UBAH NIAT

Evaluasi diri dan dilanjutkan aksi.

CIMAHI, akwnulis.com. Seiring perjalanan waktu menapaki kehidupan, ada hal yang begitu syulit (baca sulit) untuk diwujudkan padahal ihtiar sudah maksimal (perasaannya), tapi hasilnya tidak signifikan kawan, malah bertolak belakang dari yang diharapkan.

Maka dibaca dan dirunut kembali ingatan masa sebelumnya serta aneka usaha yang dilakukan. Beberapa usaha yang pernah dilakukan adalah olahraga futsal secara rutin ba’da isya karena siangnya sibuk bekerja, minum obat pelangsing produk cina yang kata iklan digunakan oleh para pramugari/pramugara agar tetap menjaga postur tubuhnya.

Nah futsal berhenti disaat almarhum ajie massaid meninggal (februari 2011), walah ternyata ihtiar ini sudah dari 12 tahun lalu. Trus obat cina berhenti karena efek sampingnya yang bisa BAB mendadak karena efek pelunturan lemak di perut, istilah bahasa sunda itu mudah ‘kapacirit‘.

Ihtiar berlanjut diantaranya metode penurunan berat badan dengan menggunakan teknik akupuntur, sekitar 30 jarum khusus menusuki bagian tubuh ini terutama perut dan juga beberapa titik di kepala dan berlangsung rutin selama 3 bulan, alhasil sinshenya nyerah karena ternyata tidak ada perubahan signifikan dan nafsu makan tetap menggebu. Malah pernah saking buru-burunya, beres terapi lalu ke kantor tapi ada rasa perih di pinggang kiri, pas diperiksa eh ada 2 jarum akupuntur ketinggalan, masih nempel hehehe.

Lalu yang cukup lama adalah pola makan food combining yang dijalankan cukup lama hampir 2 tahun lamanya tetapi akhirnya hancur karena cheating dan enaknya masakan rumah di malam hari. Petualangan pelangsingan terus dilakukan, termasuk menggunakan produk herbalife yang ternyata hanya bertahan 6 bulan saja.

Mencoba juga diet ekstrim yang disebut diet macan atau diet ketofastosis yang menghentikan seluruh karbobidrat, sayuran dan buah lalu mengganti dengan daging merah dan lemak termasuk kuah dari mie kocok dilengkapi kikilnya dengan syarat dicek gula darah setiap hari harus dibawah 80 poin. Diet ini signifikan menurunkan berat badan dari 117 kg menjadi 90 kg, berarti 27 kg berhasil turun dalam medio 1 tahun. Hanya saja tidak bertahan lama, 2 tahun berlalu dan mulai cheating karbo, jelas ini berbahaya karena beresiko stroke dan penyamit kekurangan mineral, katanya. Akhirnya diputuskan untuk kembali normal makan minum tetapi dengan porsi yang sedikit.

Apa lagi ya, bentar adalagi diet DEBM (diet enak bahagia dan menyenangkan). Coba diikuti tapi akhirnya kalah juga dengan ketidakdisiplinan ini dan rasa kasihan serta kabitaan disaat melihat para pedagang makanan yang selalu hadir ngagupayan eh memanggil – manggil.

Maka dilakukan konsultasi ke dokter, minum obat, disuntik serta wajib berolahraga teratur. Namun pilihannya sekarang hanya jalan kaki saja karena pasca patah kaki tahun lalu, mengubah pola olahraga yang harus dilakukan.

Dari evalusi ingatan dan arsip kehidupan tadi ternyata berhubungan dengan ‘Innamal a’malu binniyat’ yaitu Sesungguhnya segala perbuatan itu bergantung dari niatnya sebelum melakukan ihtiar. Ada kesalahan niat yang harus dikoreksi, yaitu ungkapan atau ucapan niatnya. Selama ini niatnya dan semangatnya adalah ‘Bertekad bulat untuk langsing.’

Sekali lagi bahwa niatnya adalah ‘BERTEKAD BULAT’ ini ternyata yang menjadi pengganjal ihtiar selama ini karena niatnya bertekad untuk membulat, pantesan badan ini makin bulat hehehehe.

Bismillahirrohmannirrohiim..

Semenjak tulisan ini hadir, niat dan tekadnya telah diubah ya kawan, sekarang BERTEKAD LANGSING DENGAN BERAT BADAN IDEAL, bukan bertekad bulat lagi.

Selamat pagi kawan, jangan lupa tersenyum menyambut harapan di pagi ceria hari ini. Wassalam (AKW).

Kamu Lucu tapi Geli

Ah… Kamu lucuuuu…

KBB, akwnulis.com. Bersua dengan kamu memang tanpa sengaja, tetapi kerling mata dan gesture tubuh indahmu mendadak mempesona.

Photo : Taman mini bingit / dokpri.

Tak bisa mata lepas dari gemulainya, padahal jelas kamu bukan siapa-siapa.

Mencoba menahan diri untuk terdiam dan seolah tak peduli, tetapi tarikan keinginan begitu kuat untuk mendekatimu. Merasakan dan melihat lebih rinci tentang segala keindahanmu. Dilihat dan diamati seksama setiap senti tubuhmu yang mewakili betapa Maha Besarnya Illahi. Menciptakan mahluk indah yang begitu rinci dan seksi.

Tapi, setelah begitu dekat denganmu. Barulah disadari bahwa ada gelitik geli dalam hati melihat bulu halusmu dan berbagai sudut tubuhmu yang meruncing dan menghadirkan kegarangan dalam kelembutan.

Terpaksa  akhirnya menahan diri dan harus memastikan bahwa kehadiran dalam pertemuan ini harus tetapi menjaga jarak menghindari persentuhan dan menjaga perasaan.

Photo : Lucu tapi geli / dokpri.

Karena jika tidak, maka kemungkinan rasa kegelian menyebar dan mungkin ditambah panas dan gatal yang tak berkesudahan.

Selamat menghiasi taman kehidupanku dengan kehadiranmu yang lucu imut meskipun menyimpan rasa geli dan kemungkinan menyebarkan kegatalan hakiki. Ternyata keindahan akan terpancar manakala dilihat dan diamati saja, karena jika diraba maka tanggung sendiri akibatnya.

Happy wiken kawan, Wassalam (AKW).

Makanan & Tulisan.

Makan sambil nulis atau nulis tentang makanan?..

CIMAHI, akwnulis.com. Ide menulis adalah berkah, karena belum tentu setiap orang mendapatkannya dan bisa menuangkan dalam jalinan kata yang saling bertaut hingga hasilkan suatu makna dalam kesederhanaan cerita.

Menulis memang identik dengan rangkaian kata, tetapi menulis tidak harus terjebak dengan jalinan kata panjang yang sulit terlaksana, 3 hingga 5 paragrafpun sudah bisa menjadi batasan minimal untuk menyampaikan gagasan atau sebuah cerita super singkat yang bisa di share ke teman-teman via media sosial atau mengisi kolom blog pribadi yang semangatnya ODOA (One Day One Article)…. hehehehe… idealnya di temenin dengan aktifitas ODOJ (One Day One Juz)… tapi ternyata beraaaat kawan… kecuali pas bulan ramadhan lalu.

Dalam beberapa minggu terakhir tepatnya sebulan lalu, penulis lagi gandrung dengan aplikasi pengolah-pengedit photo dan video dengan menambahkan caption kata-kata. Ternyata menyenangkan, meskipun cukup menyita waktu ‘menulisku‘…. yaa karena dilakukan diluar jam kerja yang biasanya dipakai untuk mengkotret cerita singkat, dan di upload-publish di blog ini.

Nah, yang menjadi objek utama dari sisi gambar, penulis lebih cenderung memilih gambar makanan sehari-hari yang cenderung makanan tradisional. Lalu ditambah dengan captionnya yang relatif nyambung dan informatif. Maka lahirlah berbagai gambar dihiasi kata-kata yang bisa dilihat hasilnya di IG akwnulis.

Pertama diwakili dengan hadirnya kumpulan rawit alias cengek dengan caption ‘Habis cengek terbitlah seuhah‘ dilanjutkan dengan makanan Cuanki ladha, menu maksi sederhana, sajian Lobster, jengkol, toge, sate, kupat tahu, mie kocok hingga pencok kacang panjang.

Ternyata, photo makanan tersebut bisa juga menggambarkan suasana hati lho guys. Seperti cuanki ladha dan mie kocok itu cocok banget mengubah mood sedih jadi kenyang…. (lha bukannya jadi senang?)… minimal kesedihan berkurang kalau perut kenyang hehehehe.

Goreng jengkol dan pencok kacang panjang plus sambel dadak adalah menu favorit penghabis nasi sebakul, inipun sama bisa menghilangkan kegalauan dan menghadirkan kekenyangan…. hahahaha… makan mulu sih yang dibahas.

Ya udah ah, serius dulu ah. Selamat menjalani hari senin pagi dengan hati berseri. Wassalam (AKW).

Senyum Singa.

Sebuah senyum yang berbeda….

Photo : Senyum singa / source : IG wildandwilder diedit.

DAGO, akwnulis.com. Hadirnya gigi diantara keramahan wajah menjadi prasyarat sebuah senyuman tanpa tekanan. Senyum ikhlas dan seimbang terlihat dari ikuran yang pas antara tarikan ke kanan dan tarikan ke kiri, juga batas atas batas bawah.

Gigipun hadir tidak harus terlihat semua, tetapi cukup menghadirkan jajaran gigi depan yang (mungkin) menawan.

Tetapi ternyata ada juga senyuman seimbang yang beraura menegangkan. Bukannya rasa senang yang didapat tetapi dedg degan nggak karuan pas melihat senyumannya.

Deretan giginya bersih dan lengkap, tetapi terlihat seperti siap menangkap. Begitupun sorot mata yang tajam, ternyata membuat hati ini terancam.

Nggak percaya?…. Silahkan lihat photo senyuman di awal tulisan ini, monggo

Mayoritas berpendapat setelah melihat gambar tersebut di IG akwnulisdan di FB selaras dengan pikiran penulis, senyum garang yang menegangkan hehehehe.

Pertama yang senyumnya dulu, siapakah?…. Singaaa. Yup jadi melihat senyuman tidak hanya bibirnya saja, tetapi siapa yang senyumnya, karena jika dihadapan kita seekor singa tersenyum menyeringai, itu bukan maksudnya menghormati kita tapi…. bersiap untuk menyantap menu makanan lezat yang hadir dihadapannya.

Kedua dimana dulu tempat seseorang eh seseekor itu tersenyum lepas. Karena senyuman di alam bebas dengan senyuman khusus yang diberikan kepada kita, memiliki arti yang berbeda.

Terakhir yang patut kita yakini adalah, sebuah senyuman yang kita hadirkan adalah sebuah senyum yang merupakan bagian dari ibadah sesuai tuntutan hadist, tentunya diberikan dengan tulus ikhlas.

Duka ari senyuman seekor singa mah, Waalohualam bissawab, Hatur nuhun, Wassalam (AKW).

Rindu Bapak Ibu.

Sebuah coretan rindu yang tertahan ‘sesuatu’.

Photo : Kopi Kerinduan / dokpri.

CIMAHI, akwnulis.com. Sejumput haru bersembunyi diujung dada kesendirian, sebait harap tetap dipegang meskipun kenyataan belum sesuai harapan.

Hari lebaran yang emosional, harus menahan rindu untuk tidak bisa wajah, raga dan jiwa bertemu langsung dengan kedua orangtuaku…..m yang sebenarnya jikalau hanya bicara jarak, sangat mudah untuk ditemui.

Bersimpuh di kaki mereka, memohon doa keberkahan dan keselamatan dunia akherat di momen hari suci pasca dilatih selama 30 hari di bulan ramadhan 1441 hijriah.

Memeluk ibu bapak dengan penuh kehangatan dan ketulusan, dimana karena merekalah, karena pengorbanan, pola pendidikan, motivasi dan keikhlasan kepada anaknya hingga segalanya dilakukan demi cita-cita hakiki yaitu agar anak cucunya kelak bahagia di kehidupan masa depannya.

Mendengarkan cerita dari ibu dan bapak, betapa kenakalanku di masa lalu adalah rangkaian kebahagiaan yang mengharu biru, tiada umpatan kasar atau bentakan, tetapi peringatan halus yang memberi ketenangan.

Berpose terbaik setahun sekali dengan senyuman dan tawa yang tak pernah habisnya lalu memposting di media sosial agar tahu bahwa dunia ikut bahagia melihat kita ceria, itu dulu karena sekarang harus menahan diri terlebih dahulu.

Maafkan anakmu ibu bapak, pandemi ini membatasi hadirnya raga tetapi jiwa dan asa tetap tidak bisa dihalangi untuk senantiasa menyayangimu sepanjang hayat ini.

Ketidakhadiran kami di kampung halaman adalah bukti kasih sayang kami untuk menjaga kebersamaan ini memiliki kesempatan lebih lama lagi.

Ah sedih….. tapi inilah pengorbanan. Jikalau tenaga kesehatan berjibaku di medan pertempuran menyelamatkan nyawa manusia yang sedang melawan ganasnya covid-19, maka kami disini berkorban untuk menghentikan penyebaran pandemi ini dengan menahan diri, mengendalikan rindu sekaligus menata rasa agar tidak memposting photo ceria bersama keluarga di media sosial kita.

Karena….. mungkin banyak yang berduka atau malah merasa pengorbanan ini menjadi sia-sia akibat terjebak oleh sebuah kultur budaya yang sebetulnya bisa kita tahan sementara.

Ah sudahlah, jangan berfikir pengorbanan rasa ini sia-sia, ikhlaslah menata asa, karena hanya Allah SWT yang tahu pengorbanan kita, semoga menjadi pahala yang menyelamatkan kita di dunia dan alam akherat nantinya.

Tetap jaga silaturahmi dengan memanfaatkan teknologi tanpa harus pergi-pergi di masa pandemi ini.

Secangkir eh setengah cangkir kopi coldbrew cukup mengerti kegundahan ini, ditemani semerbak bunga sedap malam yang mekar mewangikan kesepian malam ini. Tanpa banyak basa basi merelakan diri disruput gelas pergelas hingga sebotol 250 ml tandas tuntas tanpa ampas dan keharuman bunga seolah tiada batas.

Banyak sekali yang ingin dituliskan untuk mewakili kegundahan ini, tapi biarlah sisanya tersimpan di sanubari dan catatan hakiki milik alam semesta ini.

Bapak dan ibu, maafkan kami.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah.

Jiwa semoga kembali suci dan bersiap melanjutkan hari, menjaga ibadah seperti sebelum idul fitri, serta tidak lupa kembali menulis tentang hari ini dan cerita kopi.

Semoga pengorbanan ini menjadi berkah, dan sembuhkan gundah menjadi masa depan yang indah. Wassalam (AKW).

Pacar Cina.

Harus konsentrasi penuh untuk dapet pacar cina.

CIMAHI, akwnulis.com. Salah satu efek pandemi covid19 adalah fenomena belanja di supermarket atau di pasar juga agak berubah. Tidak hanya ibu-ibu, euceu-euceu, teteh-teteh atau ma nini yang mendominasi tetapi juga pemuda, bapak-bapak hilir mudik memilih belanjaan dengan memegang secarik kertas atau menatap layar hape yang berisi daftar pesanan belanjaan yang di reques istri, anak dan keluarga.

Trus ditambah dengan gerakan yang sedikit tergesa plus tatapan saling waspada sambil semua kompak menggunakan masker penutup hidung dan mulut…. sangat sulit menemukan senyum saat ini hehehehe…. yang senyum banyak sebenernya cuman ketutup sama masker.

Kali ini permintaan membeli sesuatu hadir melalui pesan di aplikasi whatsaps dan tanpa banyak cingcong sembari bergerak pulang kantor maka berusaha mampir dinsalah satu supermarket di bilangan pasteur.

Memasuki parkiran terlihat agak penuh kendaraan yang parkir, jangan-jangan banyak orang… tapi gimana atuh?.. ya sudah protokol kesehatan dijalankan selalu. Pake masker sudah pasti, baju lengan panjang sudah dipake, tambah sarung tangan plastik yang buat bikin kue.. baru deh masuk ke supermarket dengan waspada jaga jarak dan jaga hati.

Nah… giliran mencari barangnya.. bingung, ingetnya ‘pacar cina’, pas mau nanya ke si mas pelayan, kelihatan lagi sibuk sementara klo keliling semua rak… kapan dapetnya?… ya udah gugling dulu dengan keyword ‘pacar cina’……

Tring… lhaa kok yang muncul cari pacar cina (chinese)?…. atuh bakal marah besar ibu negara klo cari pacar lagi… menghianati komitmen cinta dan kasih sayang donk… eh tapi beneran ini hasil gugling urusannya cari pacar beneran… puyeng dech.

Sesaat menghela nafas sambil berfikir dan mata berkeliling mencari ‘pacar cina’… tapi belum terlihat saja. Akhirnya mencoba minta tolong pelayan tokonya, “Mas, pacar cina sebelah mana?”.

Euh…. sebelah mana ya, bentar

Si mas nya nanya lagi ke pelayan wanita, lalu dengan gerakan tegas menunjuk ke sudut kanan di tempat bumbu-bumbu masakan berada… meluncuuur.

Diubek-ubek dari rak atas hingga bawah, kok belum kelihatan nich ‘pacar cina’… hingga hampir menyerah… eh, tapi itu kayaknya terhalang bungkusan gula merah.

Tadaaa…. akhirnya dapat barang penting yang dicari, sang pacar cina.

Ternyata….. nama resminya adalah sagu mutiara atau mutiara sagu… hiks hiks hiks… keliatan banget kagak gaul bapak ini, maklum tahunya tinggal ready di mangkok dan dimakan dengan ceria.

Atau mungkin excuse-nya karena lagi menjalankan ibadah puasa, jadi di sore hari konsentrasi menurun sehingga lupa dech istilah sagu mutiara hehehehehe.

Alhamdulillah setelah dapat, berlari menuju kasir, bayar dan ngeeeng….. bergerak pulang membelah jalan yang relatif lengang menuju rumah kediaman.

Sebuah nilai yang didapat adalah jangan meremehkan nama bahan makanan atau kudapan, sehingga bingung sendiri karena lupa istilah yang seharusnya.

Selamat berbuka puasa untuk hari ini kawan, pacar cina atau sagu mutiaranya bisa diolah sebagai teman berbuka puasa. Wassalam (AKW).

Behel & Hati

Curhat singkat sesaat.

BANDUNG, akwnulis.com. Tak sengaja bersua dengannya, bersama senyuman yang mempesona. Sesaat terdiam dan teringat seseorang serta sebuah pesan, “Jangan macam-macam”

Ah iya musti bisa menjaga kendali diri, meskipun mungkin rasa ingin tak bisa dihindari, tapi sekali lagi, harus kuat menjaga hati.

Ternyata setelah agak mendekat, ada rasa tenang yang hinggap karena kenyataannya tidak seseram yang dibayangkan. Tidak menarik raga ini dalam magnet kesukaan, sehingga gelap mata berusaha mendekat, memiliki dan menikmati.

“Apa cirinya sehingga menyimpulkan pemilik senyum cantik ini tidak beresiko mencuri hati?”

“Dia pake behel gigi kawan”

“Apa hubungannya behel gigi dengan tidak akan macam-macam?”

“Hahahaha…. justru itu kawan, giginya aja dipagar (behel), apalagi hatinyaa”…

Jiaaaah gubraaag.


Pembicaraan usai dan suasana kembali normal. Wassalam (AKW).