Terbang, Kopi & Bahagia.

Menikmati kopi sambil terbang adalah bentuk bersyukur, setuju nggak?

CIMAHI, akwnulis.com. Berkeliling ke berbagai tempat dengan alasan tugas adalah sebuah kenyataan. Meskipun terkadang datangnya perintah begitu mendadak. Tidak masalah, karena itulah salah satu resiko pekerjaan dan amanah yang diemban. Jalani saya guys.
Bulan september yang lalu menjadi saksi, betapa perputaran diri ini lumayan aktif. Termasuk pengalaman naik pesawat pertama (lagi) setelah 2 tahun terdiam akibat pandemi covid19 berkecamuk. Tidak terlalu jauh cukup Jakarta – Makassar PP dan Bandung – Yogja PP.

Itu sih baru 2 kali bro, sombong amat, saya sebulan bisa 10 kali penerbangan, nggak pernah ditulis dan di publish!!”

Tiba-tiba sebuah celoteh menyambar dan langsung menohok diri. “Wow, something wrong?” Sesaat terdiam sambil mencoba berfikir jernih. Kenapa ada yang sewot ya?.. padahal ini kan hanya pernyataan pribadi dan di medsos pribadi juga. Tapi kenapa sebuah reaksi begitu tajam menghujam.

Trus mikir juga, jangan jangan banyak juga yang tidak nyaman dengan pernyataan itu karena boro-boro terbang pake pesawat, lha wong keluar kota juga nggak pernah. Disinilah diri ini merasa serba salah. Tapi tentunya perlu dilengkapi disini bahwa bisa naik pesawat lagi adalah sebuah berkah rejeki dan kesempatan dari Illahi untuk menjadi Ibroh dan miliki nilai abadi tentang pemaknaan hidup yang sementara ini.

Maka sebagai bentuk rasa syukur itu adalah menggunakan kesempatan selama di pesawat untuk tetap terjaga. Tidak terpengaruh oleh penumpang kanan kiri yang langsung memejamkan mata sesaat pesawat bergerak di runway untuk tinggal landas. Mungkin bukan ingin tidur, tetapi berusaha memejamkan mata agar proses take off ini tidak terlalu terasa. Sementara diri ini sibuk dengan persiapan gelas kecil dan dokumentasi.

Yup, gelas kaca kecil untuk nanti menuangkan segelas kopi hitam tanpa gula dan dinikmati dengan sruputan perlahan dikala pesawat sedang bergerak diantara awan putih yang berarak begitu indah. “Bukankah ini bentuk rasa syukur atas nikmat-Nya?”

Ternyata, nilai bahagia dan bentuk syukur manusia itu berbeda-beda. Penulis berusaha besyukur dengan meanfaatkan waktu selama penerbangan dengan membuat konten dalam bentuk potongan video dan photo tentang kopi di pesawat termasuk adegan sruputan kopinya karena untuk menepis pendapat ‘No pic Hoax’ dan aktifitas ini membuat bahagia.

Tapi.. disamping kanan dua orang ibu-ibu telah terlelap dalam buaian mimpi dan itulah bahagia buat mereka karena mungkin saja telah berjibakù dengan beban tugas serta kesibukan di daratan, inilah saat yang tepat untuk beristirahat tanpa gangguan. Ada juga yang sibuk dengan gadgetnya dan menonton film-film yang telah di download sebelumnya tentu lengkap dengan headset kekinian.

Sementara di kursi samping lorong, terlihat seorang ibu yang pucat dan tegang dalam menjalani penerbangan ini. Terlihat begitu tersisa eh tersiksa.

Disini perlu disadari bahwa mencari bahagia adalah berbeda setiap orang, meskipun secara umum akan setuju jika kita selalu bersyukur dengan segala keadaan maka kebahagiaan akan datang. Jadi kita sepakat untuk jangan lupa selalu bersyukur dan memanfaatkan weekend ini bersama keluarga meskipun ternyata tuntutan tugas terus mendera. Happy weekend kawan, Wassalam. (AKW).

Long wiken (weekend) kerja.

Ini sih hanya curhat, “Dear diary online…..”

Libur panjang yang diawali dari hari jumat ini tentu menjadi dambaan para pekerja kantoran yang selama ini berjibaku mengabdi melaksanakan aneka tugas dan kerja demi sebongkah rupiah yang dinanti di akhir bulan ataupun awal bulan untuk para pegawai negeri dan ASN.

Photo : Suasana minggu malam menjemput istri/dokpri.

Mungkin sudah ada yang berencana akan kemana bersama siapa dalam mengisi long wikend ini. Urusan kemana sih relatif gampang di jaman now mah, tinggal buka smartphone, ketik di search enggine keyword : ‘best destination at... (pilih kota)’…
Murudul tah.. eh maaf, segera bejibun info tentang lokasi tujuan liburan atau wisata dengan berbagai info dan cerita.

Jangan percaya gitu aja, cek and ricek wajib kawan. Hasil googling bisa ditinjut (ditindaklanjuti) dengan telepon langsung ke nomor yang tertera di website resminya. Supaya tidak perangah disaat tiba di lokasi wisata ternyata menjumpai harga yang jauh lebih mihil.

Kedua adalah dengan siapa moo long wiken?

Bareng keluarga, anak istri.. itu yang ideal. Manfaatkan waktu libur untuk membangun quality time dengan keluarga tercinta. Karena apa?… karena e karena... itu yang akan menjadi investasi jangka panjang kita. Terutama psikologi anak yang dekat dengan orang tua terutama ayah, memberi kestabilan emosi bagi sang anak di saat dewasa nanti.

Trus klo ada printah di long wiken?….

Ga usah jadi nightmare juga pren. Tapi lihat substansi, klo bisa dikerjain sambil kumpul anak istri. Ya beri pengertian istri dan anak, minta waktu barang sejenak. Untuk buka laptop dan udah beres send by email ke bos.. tuntas.

Photo : Menjemput sore bersama anak semata wayang / dokpri.

Yang berabe di saat perintahnya musti hadir di kantor, rapat bersama.. itu mah perlu negosiasi bilateral dengan berbagai pihak heu heu heu. Terutama anak istri yang berharap banyak untuk bisa libur bersama.

Dilema melanda, antara cinta dan tugas mendera. Disini yang muncul adalah kompromi, meskipun terkadang mood udah rusak. Tapi apa mau dikata. Nasi sudah menjadi bubur, tinggal tambahin abon dan irisan cakue. Lumayan ngenyangin.

Ya jikalau bukan rutinitas dan urgenitasnya level super prioritas, apa mau dikata… resiko jeneng. Terpaksa ubah liburan menjadi rapat, eh jangan terpaksa ding, tapi ‘belajar ikhlas.’

Kecuali klo rapat di hari libur itu menjadi rutin…. itu mah…. yaa gitu dech.

Eh klo nglantur. Back to topic, dengan siapa kita long wiken?..

Lebih ideal lagi ajak keluarga besar sabondoroyot. Resikonya perlu kordinasi lintas generasi dan kepastian sharing biaya. Kecuali siap nanggung semua, itu lain urusan. Tinggal atur agendanya kumaha, diskusikan, sepakati… deal and go.

Trus klo yg belum punya pasangan, moo wiken ma siapa?…

Jangan kecil hati mblo, siapa tau dapet jodoh di tempat wisata. Manfaatkan waktu sendiri untuk memaknai kehidupan ini sambil mensyukuri nikmat Illahi. Karena jika sudah berpasangan nanti akan beda lagi nilai syukur nikmat itu…

Ini mah bocoran… klo udah nikah mah, wisata itu nikmat pisan ama istri, apalagi klo anak nggak ikut dan dititipin ke mertua… upssst teganya.

Udah ah, gitu aja curhat di long wiken ini. “Kenapa nulis ini?… ” “karena memang nggak long wiken.”

Hari jumatnya nglembur setengah hari, sambil antar jemput istri yang masuk kerja. Sabtu di rumah bersama anak istri. Minggunya kembali anter istri kerja.

Kacian dech….

Yaa.. kembali itu tadi, obatnya adalah belajar ikhlas dan belajar bersyukur.

Sekali lagi, met wiken and long wiken pren, Wassalam. (AKW).