Mesjid & Masa Kecil : #ceritalebaran

Mesjid masa kecil & kenangan.

MONTAYA, akwnulis.com. Tahapan menuju shalat idul fitri begitu bermakna dan mendebarkan hati. Secara hablumminalloh sangat jelas ada rasa khawatir bahwa diklat selama satu bulan ini akan terkikis oleh rutinitas dan kemalasan di bulan – bulan selanjutnya. Maka berusaha menguatkan diri untuk istiqomah agar hasil diklat sebulan ini betul – betul membekas.

Nah pas giliran hablumminannas terasa jantung ini berdetak lebih kencang, karena lintasan pengalaman masa lalu terus bergantian dan seakan nyata hadir dihadapan mata dalam fragmen aktifitas acak masa kecil hingga remaja. Dari mulai malas mengaji hingga akhirnya menjadi rajin ke mesjid kecamatan ini karena direnovasi dengan dipasang marmer sekelilingnya dan menjadi arena balap tarik sarung yang seru melebihi grand prix Mandalika… hehehehe lebay.

Betapa begitu semangatnya menuju mesjid, lalu antri sorogan ke guru ngaji legend waktu itu, almarhum Ustad Ikin. Juga setor hafalan dan setelah beres giliran, langsung ijin pengen kencing ke kamar mandi. Nah pas keluar ruangan mengaji maka rasa pengen kencing hilang berganti semangat balapan karena lantai marmer mengkilat terbentang dihadapan. Begitupun kawan lain, Dade, Hilal, Deni, Deden, Agus, Hendra sudah bersiap dengan pasangannya untuk menarik sarung dan melesat paling cepat.

Berangkaaaat……

Tawa semangat dan teriakan canda anak – anak membahana, tetapi tentu tidak terdengar oleh pak ustad guru ngaji karena terpisah tembok ruangan yang cukup tebal. Hanya saja disaat para murid mengaji mayoritas ijin ke kamar mandi dan tidak kembali ke ruang mengaji, beranjaklah pas ustad untuk mencari kami yang ternyata asyik bermain.

Disaat beliau melihat kami yang sedang balapan. Kami refleks langsung berhenti dan menunduk karena rasa bersalah. Siap – siap dimarahin. Tidak ada kalimat sumpah serapah, tetapi sebuah kalimat nasehat bahwa sebaiknya di mesjid adalah tempat beribadah dan kurangi bersendagurau. Kami ber 7 kembali menuju ruang pengajian, bukan rasa takut yang hadir terhadap beliau, tetapi rasa hormat dan menjadi semakin segan.

Begitupun jika shalat menjelang, apalagi shalat tarawih yang cukup panjang dan ada celah lintas shaf rakaat maka arena eh jajaran orang berjamaah yang lurus, sangat cocok untuk ajang lari jangka pendek. Itupun bukan amarah yang dihadirkan, tetapi dikumpulkan setelah shalat dan diberikan wejangan tentang arti penting shalat berjamaah dan tidak menjadi pengganggu karena jelas merusak nilai pahala ibadah kita. Ah sebuah kenangan indah tenfang keberadaan masjid dan suasana yang ramah anak.

Sesekali ada hardikan atau makian dari orang dewasa yang menjadi makmum dan merasa terganggu dengan kenakalan kami. Tetapi mayoritas memakluminya serta menegur kami dengan kelembutan sehingga akhirnya kami paham bahwa proses benar dan salah perilaku itu menjadi kekuatan dan warna kehidupan pribadi di kala beranjak dewasa.

Ada juga perilaku kami di malam takbiran yang menghebohkan sekampung karena tengah malam membuat onar disaat bertakbiran di mesjid. Cerita lengkapnya bisa dibaca di CERITA RAMADHAN – PENTAKBIR MISTERIUS.

Kalau urusan romantisme berkaitan mesjid ini relatif tidak ada, karena belum memasuki tahapan beger… ‘Apa ya beger itu?’  Pengertian versi penulis adalah fase remaja yang mulai menyukai lawan jenis dan melihat bahwa lawan jenis itu begitu menarik hati. Jadi lebih banyak masa kenakalan anak saja bersama teman-teman tanpa repot dengan namanya pacaran atau putus cinta.

Kembali kepada kenyataan, hal yang harus disyukuri adalah kesempatan waktu dan segala unsur pendukungnya sehingga bisa menjalani hari terakhir puasa dan berlebaran bersama ayah ibu yang sudah memasuki usia 76 – 77 tahun yang selalu bugar serta memberi teladan bersikap, bahwa kehidupan ini harus dijalani dengan kesabaran dan terus diperjuangkan untuk memberi kemanfaatan kepada banyak orang. Semoga ayah dan ibu sehat selalu dan berumur panjang.

Nanti kita jumpa lagi pada celoteh ringan tulisanku ini. Met Lebaran ya guys, 1 Syawal 1444 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin. Wassalam (AKW).

Arabica Giri Senang – sruput brow

Saatnya ‘me time’..

CIMAHI, akwnulis.com. Pasca shalat witir saatnya memanjakan diri dengan format ‘me time’ yang sederhana. Yaitu prosesi nyeduh kopi ala – ala menggunakan manual brew V60 dan peralatan seduh yang tersedia. Apalagi pesanan dari kang Yuda – CoffeeRush sudah hadir dihadapan mata. Tidak ada lagi alasan untuk membiarkannya. Mari kita mulai… jeng jreeeng.

Nama beannya arabica giri senang dengan proses natural. Berasal dari varietas sigararuntang & typica dari bukit palasari dengan ketinggian tempat tumbuh sang kopi adalah 1250 – 1350 mdpl.

Yup sesi ‘me time’ yang singkat tapi berarti. Karena waktunya singkat dan tetap masih bisa bersama keluarga dalam momentum persiapan menyambut idul fitri 1443 Hijriyah yang semarak dan berbeda, setelah 2 tahun didera pandemi sehingga mudik dan balik menjadi terlarang. Sekadang semuanya bisa, maka menyeduh kopinyapun sambil memantau laporan situasi arus mudik dari media televisi dan IGlive. Semoga para pemudik diberi kelancaran serta keselamatan.

Prosesi penyeduhan arabica Giri senangpun berlangsung lancar. Setelah di grinder agar menjadi serpihan kasar maka dilanjutkan dengan sentuhan air panas 92° celcius menggunakan putaran searah jarum jam… hmmm harum kawan.

Maka pelahan tapi pasti, tetesan cairan hitam segar dengan keharuman yang memanjakan cuping hidung ini begitu menggoda. Tak sabar untuk segera menikmatinya. Bejana server kaca kesayangan dan corong V60 pink dengan setia menemani prosesi ini termasuk gelas kaca kecil duralex yang sudah 3 tahun setia mengantarkan hasil seduhan kopi agar tiba di bibir ini untuk diseruput perlahan dan diteguk penuh perasaan.

Maka, setelah prosesi penyeduhan berakhir. Inilah saat yang dinantikan. Tuangkan kopinya ke gelas kaca duralex, angkat dengan tangan… dan… tempelkan ke bibir yang sudah tidak tahan.. srupuuut…. hmmmmm… rasa segar menyeruak menjadi sensasi dasar.

Dari sisi bodinya medium lite, tetapi aciditynya menarik rasa asam yang berbeda, tipis tapi ninggal dibawah bibir dengan rasa lemon yang kuat. Sementara setelah diteguk, hadir after taste rasa manis yang menyenangkan, mirip manis strawberry, tapi selarik saja hadir lalu perlahan pergi meninggalkan kenangan manis seperti cerita romantisme masa lalu… apa siiiih.

Alhamdulillahirobbil alamin, badan terasa segar dan menghadirkan setetes dua tetes keringat di kening sebagai tanda tubuh menghangat serta raga menguat karena sentuhan cairan kopi panas dan tentu kandungan kafein yang bergulat dengan kenyataan.

Selamat beribadah di minggu – minggu terakhir bulan ramadhan dengan segala keindahan dan keberkahan pahala yang berlipat ganda. Wassalam. (AKW).

***