Emosi Kopi.

Secangkir kopi & setampuk emosi.

Photo : Cold drip Tollu Batak / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Perbincangan hangat yang tetap berkaitan dengan angka kinerja semakin rame, dibahas dari berbagai sisi dan aneka kemungkinan. Ternyata dikala sebuah case dibahas bareng-bareng, banyak persepsi dan definisi yang terkadang mirip padahal punya arti tersendiri.

Disinilah keterbukaan fikir dan hati menjadi ciri, bagaimana maknai suatu masalah adalah peluang dari datangnya hikmah.

Tidak setuju adalah bentuk sikap yang dipilih, tetapi back-up pengambilan keputusan itu sebaiknya adalah didasari regulasi dan juga bisikan hati nurani.

Sepakatpun belum tentu selamat, karena sepakat untuk melanggar, akan masuk kedalam hitungan permufakatan jahat. Jadi pemahaman dan kendali emosi harus kuat, disitulah akan hadir suatu dimensi keputusan yang tepat.

Meskipun, lelah itu manusiawi, apalagi bukan hanya lelah fikir dan lelah ragawi tapi lelah emosi yang bisa berpengaruh terhadap berbagai kemungkinan di kemudian hari.

“Maksudnya lelah emosi itu apa gan?”

Maksudnya secara emosi kita disudutkan, permalukan, diejek dengan kata-kata penuh dendam tetapi dalam forum yang relatif formal… meureun kitu hehehehe, “Puas nggak?”

“Nggak banget”

“Yaa maklum, saya khan bukan alat pemuas 🤣🤣🤣”

“Jadi supaya kepenasaranku tuntas gimana?”
………. terdiam sejenak, mikir.

“Coba iniiii!!!” Sajian Cold drip kopi Tollu Batak langsung disodorkan, tanpa tedeng aling-aling langsung dituangkan ke gelas dan di-sruput perlahan…… hmmmm.

Photo : Sajian Qore Kelloo Coffee / dokpri.

Beberapa menit saling berdiam diri, menikmati sajian kopi dingin dan perlahan tapi pasti otak & hatipun mendingin…. sang detik tersenyum simpul.

“Enak euy seger, ada yang lain?”

Alhamdulillah, komentar pertama pasca minum kopi terasa menenangkan hati. Langsung saja sajian selanjutnya disorongkan. Kopi Ethiopia Qore Kelloo dengan metode manual brew v60.

Sruput….

dan srupuut lagiii.

Wajahnya memerah dan senyumnya merekah, pembicaraan selanjutnya bernuansa lebih cerah dan masalah yang terjadi bisa dimaknai dengan sebuah proses meraih hikmah yang penuh berkah.

Diplomasi kopi menjadi saksi, bahwa kepahitan yang tersaji hanyalah kamuflase abadi. Dibalik kepahitan yang terjadi, hadir rasa manis hikmah yang tersembunyi. Wassalam (AKW).