BANDUNG B, akwnulis.com. Sebuah sajian makanan penutup yang hadir dengan sebuah keindahan. Namanya panna cotta, sebuah pudding asal italia yang bertekstur lembut dan lumer di mulut.
Panna cotta / dompri.
Hanya saja, dengan segala kelembutannya menghadirkan rasa enggan untuk menyantapnya. Sayang sekali jika keindahannya terlukai oleh nafsu ingin menikmati.
Lalu dengan ukuran mungil ini bisa menimbulkan ganggarateun alias nanggung. Kenyang enggak, lapar iya. Harap maklum kana perutnya tipe buldoser, jadi pudding italia ini akan cepat menghilang di mulut yang kelaparan.
Tapi tentu dengan keindahannya bisa menjadi media rayuan maut yang dapat melumerkan hati pasangan karena tekstur, keindahan sekaligus harga hehehehehe…. klo nggak kenyang, tinggal geser ke warung padang sebelah atau bakso pinggir jalan.
Dilema hadir menyapa, tetapi keputusan harus tertata. Malah hanya 2 kali menyendok maka habislah puding lembut putih bersih bertoping strawberry syrup dan ditemani setangkai daun mint. Nyam nyam, yuk ah. Wassalam(AKW)
Cimahi, akwnulis.com. Sebungkus biji kopi hadir di hadapan tanpa basa basi, dengan sejumput catatan ‘hatur lumayan, mangga cobian’ (Silahkan dicoba)… Alhamdulillahirobbil alamin.
Maka sesuai harapan sang pemberi, harus segera diekstraksi agar hasilkan cairan hitam penuh arti yang membuahkan aneka rasa serta berbagai arti dari rasa yang segera hadir tak perlu menanti.
Bean 13gr x 2 langsung di grinder kasar untuk kepentingan manual brew.
Peralatan peracikan sederhana disiapkan, kertas filter sudah hadir dan dibasahi air panas terlebih dahulu untuk mereduksi sisa-sisa proses kimiawi. Air panas 90° celcius juga ready dan proses manual brew pun terjadi… currrr… tes tes tes.
Bejana bening mulai terisi cairan kopi bersih tanpa ampas, tentu sebentar lagi siap dinikmati. Asyiik.
Manual brew aamoel bean coffee / dokpri.
Setelah tuntas di bejana, maka dialihkan ke cangkir untuk dilakukan tester, apakah rasa yang hadir sesuai ceritanya?..
Panasnya seduhan kopi memang segar, bodynya medium dan acidity less dengan aftertaste relatif flat… wah ini kelihatannya mix arabica bean dan robusta. Maka perlu diberi sentuhan akhir berupa foam susu hangat yang akan menggelorakan rasa menjadi latte ala-ala.
Kebetulan di kulkas ready, maka susu dingin dihangatkan dengan uap panas sekaligus mengocok halus hingga akhirnya hadirkan busa-busa kenikmatan.
Lalu perlahan tapi pasti, digabung diatas cangkir dan hasilkan sajian kopi kohitala plus foam susu dengan nama LATTE ALA-ALA Asmoel bean. Asmoel bean adalah penjelasan dari mana biji kopi ini hadir, yaitu dari pak Asmoel hehehe… karena tanpa merk maka kita kasih nama saja.
Latte Ala-ala / dokpri
Srupuuut…. nikmat dan segaaar. Meskipun bukan kohitala murni tapi sedikit sentuhan akhir bisa memberi sensasi kenikmatan. Alhamdulillah. Happy weekend kawan, Wassalam (AKW).
BANDUNG, akwnulis.com. Sudah lama memang tidak bersua dengan sajian makanan yang segar dan menarik ini, tetapi yang menggelitik hati adalah sebuah paduan yang mungkin agak jauh jikalau dipaksa padupadankan. Tapi ternyata ini malah menjadi sebuah sajian ciri khas yang menjadi trade mark kuliner sebuah provinsi di ujung Jawa.
Bagaimana tidak jauh, potongan buah nanas yang segar dan bengkoang dicampurkan dengan potongan tempe dan taoge plus daun kangkung di sandingkan dengan cingur atau potongan moncong daging hidung sapi atau kerbau dan akhirnya dikawinkan dengan kuah kacang yang menggugah selera.
Meskipun sekarang irisan daging hidung sapi atau kerbau tersebut lebih banyak diganti potongan kikil yang lebih mudah didapat di pasar – pasar. Tetapi memang penggabungan ini menurutku yaa… sebuah keunikan rasa tersendiri. Dari literatur yang ada, bahwa kuliner unik ini adalah perpaduan budaya jawa, tionghoa, arab dan madura.
Nah, pasti udah pada bisa nebak, nama sajian kuliner ini adalah RUJAK CINGUR. Nama yang singkat dan langsung mengena, rujak sudah identik dengan irisan buah-buahan dan kuah sambalnya ditambah Cingur adalah moncing sapi/kerbaunya… tinggal bagaimana sensasi rasanya.
Jangan salah, rasa yang tersaji begitu nikmat menggoda karena perpaduan manis, asam, asin, kecut dan lembut serta segarnya berpadu sempurna. Pantesan banyak banget penggemarnya dan menyebar kemana-mana, tidak terkecuali ibu mertua.
“Kenapa nggak ngebahas kuliner jabar aja?”
Aduh santuy bro, diriku menulis apa aja dan kebetulan kali ini ide hadir karena dihadapanku tersaji sebungkus Rujak Cingur yang menyegarkan. Kuliner di Jabar tentu banyak juga dan sudah banyak yang buat tulisannya. Sementara ini aneka rasa yang hadir menggoda mulut dan memberi ide untuk kembali merangkai kata.
Rujak cingur hampir habis / dokpri.
Selamat menikmati makan siang yang segar dengan kuliner jatim yang lengkap unsur – unsurnya. Ada protein dari potongan kikil dan tempe, vitamin dan aneka mineral dari buah nanas dan bengkoang serta sayuran tauge dan kangkung plus karbohidratnya dari irisan kentang dan beberapa potong lontong, nyam nyam nyam.
Selamat menikmati makan siang ini dengan syukur tiada hingga kepada Allah Sang Maha Pencipta, Bismillah… (AKW).
BANDUNG, akwnulis.com. Sebuah kata berpadu dengan aneka kata yang lain, terkadang tergoda untuk menghadirkan sebuah cerita tanpa makna. Terhambur dari mulut dan menyebar mengisi ruang udara. Melayang atau mungkin terbang menghilang.. hingga tiba diindera pendengaran dan jadilah sebuah cerita kehidupan.
Sebuah kata yang keluar dari mulut memenuhi udara ternyata tidak hadir begitu saja. Diawali kereteg (bisikan) hati yang berproses rumit dalam tubuh hingga akhirnya muncul melalui ucapan, barulah sang kata tiba. Jadi jikalau hatinya gelap maka kata-kata yang terhamburpun gelap dan meruncing sehingga mudah menyayat hati dan perasaan yang lain.
Photo : Rose Tea at Herbal House / dokpri.
Itulah sebuah ungkapan dikala memandang dua gelas bening berisi minuman menyegarkan ini. Betapa indah dan menyegarkan. Kebeningannya ini yang menggugah hati, begitu transparan dan pas disruput……. ternyata ada rasa…. rasa teh putih dan rasa mawarnya hadir memenuhi rongga mulut dengan kehangatan dan keharuman yang menggugah.
Disajikan dalam gelas kembar bening dalam suasana alami, memberi inspirasi dan ketenangan hati. Srupuuut gan…. nikmaat.
Jadi di jumat berkah ini, mari kita beningkan hati sucikan niat dan berjanji untuk senantiasa menjadi hamba yang baik dan berhati tulus, sehingga hamburan kata dari mulut dan nafas kita adalah kebaikan, ketenangan dan kejujuran serta mampu menginspirasi. Wassalam(AKW).
BANDUNG, akwnulis.com. Uraian kalimat yang disampaikan begitu panjang dan tanpa jeda, meskipun dari sisi nada terkadang melemah menahan duka dan beban yang dirasa.
Akhirnya ada juga masa dimana kalimat dan kata terhenti karena mulut tercekat oleh perasaan dan menahan diri agar air mata tidak tumpah di hadapan khalayak warga.
Jikalau hanya berdua, mungkin lelehan airmata adalah salah satu cara membersihkan penglihatan dan mengurangi beban stok air mata yang tersimpan diantara kulit dan tulang kenyataan. Tetapi dihadapan banyak orang, air mata tertumpah malah menghadirkan ketidakberdayaan dan bukan dukungan yang datang tetapi tatapan sinis dan dianggap lemah mental…. mungkinn…
Bisa saja ada satu dua pihak yang merengkuh luruh untuk membantu saudaranya yang sedang jatuh. Membantu kembali berdiri tegak dengan sokongan ikhlas yang penuh pengertian.
Sebuah kata yang menjadi utama adalah sikap kita menghadapi dilema. Tahanlah airmata tertumpah dihadapan banyak manusia, simpan untuk nanti dikala bersimpuh di malam hari, sambil bernunajat kepada Robbul Izzati.
Kesedihan bukan akhir dari segalanya, karena kesedihan adalah pelengkap dari kebahagiaan yang setia mendampinginya. Berbahagialah kita yang masih bisa merasakan sedih, karena dengan merasakan sedih kita akan tahu betapa bahagianya merasakan bahagia.
Seiring uraian kata selanjutnya, ketegaran mulai terasa. Menampilkan secercah harapan diantara puing asa yang tertunda. Biarkan kesedihan itu ada, tetapi semangat bangkit kembali adalah yang paling utama.
Sebuah pantun semoga bisa mewakili keadaannya :
‘Berhimpun di meja menyantap ikan, Langsung berkeringat berebut suapan’
‘Biarpun kenyataan masih menyedihkan, Tapi semua tetap semangat untuk perbaikan’
Selamat beraktifitas di jumat sore ini kawan, Wassalam(AKW).
BANDUNG, akwnulis.com. Malam ini terasa temaram ditemani gemericik air hujan yang bercengkerama dengan dedaunan. Sebuah rasa melesat ke angkasa dan memandang alam sekitar tidak sehinggar bingar dan terang benderang seperti biasanya.
Sebuah rasa khawatir menyeruak di dada, “Apa yang sebenarnya terjadi kawan?”
“Benarkah alam dunia sedang menyembuhkan dirinya dan mengingatkan kepada manusia bahwa kita semua hanya menumpang sementara saja sehingga tidak boleh semena-mena terhadap dunia?”
Sebongkah tanya hadirkan beraneka penasaran dan memaksa kumpulkan cerita dan informasi yang bertebaran di jagad maya. Hasilnya ternyata luar biasa membingungkan, mana yang hoak mana yang kabar burung berkelindan dengan teori kontipasi yang berujung pada kengerian dan kebingungan. Medsos dan jagad maya menyajikan limpahruahan informasi yang mungkin nirfaedah…. ahh pusiiing.
Lebih baik sementara kembali dari langit menjejak bumi, menikmati gemericik hujan yang bercumbu dengan dedaunan. Memberikan harum tanah yang tak bisa dilukiskan. Biarkan rasa syukur melingkupi jiwa dan menyadarkan raga, karena ternyata nikmat bisa tetap menjalani kehidupan seringnya terabaikan sehingga kita lupa kepada sang Maha Punya… Allah Taala.
Sepakat tidak sepakat, ini bukan lagi wacana tetapi sudah nyata di hadapan mata. Jadi mari nikmati dan syukuri apa yang ada dan jangan lupa berbagi dengan saudara kita diluar sana yang mungkin tidak seberuntung kita. Semangaaat, Wassalam(AKW).
CIREBON, akwnulis.com. Menjelajahi sepi meresapi sederet arti dalam balutan fana ketidakpastian adalah sebuah fase kehidupan. Sebuah rencana yang sudah disusun dengan (mungkin) sempurna ternyata harus buyar karena sebuah kondisi dimana alam tidak mendukung. Maka beragam reaksi muncul dengan aneka varian, membuat analisa masing-masing baik berdasarkan (katanya) keilmuan ataupun asbunisasi (asal bunyi – sasi).
Disini terlihat kualitas pribadi seseorang dalam menyikapi suatu kejadian. Mayoritas sih mengungkapkan kekecewaan dengan semburan kata dan kalimat atau minimal memunculkan wajah tegang seolah terlipat, sebagian lagi menjadi sedih karena telah melakukan pengorbanan demi terwujudnya moment ini. Tapi ada juga yang menyikapi dengan biasa saja, karena memiliki keyakinan bahwa semua ini sudah ada maha kreator yang mengatur terjadi atau tidaknya suatu kejadian dalam dunia yang fana ini.
Nah ini yang menarik, yaitu respon perilaku dari suatu kejadian yang bertentangan dengan harapan dan keinginan, inilah hal sederhana yang bisa digunakan untuk melatih nilai hakiki, yaitu Keikhlasan.
Salah satu cara menjalani ketidaksesuaian antara rencana dengan kenyataan adalah menyeruput kopi hitam dimanapun anda atau saya berada.
“Kenapa harus Kopi Hitam?“
Karena segelas atau secangkir kopi hitam tanpa gula mewakili kepahitan kenyataan di dunia yang harus diterima. Manakala kita bisa menemukan rasa berbeda dari kepahitan sajian kopi, maka tidak sulit untuk menemukan jalan keluar dari permasalahan yang sedang mendera tiada henti.
Apalagi jika mampu mendefinisikan rasa dari kopi hitam tanpa gula, yang ternyata menyimpan beratus rasa serta bersedia bersemayam sesaat di lidah segar yang kita punya, sebuah berkah kenikmatan tiada hingga.
Photo tentang kopi tubruk di 2 tempat di sekitar Kabupaten Cirebon ini hanya ilustrasi saja, tetapi mewakili sajian rasa manis dari kepahitan cairan kopi tanpa gula yang ada disela-sela tugas yang penuh dinamika.
Photo pertama berada di sebuah kantor dan sang kopi di gelas begitu nyaman karena keberadaanya ditemani oleh kawan-kawannya yang disebut lalawuh (b.sunda).
Photo kedua, sang gelas kopi nangkring di meja makan sebuah rumah makan dengan background-nya sajian pilihan makanan a la carte dan berakhir di kasir yang terus bersiaga.
Keduanya kopi hitam tanpa gula, tetapi sesudah diseruput maka terdapat serpihan rasa manis dan ketenangan yang membelai lidah serta memberi nyaman di dalam lambung.
Bagi yang belum bisa meraih nikmat dari kopi hitam atau kopi tanpa gula, tidak usah berkecil hati, tetaplah bersyukur karena sang lidah masih bisa menikmati rasa lainnya bukan hanya dari sajian kopi hitam saja.
Selamat mensyukuri hari, dan memaknai setiap kejadian yang dialami. Wassalam(AKW).