hari, jangan lupa ngopi. Wassalam (AKW).

Kopi Arabica Sunda Hejo ‘Klasik Bean’

Kopi dalam balutan silaturahmi, kopi asli arabica klasik bean sunda hejo.

Photo : Sajian Kopi Sunda Hejo arabica / dokpri.

CIMAHI, akwnulis.com. Berkah silaturahmi itu salah satunya mendatangkan rejeki yang tidak disangka-sangka sama sekali. Begitupun dengan urusan menikmati kopi, tidak usah khawatir dengan stok yang sudah menipis, karena akan segera terganti.

Yakinlah itu.

Diawali dari sering mengganggu dengan share link tulisan blogku yang mayoritas berisi cerita tentang kopay (kopi) & ngojay (berenang) via japri kontak whatsapp kepada kolega, saudara dan teman-teman yang sudah ada di kontak smartphoneku… tentu semuanya sudah kenal duluan.

Tujuannya sangat sederhana, belajar memerangi hoax atau berita bohong/tidak jelas dengan membuat tulisan sendiri di blog dilengkapi photo hasil jepretan Smartphoneku.. sehingga hadir sebuah tulisan singkat dan ringan, …..mungkin nggak penting juga, tapi yang utama adalah…. diriku bisa bertanggungjawab atas apa yang di tulis dan dibagikan linknya kepada orang lain.

Gitu dulu yaach... oh satu lagi, rutin menulispun bisa menjaga otak tetap berfikir dan raga bergerak sehingga menghindarkan dari berbagai penyakit khususnya penyakit kepikunan lho.

Plus tulisan-tulisan ini bisa jadi warisan bagi anak cucu dan generasi selanjutnya.

Setuju khan?…. setuju aja, biar cepet.

***

Kembali ke hikmah silaturahmi tentang hadirnya rejeki, maka dalam pertulisan ini akan dibahas tulisan dengan tema ‘rejeki kopi’…....

Begini ceritanya… monggo… cekidot.

Photo : Kopi Arabica sunda hejo & prosesi V60 / dokpri.

** Rejeki Kopi **

Penulis mengenal beliau beberapa tahun lalu, sebagai pejabat di bidang audit dan pernah berinteraksi beberapa kali. Lalu sang waktu berlalu, tahun demi tahun berjalan tanpa menoleh ke belakang……. dan setahun terakhir berkomunikasi lagi karena memang nomor kontak WAnya masih tersimpan.

Komunikasinya bukan urusan dinas, tetapi mengomentari artikel di blogku yang dominan urusan kopi dan kopi dan kopi…. dan kopi.

“Kenapa sihh nulis kopi?”

Bentaar…..

“Emmmmm….. tema tentang kopi itu universal dan sangat luas, sehingga bisa dikaitkan dengan berbagai hal. Juga emang seneng kopi dan intensif sejak 2 tahun lalu”

Wadaw jawabannyaah….

Ternyata….. sekarang beliau sekarang mendapat amanah tugas di Kota Intan Garut, dan…….. yang cocok pisan adalah… sama-sama penyuka eh penikmat kopi.

“Mau nyoba kopi sunda hejo?, minta alamat lengkapnya”

Photo : Kiriman Kopi Sunda Hejo dan kawan-kawannya / dokpri.

Pesan via WA dari beliau, dijawab segera dengan memberi alamat lengkap…. ta-daaaa

Sehari kemudian sebuah dus besar JNE datang ke rumah dan diterima istri tercinta.

Awalnya bingung juga, tiba-tiba ada paket. Tetapi pas inget penawaran beliau, kayaknya kiriman kopi nich
.. Alhamdulillahirobbil alamin.

“Udah buka aja say, itu kiriman dari Pak bos,…. teman di Garut”

***

Malam hari baru tiba di rumah, dan setelah mandi serta tarawih… teringat untuk mencoba kopi kiriman beliau.

Melewati dus merah dan penasaran lihat isinya…. wadduh kok banyak banget ya?…

Kebayang nggak fren…. isi utamanya adalah sebungkus kopi arabica sunda hejo klasik bean, sebungkus kopi robusta dan sebotol kopi cold brew IPQ coffee... ditambah dengan beraneka makanan ringan oleh-oleh khas garut seperti kerupuk cungur, kripik bawang, dodol piknik original dan campur, dorokdok, kerupuk kulit, rangginang, roti bagelen plus baso aci instan….

Jadi prinsipnya adalah… kopinya ada, ditemani balad-baladnya banyak bingit…. bikin meriah.

Photo : Aneka kopi Klasik Bean Sunda hejo / dokpri.

Maka perjalanan di saat pengiriman, sang kopi tidak merasa kesepian, tetapi bersendagurau dengan kawan-kawan oleh-oleh keringan lainnya. Membawa kehangatan dan kebersamaan hingga tiba di tempat tujuan.

Alhamdulillah, hatur nuhun Pak Is atas kirimannya. Semoga kebaikan ini tergantikan dengan rejeki yang lebih banyak dan penuh berkah… serta suatu saat bisa kongkow bareng di Rumah Kopi Rancasalak 771 Kadungora Garut, bercengkerama sambil menikmati racikan manual brew di situ, Insyaalloh.

***

Prosesi yang pertama adalah manual brew pake V60 Arabica Sunda Hejo klasik bean semi wash dengan komposisi 1 : 15, menggunakan air panas bersuhu 90° celcius..

cuuurrr…. pelan tapi pasti.. menetes di tabung server.

Setelah tertampung semua, dituangkan ke gelas kaca mini merk duralex (gelas kesayangan… cuman itu yang dipunyai hehehehe).

Srupuut……

Uenaaak euy… rasa kopinya yang khas dan segar menyeruak di rongga mulut, seluruh lidah dan menyebar ke aneka arah sambil yang pasti meluncur ke lambung untuk berkumpul dan berproses.

Kopi arabica ini di roasting pada tanggal 30 april 2019 lalu… berarti 12 hari lalu, … pas banget tuh. Bisa munculkan rasa dan karakter kopi yang sebenarnya.

Aroma harum menyeruak indera penciumanku, acidity medium dengan rasa buah-buahan… berefek zegaar.. eh zegaaar… eh segaaar.

Body medium dan ada sedikit after taste ninggal di belakang lidah dengan menyisakan sejumput rasa lemon dan tamarind…. yang bikin asyik adalah rasa segarnya spesial sehingga tak perlu berlama-lama 200 ml yang tersajipun tandas di seruput tanpa syarat.

Yang robusta besok lagi ah nyeduhnya, sekarang udah hampir tengah malam….. udah ngantuk moo bobo dulu, bersiap menjalani puasa di esok hari.

Xie xie, merci beaucoup Pak Bos, Pak Is…

Mantabs kiriman kopinya, Haturnuhun, Wassalam (AKW).

Kopi Ki Oyo – Rancah

Yuk seduh kopi robusta organik dari Ciamis…

Photo : Kopi Ki Oyo siap saji / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Sebuah wadah silinder hadir dihadapan, bergambar wajah orangtua dan disamping kanannya beberapa tangkai daun dan buahnya berwarna merah. Wuih itu khan gambar biji kopi mentah atau cerri, ini pasti kopi didalamnya.

Benar saja, tertulis “Kopi Ki Oyo” kopi khas Ciamis.

Dari packingnya yang sudah gaul abis menandakan semangat inovasi dan menyajikan produk patut diacungi jempol. Termasuk menurut ownernya, Pak Hendri. Produk kopi ini sudah masuk ke beberapa supermarket di Kota Tasikmalaya, ajib pisan nya.

“Ini berasal dari kebun kopi pribadi, milik keluarga pak, kami petik, sangrai dan digiling hingga di pakcing seperti ini. Ini untuk bapak, selamat menikmati kopi khas daerah Rancah Kabupaten Ciamis”.

Photo : Owner Kopi Ki Oyo, Mang Hendri / dokpri.

Tak ada kata menolak, selain ucapan terima kasih dan syukur atas kesempatannya menerima kopi khas keluarga pa Haji Oyo langsung dari ownernya. Nggak juga nanya harga karena ini diberikan gratis alias free…. Alhamdulillah yach.

***

Esok harinya di rumah, segera disiapkan peralatan seduh manualku. V60 dan kertas vilternya.. eh filternya, juga air panas 200 ml pada suhu 89° celcius mengekstraksi 30 gram kopi bubuk Ki Oyo sehingga menghasilkan sajian kopi harum alami. Kopi organik jenis robusta ini mengeluarkan aroma segar perkopian yang menenangkan pikiran.

Tanpa berlama-lama, maka hasil seduhan ini disrupuuut… sambil dinikmati. Bodynya yang tebal bikin mata terbelalak, aciditynya nyaris tidak ada… yaa karena memang jenisnya robusta. Tastenyapun lebih fokus kepada pekatnya rasa, tapi tetap enak untuk dinikmati.

Photo : Manual brew V60 Kopi Ki Oyo siap dinikmati / dokpri.

Packing yang pas dengan isi kopi bubuk halus 150 gr, dengan harga jual di online antara 40ribu sd 47ribu (cek via tokopedia dan bukalapak, soalnya klo nanya langsung ama ownernya nggak enak… takut malah dikasih lagi beberapa kaleng gratis… khan jadi gimana gituuuh).

Kopi Robusta ini cenderung lebih menarik dicampur gula atau susu, bagi yang tidak biasa dengan rasa kopi pahit, karena sudah jelas bahwa #tidakadaguladiantarakita. Untuk penikmat kopi tanpa gula, maka nikmatilah kepahitan kopi robusta ini dengan senyum penuh keihlasan….

Apalagi dapetnya free, tinggal seduh dan nikmati. Tidak lupa ucapkan terima kasih kepada yang memberi. Jangan kapok ya… eeeh kok malah minta lagi… yu ahh.. srupuuut.

Selamat beraktifitas di hari selasa pagi yang segar ceria, Wassalam. (AKW).

Oleh – oleh Medan

Membawa buah tangan bagi rekan dan keluarga tersayang dari Kota Medan yang penuh kenangan kebersamaan.

Photo : Durian Sibolang siap santap / dokpri

Membeli oleh – oleh di luar kota untuk keluarga tercinta atau teman yang tidak ikut pergi bersama menjadi sebuah tindakan penuh makna.

Minimal berbagi perhatian dan merasakan sensasi makanan olahan atau minuman yang khas dari suatu daerah. Bisa juga bentuk barang yang melambangkan atau menunjukan keunikan wilayah tertentu.

Nah… di Kota Medan Sumatera Utara juga merupakan surga wisata kuliner dan juga wisata sejarah. Di sela-sela perjalanan dinas tentu bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk membeli sesuatu dan membawa buah tangan.

“Pilihannya?”

“Banyak bingiiit, yang sudah tidak asing lagi tentu Bolu Meranti, Bika Zulaikha, Manisan jambu, Lemang, Sop Sumsum, Mie Aceh Titi Bobrok, dan jangan lewatkan menyantap duren”

Photo : Toko Ucok Durian / dokpri.

Ngobrolin durian maka akan disebut ‘Durian Ucok’, itu sudah terkenal banget. Tetapi sekarang ada juga tempat makan duren kekinian yaitu Durian Sibolang yang terletak di jalan…. dengan tempatnya yang nyaman plus instagramable. Tinggal pilhan kita mau menyantap durian dimana, masalah sajian durian keduanya sama-sama menyajikan yang terbaik dan bisa diganti manakala yang dijanjikan tidak sesuai kenyataan.

Duren juga bisa dinikmati dalam bentuk pancake, jadi dagingnya sudah dipisahkan dan dibungkus denga lapisan lembut… siap makan pokoknya. Tapi harus hati-hati memilih karena mungkin saja sudah ditambah pemanis dan perasa duren (essence).. jadi yang aman… yaa belah dureeen.

Photo : Bolang durian / dokpri.

Untuk dibawa pulang, bisa juga dikemas menggunakan wadah plastik dan dibungkus rapat serta terakhir di-wrapping di bandara seharga 50Ribu per-barang baik kecil dan besar harganya sama.

***

Balik lagi ke oleh-oleh yang dibawa pulang maka selain Bolu Meranti dan Bika Zulaikha juga teri medan. Ikan teri mentah yang memiliki rasa khas lezat setelah diolah di rumah. Maka huntinglah ibu-ibu ke Pasar di Kota Medan sementara bapak-bapak termangu menunggu di dalam kendaraan Toyota Hiace yang menjadi saksi semangat belanja dari para emak-emak.

***

Ada yang lebih spesifik lagi buat penulis adalah… KOPi… yup yup.. kopi Sidikalang, Gayo, Mandailing, Lintong serta Ulee Krueng. Selain berburu biji kopinya juga mencari tempat kedai kopi atau cafe kopi yang menyajikan manual brew dengan V60 dan sebangsanya.

Kaitan kopi yang bikin asyik adalah tempat beli kopi yang berkualitas itu berdekatan dengan tempat beli oleh-oleh yang sudah terkenal… seneng khan. Coba nich :

Photo : Toko Kopi Sidikalang.com / dokpri.

1. Di Jalan Mojopahit Kota Medan adalah tempatnya belanja Bika Zulaikha, nah beberapa meter di seberangnya adalah Toko Kopi Sidikalang yang menyajikan aneka kopi dari berbagai belahan nusantara serta peralatan membuat kopi.

Photo : Mesin Roasting Probat OttenCoffee / dokpri.

2. Di Jalan Kruing Kota Medan adalah tempatnya beli Bolu Meranti. Lagi-lagi di seberangnya, agak maju beberapa ratus langkah adalah tempatnya Toko OttenCoffee. Sebuah onlineshop terkenal bagi pecinta kopi. Tempat membeli aneka barang-barang yang terkait kopi termasuk mesin kopi serta alat untuk me-roasting kopi… dan kelebihannya satu lagi adalah di Toko OttenCoffee ini bisa juga menikmati manual brew V60, Cemex, Shiffon dengan berbagai pilihan kopi dalam dan luar negeri.
Penulis mencoba Kopi Kerinci Natural Proses, rasanya…. ini dia V60 Kopi Kerinci Natural Proses Otten Coffee.

Tapi ingat ya guys, belanja juga harus konsentrasi. Jangan serakah dan gelap mata, ternyata duit habis barangnya nggak guna.

Konsentrasiii… Wassalam (AKW).

Nyeduh Kopikir Bogor

Nyeduh kopi sambil mikir, kopi apa ini, misterius, tapi ah.. kok dipikir, nikmati aja Kopikir.

Senin pagi setelah tuntas mengaji, segera menggerakkan kaki untuk bersiap apel pagi. Tetapi karena waktu masih banyak maka dilanjutkan dengan diskusi bersama membahas banyak hal bersama para pejabat eselon dua, dari topik sederhana hingga yang agak serius , pembicaraan mengalir terbangun alami.

Tapi akhirnya segera undur diri karena ada tugas mandiri yang harus segera dimulai, apa itu?…. nyeduh kopiiiiii.

“Kenapa jadi penting?”

Pertanyaan yang standar, tapi selalu ada hal yang bisa dijadikan alasan. Pertama karena memang suka banget kopi dan kedua ini kopi gratis tis tis, dikirim via paket dari Bu Dewi yang bekerja di Pemerintah Kota Bogor. Ketiga, ini kopi lokal nusantara. Karena beberapa minggu belakangan hampir semua kopi yang tersaji adalah kopi luar negeri. Padahal kopi Nusantara is the best lho.

Hatur nuhun ya Bu Dewi.

Sudah 2 minggu lebih sang kopi ini dibawa kesana kemari. Tetapi belum ada kesempatan untuk menyeduh sendiri. Maklum lagi sok sibuuk hehehehe. Jadi menikmati kopi tanpa gulanya lebih banyak yang disajikan manual brew oleh orang lain.

Nah pagi ini… saat yang tepat sebelum apel pagi untuk menyeduh si hitam bubuk harum dari bogor ini.

Bungkusnya menarik, alumunium foilnya berlapis warna putih dengan gambar depan yang minimalis bertuliskanKopikir‘... maksutnyaa?… kopi + kir atau ‘kau pikir’ kali yaa?… atau kok pikir pikir?… entah lah, yang pasti dibawahnya ada tulisan kopi bogor.

Nggak pake lama, stalking dulu via gugel dan medsos, Instagramnya lucu… dan disebut berbagai varietas kopi di Nusantara, ada Gayo hingga Toraja juga Balinese and Javanesse… yang ini dari mana ya?… bungkusnya di bolak balik. Ada gambar kijang dan dibawahnya gambar karikatur yang menggambarkan suasana kota Bogor… jadi penasaran. Misterius yeuh.

***

Alat tempur segera disiapkan, kertas filter, V60, termometer, timbangan, gelas ukur dan tentunya air panas sesuai harapan. Nggak lupa basahin dulu kertas filternya dengan kucuran air panas sebelum bubuk kopi diseduh dengan sepenuh hati.

Setelah semua siap, 48 gram bubuk kopi segera disentuh perlahan oleh kucuran mesra 400 ml air panas temperatur 90 derajat celcius…
Hmmm…. aroma harum kopi memenuhi ruang harap, bikin senin pagi semakin semangat setelah tadi pagi jam 03.00 wib sudah mandi karena jadwal shubuh berjamaah sudah menanti.

Tes….

Tes….

Tes…. tetesan cairan hitam kopi berkumpul di bejana kaca transparan.. ah nggak sabar nich untuk segera menikmati.

Tuntas di bejana segera dituangkan pada cangkir kecil kesayangankuu….

Daan…. srupuuut…. kumur dikitttt…. glek….

Dessss…… sebuah rasa menyeruak di pagi ceria. Aroma harum dengan kepahitan merata dan tertahan lama dibawah lidah (body bold… kayaknya blended arabica dan robusta… atau roastingnya maksimal.. dark roast.) Aciditynya rendah, taste yang muncul rasa dark coklat dan selarik rasa kacang tanah… yakin ini bukan javanesse coffee…. apa yaa?

Ah tapi nggak perlu banyak tanya, tapi nikmati aja.

Ntar klo ketemu bu Dewi, baru tanya-tanya lagi. Yang pasti kopikir yang sudah dikirim ini begitu nikmat. Malah 400 ml hasil manual brew hanya bertahan sesaat di bejana karena segera habis di nikmati bersama.

Hatur nuhun bu Dewi, Wassalam (AKW).