GAYA GESEK HUT RI

Akhirnya misteri terpecahkan.

CIMAHI, akwnulis.com. Hari ini sudah menapaki awal bulan agustus, sebuah bulan yang memiliki makna keceriaan, banyak aktifitas dan banyak kesempatan menikmati aneka jajanan karena banyak even atau kegiatan yang digelar. Sekaligus sebuah kesempatan untuk mengumpulkan berbagai hadiah perlengkapan sekolah dari mulai tas sekolah, buku tulis, buku gambar, spidol, penghapus, uril, penggaris serta handuk dan kaos. Tentu itu kita dapatkan jika kita bisa menembus juara 3 besar diberbagai lomba yang digelar dan sangat terbuka kesempatan karena semua serempak mengadakan kegiatan.

Badanku dulu yang atletis dan proporsional tentu menjadi penantang berat bagi peserta dari berbagai lomba. Kegesitanku membuahkan hasil serta ketahanan badanku ini mengantarkan menjadi juara 3 besar lomba makan kerupuk, lomba memasukan botol kedalam paku, lomba balap karung hingga lomba mengambil koin  didalam semangka berbalut oli plus juara juga pada lomba gebuk bantal diatas sungai.
Termasuk lomba berkelompok seperti lomba panjat pinang dan lomba estafet memasukan belut ke dalam botol. Maka tas sekolah baru dan perlengkapannya bisa menjadi kebanggaan disaat masuk sekolah.

Tapi ada satu lomba yang selalu terlempar dari posisi 3 besar dan raihan prestasi tertinggi hanya juara harapan 2. Maka hadiah yang didapat hanya ucapan harapan dan jabat tangan saja. Ternyata itu berbekas dan menjadi rasa penasaran yang mendalam. Apalagi selama 3 tahun berturut-turut selalu kalah oleh Agus, Asep dan Ade. Padahal lomba tersebut sederhana, hanya lomba lari sprint jarak sedang dan hanya 2 kilometer saja berkeliling kampung. Tapi terdapat beberapa halangan yaitu jalan tanah yang licin serta menanjak dan menurun. Disini posisi lemahku, selalu terjerembab tanpa sebab akibatnya tertinggal beberapa detik berharga dan hanguslah mahkota tiga besar juara lari ini.

Hadiahnyapun sebetulnya sama, tas sekolah dan buku tulis serta sebuah medali. Tapi gengsi kalah terus itu yang mengharuskan melakukan pengecekan di beberapa lokasi yang menjadi titik lemah. Maka biasanya sore hari sepulang sekolah akan menyusuri pematang sawah dan menuju rute lomba lari tersebut serta mencoba track lari yang telah dan akan kembali digunakan.

Di lokasi tidak ada yang aneh, tetapi jelas licinnya tanah merah dan digabung embun berair menghasilkan track basah dengan tingkat indek ketergelinciran 97% alias super duper mudah tigeblug eh terjatuh sambil mengaduh sementara para penonton menjadi riuh dan tak mau menjauh.

Otak berputar dan merekonstruksi adegan disaat harus berbelok tajam sambil menuruni rute ini. Ya memang menantang dan beresiko tinggi tergelincir dan terjatuh. Berarti faktor kegesitan individu peserta lari dan posisi badan serta kaki disaat melewati titik – titik berbahaya ini.

Rasa penasaran ini tersimpan rapi sehingga tetap memberi warna berfikir tentang kejadian ini. Tentu diperlukan penjelasan ilmiah bukan hanya pendekatan keberuntungan semata. Maka disaat waktu istirahat sekolah bergegas menuju perpustakaan dan mencari referensi ilmiah yang tepat dalam memecahkan fenomena ini. Berbagai buku literatur dicari dan dipadupadankan agar menjadi sebuah penjelasan ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

Ternyata di buku Fisika bersua dengan sebuah teori yang cocok dengan fenomena ini, dimana rumusnya adalah fg = u.N yaitu gaya gesek dengan perhitungan satuan internasionalnya menggunakan besaran newton. Teori ini menyatakan bahwa semakin kasar permukaan suatu benda maka gaya geseknya semakin besar. Tetapi jika permukaan yang bersentuhannya halus maka gaya geseknya kecil.

Ada 2 jenis utama gaya gesekan yaitu statis dan kinetik. Jika statis adalah bekerja diantara dua permukaan yang tidak bergerak relatif satu sama lain. Sementara kinetis bekerja diantara gesekan benda – benda yang bergerak.

Berbekal pengetahuan tersebut maka dipadankan dengan momentum tiseureuleu eh terjatuh pada titik tertentu di lintasan balap lari tadi. Setelah memadu nalar dengan teori dan konsentrasi memusatkan perasaan diri maka asumsi yang terjadi adalah gesekan antara tanah merah basah dengan kulit kaki bagian bawah. Karena lomba lari tersebut memang bertelanjang dada dan bertelanjang kaki saja. Berarti faktor telapak kaki yang menjadi penentu.

Maka sejak penemuan itu, diri ini berlatih jalan kaki dan berlari-lari tanpa alas kaki agar menghasilkan telapak kaki yang memiliki gaya gesek yang maksimal yaitu memiliki alur alami yang akan mengurangi traksi. Alhamdulillah para hadirin sidang pembaca yang terhormat, setahun kemudian mahkota juara lari tanpa alas kaki di level kampungku berhasil diraih dengan kemenangan mutlak juara pertama selama 2 tahun berturut-turut. Sebuah tropi dan 2 medali menjadi saksi bisu keberhasilan ini.

Apalagi ada saksi abadi yang bertahan hingga kini, yaitu kondisi telapak kaki yang beralur dan memiliki gaya gesek tinggi karena tergabung dalam klub PAS (perpecahan antar suku).. suku dalam bahasa sunda, artunya kaki. Kaki yang lebar dan tentu beralur inilah yang menguatkan diri dan meopang tubuh setiap hari tanpa khawatir terpeleset lagi. Dalam bahasa sunda terkenal dengan sebutan ROROMBEHEUN atau fisura tumit dalam bahasa indonesia.

Selamat bermalam sabtu dan bersiap memeriahkan aneka lomba dalam rangkaian kegiatan HUT RI ke 78. Wassalam (AKW).

Author: andriekw

Write a simple story with simple language, mix between Indonesian and Sundanese language.

2 thoughts on “GAYA GESEK HUT RI”

  1. Hehehehehe…tetap menarik utk disimak..tambah wawasan…ternyata ada kolerasinya antara gaya gesek dg rorombeheun.
    Cukup ilmiah….hehehe…
    Dan sllu memberi makna dan manfaat…
    Walau kali ini tanpa Kopi dan ngopi.

    Liked by 1 person

Leave a comment