Antara KOPI & MAKSI

Sebelum maksi sruput kopi.

SETIABUDI, akwnulis.com. Suara alarm perut mulai berdentang disertai sukacita air liur yang berkumpul terbayang kelezatan sajian makan siang. Namun meeting masing berlangsung dan kemungkinan besar akan menabrak waktu istirahat makan sholat eh istirahat sholat makan (Ishoma). Meskipun biasanya ismasho, karena makan dulu dikejar demi kekhusukan shalat dhuhur. Daripada shalat dhuhurnya nggak konsentrasi karena khawatir kehabisan sajian parasman makan siang hehehehe, alasan ini mah.

Maka strategi lainnya adalah mengalihkan perhatian dari rasa keroncongan ini menjadi aktifitas lain yang lebih menarik. Tapi mau ngapain ya?…

Kebetulan kawan di sebelah berbisik dan nawarin untuk ambil kopi dulu sebelum sempat nanti jadwalnya istirahat.

Ide bagus kawan, hayu!” Tanpa basa basi raga bergerak menuju sudut snack break dan memproses sajian kopi dengan peralatan dan bahan yang ada.

Kopinya tentu standar meeting hotel berupa kopi bubuk hitam dan gula yang diwadahi pada keler terpisah serta termos besar berisi air panas. Ya sudah proses saja, yang penting kohitala bisa bersua.

Seperti biasa, setelah secangkir kopi hitam tanpa gula ini tersaji maka sebuah photo dokumentasi adalah bagian dari catatan hakiki. Bagaimana sebuah fragmen kehidupan dalam mencintai sajian kopi menjadi legacy.

Tibalah saat mencicipi, sruputt.. hmmm. Pahit lempeng dan tiasa asam-asamnya. Ketebak oleh lidah sebuah merk kopi, tapi tak perlu ditulis disini demi sebuah privasi. Untuk lebih meyakinkan maka ditanyakan kepada petugas yang mengawal sajian break meeting ini dan direspon dengan anggukan untuk mengiyakan.

Tapi sudahlah yang penting dapet kesempatan menyeruput kopi hitam tanpa gula meskipun sedikit berbeda plus gretongan. Sruput saja sampai tandas.

Alhamdulillah senada dengan harapan, ternyata pas sruputan terakhir ternyata meetingpun usai. Mantaabs, berarti tinggal dilanjutkan dengan kesempatan pertama menikmati sajian makan siang yang begitu dinanti, baru lanjut shalat dhuhur dengan perut telah terisi. Wassalam (AKW).

Latte & Konsentrasi malam.

Kembalikan Konsentrasiku….

Photo : Kolam renang Hotel Preanger / dokpri.

PREANGER, akwnulis.com. Buka puasa penuh kebahagiaan, disambut dengan sukacita dan rasa syukur tiada hingga dikala bisa mencapai hari ke-13 di bulan Ramadhan 1442 H ini. Seteguk qurma dan 3 butir air mineral menjadi pembuka, dilanjut shalat magrib dan bersiap makan besarr…. tapi sebagai peran pencitraan, photo yang hadir adalah sepiring salad, padahal… ada kawan-kawan eh makanan lain yang menemani persuapan malam ini.

Dilanjutkan dengan shalat tarawih berjamaah dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yaitu menggunakan masker dan jaga jarak, plus membawa alat shalat masing-masing.

Bismillah…..

Nah, beres tarawih bersama ternyata ada pertemuan lagi…. alamak, udah nggak konsentrasi, pengen segera pulang. Bercengkerama dengan keluarga kecil yang setia menanti.

Photo : Buah & sayur pembatal / dokpri.

Tapi, tugas adalah amanah dan dengan segala keikhlasan hati, musti dijalani. Meskipun tentu ada sejumput rasa keluarga yang menyeruak tanya, kenapa belum juga pulang untuk segera bersua.

Disinilah peran hati dan setampuk doa, semoga keluargapun bisa ikhlas dengan keadaan dan saling mendukung demi kemajuan.

Sebagai penguat konsentrasi dalam pertemuan malam ini, maka kehadiran secangkir cafelatte adalah jawaban tepat. Perpaduan susu skim dan espresso berpadu lembut memenangkan hati dan memberi efek untuk memgembalikan konsentrasi.

Berpikir lebih fokus dalam kerangka solutif dengan berusaha mengarahkan sebuah keputusan yang mengerucut serta dapat ditentukan tingkat keberhasilan dalam implementasinya.

Emang ngobrolin apa?”

Pertanyaan kepo hadir menemani, tapi bukan jawaban yang hadir untuk menghilangkan dahaga keingintahuan tetapi senyuman terbaik yang biasanya jitu menunda rasa penasaran orang lain terhadap aktifitas kita.

Photo : Cafelatteku Yummy / dokpri.

Mungkin tidak lama rasa penasaran itu akan kembali dengan pertanyaan yang sama, atau malah terlupa karena ada urusan lain yang lebih prioritas di masing-masing sektornya.

Akhirnya pertemuan tuntas dan hasilkan butir-butir kesepahaman yang harus ditindaklanjuti. Keluar dari tempat pertemuan, Alhamdulillah berkesempatan memgambil gambar suasana kolam renang di suasana malam. Ada lampu-lampu berwarna yang menceriakan suasana serta rasa yang berbeda. Maka tak lupa diabadikan untuk disajikan di blog ini.

Yuk ah pulang, untuk bersiap besok berjibaku dengan tugas rutin dan tugas NRP (nampi rupi-rupi padamelan)… atau menerima tugas – tugas lain diluar tupoksi yang kerap menghampiri di senin pagi.

Semangaat Kawan, jangan kendor. Wassalam (AKW).

Teh Gesat.

Teh memberi ketenangan…

BANDUNG, akwnulis.com. Berjibaku dengan angka dan aneka rumus regresi sederhana ternyata memanaskan otak dan perasaan. Ada rasa tegang menggelayut disaat memasuki ruang pertemuan, karena ternyata sebuah beban mencengkeram pundak dikala nanti tidak mampu menjelaskan.

Selain itu, kinerja dari apa yang dijelaskan adalah juga beban tanggung jawab yang harus juga diungkapkan dengan segala kelebihan dan kekurangannya… ah angka-angka menari seiring menit melingkari detik yang tetap bergerak tak mau sejenak berhenti.

Duduk di kursi empuk ternyata belum bisa mengurangi ketegangan, apalagi ada beberapa angka dihalaman depan yang secara logika hitungan terjadi anomali perbedaan…. aduh gimana ini.

Keringat dingin perlahan hadir, tapi apa mau dikata. Tidak sempat berlari ke ruangan untuk sekedar mengubah menjadi penyempurna. Apalagi mencetak ulang dokumen tebal ini yang penuh bertabur angka dan warna…. pasrah saja ah.

Photo : Teh Gesat / dokpri.

Ternyata, ada penenang raga dihadapan mata. Secangkir teh gesat yang masih mengepulkan asap panas kesegaran terlihat malu-malu, membuat gemas dan diyakini ternyata mengirim sinyal kedamaian.

Sebelum bos hadir di ruang rapat, segera buka masker kain dan masker medis yang digunakan, simpan dengan hati-hati lalu pegang dan angkat cangkirnya, dekatkan ke mulut dan sruput perlahan…. hmmmm kehangatannya menenangkan. Di mulai dari area mulut hingga akhirnya tiba di lambung. Ahh…. segar dan menenangkan.

Angka-angka masih tetap berada dalam lembar laporan, tetapi sekarang tidak terlalu terasa menegangkan. Tenang saja, jikalau salah berarti perbaikanlah yang harus disegerakan.

Selamat sore bapak ibu, maaf lama menunggu….” saapan akrab dari pak bos semakin mengurangi ketegangan yang ada.

Selamat sore pak” serempak suara menjawab dengan senyuman masing-masing yang sebenernya tertutup masker. Minimal gurat mata menyiratkan senyum tulus apa adanya.

Meeting dimulai dan angka-angka menari memunculkan sejumlah arti. Biarkan semua berjalan dan takdir sore semua tuntas dikala menyambut adzan magrib yang berkumandang. Wassalam (AKW).

Kopi Dinas.

Menikmati kopi dinas..

KBB, akwnulis.com. Berdinas sambil menyeruput kopi menghasilkan sebutan ‘Kopi Dinas‘.

Kopinya tetap kohitala (kopi hitam tanpa gula), statusnya kopi standar hotel, jadi nggak tahu bean yg sebenarnya. Kecenderungannya adalah jenis robusta dengan rasa flat pahit yang merata.

Harganya free… karena fasilitas rapat heuheuheu.

Selamat bekerja.

Siang – Malam.

Diskusi terus dijalani, abadikan photo juga harus dilakoni dari siang hingga malam.

Photo : Suasana siang di Kuningan – Jakarta / dokpri.

JAKARTA, akwnulis.com. Sebetulnya nggak sengaja juga bisa mengambil posisi gambar ini, karena posisi meetingnya sebetulnya di gedung eh.. di ruangan yang tidak langsung berbatasan langsung dengan dinding atau kaca luar.

Trus kok bisa ngambil spot photo ini?”

“Konsepnya adalah luckyshot, photo keberuntungan lho”

“Ah kamu mah urusannya beruntung terus!”

Memang begitu kok, termasuk tidur dan bangun pagi, selalu hadir oksigen yang bisa kita hirup dengan sepuasnya dan gratis lagi, bukankah itu keberuntungan?… begitupun bisa ambil photo tadi

Tetapi pas ke toilet pria, ternyata dinding kacanya menyajikan kesempatan berbeda untuk mengabadikan indahnya lanscape kota tanpa banyak filter ataupun aplikasi photo yang bikin manjaaaa, tapi hasilkan photo apa adanya

Anggukan kepala menandakan persetujuan dari diskusi singkat kita. selanjutnya kembali terlarut dalam bahasan meeting yang penting kalau dilihat dari sudut pandang garis miring.

Diskusi terkadang hangat menyengat tapi sesekali bertahan dengan pendapat penting hingga tak bergeming. Itulah indahnya diskusi, berusaha menyamakan frekuensi meskipun masing-masing punya persepsi dan tendensi.

Photo : Suasana malam di kuningan jakarta / dokpri.

Photo kedua diambil dari titik yang sama, ujung kanan kamar mandi pria. Kota Jakarta bertabur gemerlap lampu serta terangnya lampu kendaraan yang sedang bercumbu dengan kemacetan.

Itulah sepenggal kisah kehidupan yang terekam oleh kecanggihan alat dan keisengan memposisikan sudut pengambilan gambar dari siang hingga tiba sang malam.

…..dan langkah selanjutnya adalah membewarakan kepada dunia luar via medsos pribadi yang sudah sesak dengan postingan meskipun minim like apalagi komenan….

“Santai bro, kita khan bukan selebgram”

Itulah cakap terakhir di lantai 12A The H Tower di bilangan Kuningan Jakarta. Karena selanjutnya harus turun membumi dan bergegas memacu kendaraan dalam perjalanan panjang, untuk kembali menemui anak istri yang menanti dengan segala keikhlasan hati. Selamat menikmati malam ini, Wassalam (AKW).

Mandailing Migliore

Isilah waktu yang belum pasti dengan ngopi…

Photo : V60 arabica mandailing / dokpri.

CIBINONG, akwnulis.com. Perjalanan hampir 5 jam di siang hari yang cukup melelahkan tetap harus dijalani dengan suasana hati yang hepi. Titik kemacetan disaat melewati tol cikampek khususnya di daerah bekasi tidak bisa dihindari lagi, moo milih jalur bdg – bogor via puncak juga bukan pilihan….. yaaa jalani dan syukuri saja.

Hingga akhirnya bisa tiba di Cibinong Bogor sesuai dengan waktu yang tertera di undangan, Alhamdulillah… bersegera mencari mushola untuk tunaikan shalat berfasilitas jama qashar, sebelum mengikuti pertemuan yang sudah diagendakan.

Ternyata…. acaranya delay dengan berbagai alasan teknis. So…. sambil nunggu, mariih mlipir duyuuuu…

***

Photo : Aji barista Migliore / dokpri.

Persinggahan pertama adalah cafe kecil bernuansa kayu-kayu, disambut keramahan Aji sang barista, namanya ‘Cafe Migliore‘, lokasinya di jalan akses dari Jl.Raya Tegar beriman cibinong ke arah Stadion Pakansari, klo masih bingung yaa buka gugelmep aje.

Migliore itu artinya terbaik dari bahasa italia, semoga memang menjadi tempat yang menyajikan kopi dengan rasa dan asa terbaiknya.

Dengan waktu terbatas, maka hadirnya manual brew v60 arabica mandailing menjadi hiburan penting dalam situasi menunggu ini. Diracik di suhu 90° celcius dengan komposisi 1 :13 hadirkan sajian kohitala yang seimbang antara body & acidity, sama-sama strong dilengkapi aftertaste frutty floral yang segar… cukup membantu hati dan suasana untuk terus menunggu yang tak menentu, sruput duluuu….

Selamat meniti waktu sambil nikmati sajian kopi bermutu. Biarkan tulisan takdir yang jadi penentu, dan kita ikut berperan untuk menjadi bagian tertentu demi wujudkan keputusan yang satu, tentang sesuatu.

Pesen lagi ah, mumpung belum ada tanda-tanda pertemuan akan dimulai, srupuut. Hatur nuhun (AKW).

***

Diary Coffee 3

Catatan puisi ke-3 ku tentang Kerja-Kopi-Kerja.

Bolak balik order dopio
Juga tak lupa single espresso
Sambil diklat atau pas ngaso
Ngopi teruss hilangkan nelongso

Ikuti diklat modernisasi pengadaan
Jadi tantangan ditengah kesibukan
Ternyata penuh perjuangan untuk paham
Apalagi yang digunakan bukan bahasa awam

Untungnya mesin kopi setia menemani
Espresso dan dopio segera tersaji
Black coffeepun standby menanti
Diklatpun jadi penuh arti

Makasih LKPP dan MCAI
PWC membagi ilmu hakiki
Meski terkadang kernyitkan dahi
Karena bahasa asing jadi pengantar hampir tiap sesi

Berlari ke Hotel Horison ruang burangrang
Forum OPD bidang ESDM berkumandang
Nikmati kopi sambil berdendang
Kopi hitam enak dipandang

Disaat harus bergerak ke Kertajati
Mampir sesaat di rest area Cipali
Cobain Espresso-KFC se-sloki
Ngecash agar semangat kembali.

***
Beranjak menuju ibukota
Tugas lain membawa kesana
Berjibaku tentang sanitasi sebagai pokja
Agar jabar sehat terus berjaya

Senyum berseri di KA Priority
Membawa sebotol cold brew sejati
Kiwari farmer sajikan janji
Manglayang Karlina yang bikin pasti

Tiba di Gambir mencari kopi
Temukan pilihan di sudut kiri
Dunkin black coffee adem sendiri
Nikmati rasa tak perlu sensasi

Di Arya duta tugu tani
Cold brew kembali beraksi
Bersanding dengan espresso satu sloki
Tak takut dengan apa yang terjadi

Belum tuntas hilangkan resah
Karena ternyata harus berpindah
Akhirnya ke meja ini hijrah
Bersama kolam renang yang basah

Kembali ke ruang rapat, Kopi hitam ala panitia tersaji
Rasa sederhana tapi nambah lagi
Semua harus disyukuri
Barulah berkah menanti.

Minggu I-II Maret 2018 (AKW).

Pertolongan tak terduga.

Suntuk dan kecewa itu manusiawi, ikhtiar tiada henti yang menjadi nilai hakiki dan Doa sebagai senjata utama.

Terik mentari membakar bumi di siang yang penuh janji. Beberapa kali harus bolak balik melewati lapangan upacara yang sekaligus halaman kantor tempat berkarya dan mengabdi. Berjalan cepat kesana kemari demi menghadiri dua acara rapat ditambah satu sesi diskusi.

Photo : Peserta Nego yang tak sampai kata sepakat /Dokpri.

Hingga akhirnya bel jam istirahat berdentang, memberi secuil harap untuk rehat sejenak dari kesibukan yang telah diawali sejak pagi tadi. Belum lagi hati masih sedikit sakit eh… dongkol, karena di komplen oleh bos besar di acara rapat kedua karena dianggap tidak kompeten dalam melakukan negosiasi… sial bingit… mimpi naon tadi malem.

Untungnya support dan aneka candaan dari bos lain bisa meredam luka ini… ahiw segitunya… bukan luka sih.. cuman baret baret tapi perih pas kena air…..ternyata di komplen di forum rapat itu nyesek bangeet. Terasa hati mengeras tapi nelangsa, ingin meneteskan air mata takut disebut cengeng padahal… hanya mau membasuh bola mata yang terlalu lama dipakai melihat rentetan dosa… hahaw mellow.

“Nggak bisa nego lo..”

Nggak bakat jadi negoisator kamu..”

Ah terngiang kembali teriakan dan omelan yang menyasar mental memukul perasaan. Bangkitkan gusar hadapkan kegamangan.

Sedih?…. pasti.

Kecewa?… iyaa.

Trus lu mau gitu terus?…. euh ya enggak lah.

Diskusi sengit di dalam rongga otak membangkitkan semangat. Memberi secercah harapan dan sekuah keinginan, ingin bisa nego sama pihak lain

Pengen bisa menyampaikan tujuan dan ajakan kepada pihak lain tanpa terasa menggurui apalagi memerintah, ow gampang-gampang susah.

Moo nyari buku ke Gramedia atau Togamas udah nggak bakalan sempet, googling macet karena wifi di kantor internetnya lagi ‘under maintenance’ akhirnya pasrah saja dengan kenyataan. Sementara satu negosiasi lagi harus dihadapi sore ini.

Waktu terus berlalu seiring nafas memburu. Sementara diri ini semakin galau karena makin dicari eh makin susah tuh teori negosiasi ditemukan. Akhirnya kembali kepada kepasrahan kehadirat Illahi Robbi, Allah Azza Wazalla. Tengadah tangan meminta berpadu dengan wajah tertunduk, berusaha khusyuk berdoa.

*****

Ternyata takdir kehidupan sulit ditebak, hingga tamu datang, aku masih kelu khawatir salah ngomong salah ucap sehingga nego-negonya merugikan pihakku atau malah tidak bernego alias batal. Duuh… gimana nich….. itu lamunan yang makin menekan rasa ini.

Tiba-tiba ada yang nyolek pinggangku, “Pak kenapa wajahnya kusut banget, nggak seperti biasanya?” Kakek tua tukang taman di kantor menyapa… tumben.
Berceritalah dengan lancar, masalah besar yang dihadapi dan akan segera tiba beberapa menit lagi.

Kakek tua tersenyum, “Gampang itu mah pak, kebetulan kemarin baru mudik dari Cianjur. Ini aja digayem (dikunyah) sambil baca Alfatihah. Insyaalloh pertemuan sore ini lancar.” Sebuah komentar ajaib dari sang tukang beberesih taman yang selama ini jarang ngobrol. Paling cuman menegur sambil berbagi senyum. Tangannya menyodorkan 5 butir manisan buah.

“Hatur nuhun Ki” Tak banyak bertanya karena waktu udah mepet. Segera 5 butirnya masukin mulut hingga bejubel. Dikunyah tergesa-gesa, terasa manis dan sedikit rasa asam yang menyegarkan. Tidak lupa baca Alfatihah sesuai anjuran kakek tua tadi.

Amazing….. Pertemuan sore itu berhasil gemilang. Negosiasi lancar, pihak tamu merasa nyaman dan bos besarpun tertawa lebar mendengar hasil dari kesepakatan.

***

Adzan magrib berkumandang sesaat raga ini masuk kembali ke ruang kerja. Tidak ada suasana lelah karena berganti riang dan satu map berkas kesepakatan. Case closed.. alhamdulillah.

Photo : Manisan buah Lobi-lobi yang menyegarkan / dokpri.

Penasaran dengan manisan buah yang diberikan si Aki. Segera search di jagad maya, tak sulit menemukan buah ajaib penggugah semangat negoisasi, yaitu buah Flacourtia Inermis atau disebut juga Batoko plum… dan nama gampangnya adalah buah Lobi-lobi… heuheuheu.

Disclaimer : ini hanya tulisan fiksi ya gan. Tapi bener loh, manisan lobi-lobi cocok pisan dinikmati sebelum nego dengan pihak lain. Dijamin lobi-lobinya lebih lancar. Wassalam. (Akw).