1 hari 6 moda transportasi bagian 2 (tamat)

Petualangan dalam hitungan belasan jam di ujung pulau Jawa, dari mulai Bis, motor ojeg, kereta api, becak, grab car, pesawat terbang dan grab car lagi bagian ke2, tamat dech.

Ini lanjutan cerita dari Bagian 1.

***

Photo : Petugas lagi meriksa tiket/dokpri.

Disaat keringat masih mengucur, nafas sedikit tersengal tetapi perasaan begitu tenang karena bisa duduk di kursi kereta Jagabaya yang akan mengantarkan diri ini ke titik pemberhentian berikutnya di Sidoarjo.

Kelas ekonomi yang dinaiki sesuai tiket cukup bersih dan nyaman. Kursi keretanya menyatu dan bisa digunakan berdua. Seorang bapak yang sedang bersila dengan santai, menurunkan kakinya dari kursi dan memberi ruang untuk duduk melepas ketegangan.

Posisi kursi saling berhadap-hadapan, dan sudah paten nggak bisa diputar-putar… sesaat petugas Restoran KA melewati dengan membawa beraneka makanan dan minuman yang kudu dibeli termasuk sewa selimut seharga 7 ribu saja selama perjalanan, dengan nyimpen KTP di petugas tentunya.

Petugasnya sopan dan ramah, begitupun bapak yang disampingku, kira-kira usia 55 tahunan yang ternyata sedang dalam perjalanan menuju Jakarta dengan kereta ini. “Kebayang pegelnya” celoteh dalam hati. Tapi melihat wajahnya yang sumringah, mungkin saja bapak ini naik kereta dengan bahagia karena bahagia itu tidak bisa dinilai oleh orang lain tapi hanya orang per orang saja merasakan karena bahagia itu domain Illahi robbi.

“Bapak mau pergi kemana?” Sebuah kalimat ajaib yang sukses membuka pembicaraan selanjutnya. Ternyata beliau seorang guru di salah satu Sltp di Kota Malang, sedang dalam perjalanan menuju Kota Bogor Jawa Barat bersama salah satu saudaranya yang duduk beda kursi. Beliau bercerita tentang ketiga anaknya yang sudah sukses bekerja. Dua diantaranya meneruskan profesi ayahnya menjadi guru di Malang dan di Pulau Madura serta yang satu lagi penempatan di luar jawa.

Dengan gaya yang sederhana, beliau memaknai perjalanan hidup dengan bersahaja. Bahasa yang santun dan tutur kata yang tenang serasa kembali menjadi anak smp sedang dinasehatin ama guru PMP (Pendidikan Moral Pancasila). Sementara di hadapanku, setelah berbasa-basi adalah ASN di Pemkot Malang yang sedang dalam perjalanan menuju Kota Cirebon. Diskusi kecil tentang kondisi pemerintahan di Malang pasca operasi KPK beberapa waktu lalu yang mencokok orang nomor 1 serta pimpinan dan jajaran legislatif.

Tapi diriku agak takut ngobrolin politik, untung saja bapak sepuh yang tadi menimpalinya dengan membahas keberhasilan anak-anaknya sehingga arah pembicaraan bisa lebih variatif dan mengarah kepada tema bagaimana ‘mensyukuri hidup dan menghidupi rasa syukur.’

Tak terasa perjalanan 1 jam 15 menitpun hampir berakhir, padahal pas inget tadi naik bis 4 jam karena kemacetan….. wuih memang Kereta api luarbiasa.
Kebayang klo kereta api ini bangun dan berlari…mungkin jauh lebih kencang lagi. Lha wong sekarang aja melata di rel udah cepet jalannya hehehehe.. Ngayal.com

Pas moo turun di Stasiun Sidoarjo, ada kereta api berpapasan dan namanya itu lho, ngingetin daku sama kawan dan kakak senior di Bandung sana yang berkutat di urusan peningkatan sumber daya manusia seperti Kang Budi, Bu Diah, Bu Retno, Teh Lis, Bu Tina, bu Nur, pa Firman dan banyak lagi nama-nama yang berkantor di Cipageran Cimahi. Penasaran?….. nich penampakan KA yang cocok dengan BPSDM…

Photo : KA yg cocok dengan Bandiklat/dokpri.

Bener khan?..

Berhenti di Stasiun Sidoarjo, sebuah stasiun kecil yang tertata rapih. Sejenak menvhela nafas dan menikmati toilet untuk berjumpa dengan wastafel sehingga bisa membasuh muka dan melihat raga di kaca… ternyata gagah juga. Segera keluar menuju ruang tunggu penumpang, buka smartphone dan pilih aplikasi Grab.

Photo : Nampak luar stasion Sidoarjo/dokpri

Proses order yang singkat, dan sang driver yang komunikatif. Langsung dia nelpon dan menyatakan area stasiun adalah ‘Zona merah’ alias nggak boleh masuk dan nunggu agak jauh di salah satu mini market. Ya sudah, setelah memotret bangunan stasiun, bergerak keluar gerbang dan…. melihat becak berjejer.

Mas ke depan ya, dekat minimarket xxxx” “Monggo mas, ndereng pinara” transaksi sederhana penuh tatakrama mengantarkan diri menikmati transportasi ke empat yaitu becak tanpa atap… wuiiis, angin menerpa wajah disaat becak melaju kencang.

***

Moda transportasi ke 5 adalah sebuah mobil Suzuki Ertiganya bapak Moch Cholil seorang bapak berumur yang ramah. Tak banyak bicara tapi nyaman membawa mobilnya. Ternyata dari titik ini menuju bandara Juanda memakan waktu lumayan lho, 31 menit. Untungnya waktu yang tersisa masih leluasa sehingga perasaan tetap nyaman dan gembira.

Setelah beberapa titik terdapat kepadatan lalulintas, akhirnya tiba juga di gerbang bandara juanda dan mengarah ke Terminal 2. Dari penjelasan pak driver, terminal 2 ini adalah terminal lama yang direvitalisasi dan digunakan untuk penerbangan Garuda Indonesia dan penerbangan internasional sementara terminal 1 untuk penerbangan domestik lainnya. Jaraknya memang berdekatan tetapi akses pintu masuknya beda.

Jadi bagi para pelancong, jangan malu bertanya jika sedang beredar di luar daerah atau di luar negeri. Ingat pepatah ‘Malu bertanya sesat dijalan, besar kemaluan susah berjalan’ ….. upppps maaf.

***

Proses check in yang mudah, suasana bandara yang ramah serta hati ceria meriah karena bisa melewati perjalanan yang begitu variatif dalam waktu sangat singkat. Bukan 1 hari sebenernya… tapi beberapa jam menikmati beraneka moda transportasi. Coba dirunut :
08.15 – 11.15 Bis Pariwisata
11.15 – 11.35 ojeg lokal
11.45 – 13.05 KA Jagabaya
13.10 – 13.26 Becak Sta. Sidoarjo
13.31 – 14.01 Grabcar – S.Ertiga

Wow 5 moda transportasi darat dalam 5 jam….

Satu lagi transportasi udara… nunggu panggilan.

Rehat yang panjang di terminal 2 Bandara Juanda terasa menyenangkan karena tiket sudah dipegang tinggal menunggu panggilan masuk pesawat. Sambil berkeliling menikmati suasana bandara, pikiran terus berputar dan ide menulis mulai bermunculan. Tetapi ternyata sang perut perlu diisi sebelum merana kelaparan, ya sudah cari tempat makan yang nyaman sekaligus beristirahat menunggu panggilan.

Bebek goreng setengah tanpa nasi menemani penantian ini ditemani segelas teh tawar panas… nikmaat. Pedasnya bikin otak membara dan so pasti bibir, lidah hingga lambung mendesssah…. pedeeees tapi enak dan untuk menghindari pedas berkepanjangan, maka semangkok soto ayam tersaji sebagai makanan penutup. RW06.com

***

Diawali panggilan lembut di pengeras suara bandara, masuk mengantri via garbarata akhirnya tiba di dalam pesawat Garuda. Duduk di tempat yang sesuai di tiket tertera, pasang sabuk pengaman dan segera mengutak atik fasilitas penerbangan yaitu VOD (Video on demand), pasang earphone… eh sebelumnya photo dulu citylight Kota Sidoarjo dari balik jendela. Kerlap kerlip lampu kota menyimpan kenangan serunya perjalanan soang tadi, disana.

Sebuah kotak makanan ringan menghampiri dan yang ajibb adalah segelas kopi hitam tanpa gula dengan rasa lumayan, menemani perjalanan pulang menuju Bandung kota tercinta.

Tepat pukul 19.20 sang burung besi mendarat di Bandara Husein Sastranegara. Segera menghambur dari pesawat bergerak cepat sambil nyalain smartphone dan order Takol (taksi online)…. ternyata…

Kembali istilah ‘Zona merah’ muncul dari percakapan dengan sang calon driver. Tapi karena cuman sendiri dan tak banyak bawaan, tanpa bagasi juga. Ya udah ngloyor keluar bandara dan menyusuri jalan lurus menuju jalan padjajaran sekitar 900 meteran (soalnya nggak diukur.. hanya rumus kira2)… melewati puluhan taksi yang menunggu penumpang plus para pengemudi yang memberi tawaran.

Ya klo yang bawa sepuh atau yang sakit, plus juga kondisi hujan.. ya sebaiknya pilih taksi yang ada. Tetapi syaratnya pastikan kejelasan harga dari awal ataupun kepastian menggunakan argo. Hindari transaksi setelah masuk di taksi, hindari pokokna mah.

Soalnya klo taksi online nunggunya di luar area bandara dan cukup jauh berjalannya. Kecuali sendiri atau rame-rame dan sehat semua. Juga tidak sedang hujan.

Akhirnya transportasi darat lagi, Grab car Toyota Avanza mengantarkan raga dan jiwa ke arah bandung utara, menuju tempat dinas ibu negara.

Setelah jumpa, barulah pulang ke rumah bersama istri tercinta dengan posisi sebagai pengendara.. jadi totalnya 7 moda transportasi… 6 angkutan umum dan 1 angkutan pribadi.

***

Itulah sebuah kisah perjalanan menggunakan berbagai moda transportasi dalam waktu singkat, andaikan ada juga perahu atau speedboat yang digunakan… itu lengkap sudah mameeen.. darat-laut-udara hahay.

Wassalam. (AKW)

RUJIT

Geuning sabar téh teu aya watesna..

Photo : Aki nuju mapatahan Néng nini / Doklang.

#FikminSunda

Sakecap natrat sakalimah ngagurat, lambey nu janten cukang lantaran dibantos ku létah nu teu weléh ngumbar amarah. Tapi ulah hilap réhna sadaya ucap tur paripolah téh diatur ku wirahma manah nu sakapeung mah pasalia sareng uteuk nu ngutamikeun asak pikir.

Kecap ‘rujit‘ tiasa janten mamala upami diréncangan ku kecap ‘aing mah’ komo bari raray ngabalieur, beuki angot ningalikeun kaceuceubna.

“Salah sawios landong pikeun ngicalkeun rujit haté nyaéta kedah seueur syukuran kana naon waé anu aya dina kahirupan urang, ulah nungtut waé hoyong sampurna sagala rupi téh, kitu néng” Soanten leuleuy Ki Sumanta mapatahan Nini Uti nu manyun bangkenu nincak poé ka duapuluh tilu.

“Rujit aingah ngadéngéna!” Nini Uti ngagorowok tuluy ngaléos.

Ki Sumanta ngaheruk, rumasa can bisa mapatahan jikan nu baheula dipikacinta. Kecap ‘rujit‘ ngorowotan duriat. (AKW).

Melukis diri

Menatap malam menggambar harap.

Tengah malam akhirnya terlewati, tetapi ternyata mata belum sesekali terpejam sendiri. Seolah bersekutu dengan otak dan kompakan dengan tubuh yang semakin segar tanpa ada tanda-tanda kantuk datang.

Serasa tidak biasanya. Ditambah dengan sesekali gatal tenggorokan meningkahi, munculkan batuk yang sedikit mengganggu.

Biasanya mah pelor alias nempel molor, nemu bantal ataupun nggak. Asal nempel di kasur maka terlelaplah tanpa perlu berhitung menit.

Akhirnya mencoba melukis asa diatas langit-langit kamar, mengambil kuas harapan dan menyapukan pelan-pelan untuk hasilkan angan yang memberi pengharapan.

Tidak lagi berfikir kenapa kok tidak bisa tidur memejamkan mata seperti biasa, tapi disibukkan dengan badan telentang tapi pikiran sibuk melukis angan di atas langit-langit kamar kehidupan. Siluet aneka warna mulai terbentuk dan mewujud abstrak tapi penuh makna.

Seekor naga berwarna-warni melindungi bola kaca kuning keemasan berpadu dengan birunya langit dan hijaunya savana, hadirkan sinergi warna yang begitu memikat. Meski itu hanya angan. Biarkan pikiran bebas terus berkumandang.

Seiring lukisan angan hampir mencapai bentuk sempurna, tak terasa mata tertutup badan terlelap. Serasa badan menjadi ringan dan sedang menunggangi naga warna diatas langit bumi pancatengah. Kesuburan tanah dan areal persawahan serta perkebunan yang hijau memanjang dibatasi kelokan sungai yang menjadi batas alam.

Udara segar dan begitu segar sepanjang mata memandang… nikmat sekali, Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban…

Tiba-tiba, “TRIIIIIING TRIIIIING!!!!” suara alarm membuyarkan lukisan alam dan hancurkan sang naga yang sedang asyik berkeliling. Semua gambaran hilang. Tergantikan suasana kamar yang temaram. Jam menunjukan pukul 3 dini hari… ooow alhamdulilah ternyata tertidur jugaaa.

Tapi dengan segenap kekuatan yang ada, bergerak bangun tanpa menunda. Menyambar handuk dan menyalakan air panas di kamar mandi. Bukan apa-apa, karena Pesawat di Bandara Husein jurusan surabaya pasti nggak bakalan menunda penerbangan gara-gara salahsatu penumpangnya bangun kesiangan… ‘jebur.. jebuur.’

Lawan dingin perangi kantuk, segera bergerak meski tenggorokan masih serak. Menjalani tugas meskipun harus dini hari bergegas menuju bandara yang akan menjadi tempat pengantar tugas DL hari ini. Hayuuu. (AKW).

BENING

Kewaspadaan adalah nyata tapi kerisauan bisa hancurkan rasa.

Segelas sajian cairan bening menggugahku malam ini.

Awalnya mencoba meyakini bahwa itu adalah air mineral yang berpindah tempat dari botol plastik ke gelas bening itu.

Tapi ternyata, …..

Bisa saja itu adalah wine yang menyamar berselimut keanggunan dalam balutan cerdas tanpa warna yang tetap saja memabukkan.

Atau mungkin segelas kopi bening yang jelas mengandung unsur kafein tetapi dihasilkan dari inovasi terkini sehingga mampu mendobrak pakem bahwa cairan kopi itu tidak harus melulu hitam.

Dua pilihan ini saja sudah membuat adrenalin kewaspadaan meningkat tajam meskipun kadar kepasrahan atas bergesernya kemajuan jaman adalah kenyataan yang harus diterima.

Belum klo ada asumsi lain yang membangunkan diskusi tanpa kejelasan akhir.

Tanpa perlu berfikir lebih banyak dan malah menghasilkan hoak-massal dari para kaum non-cekricek yang memviralkan sesuatu, padahal yang bersangkutan belum paham atau malah belum baca tuntas tapi hanya menggugu sebuah judul bombastis saja.

-***-

Langsung sambar tuh gelas, baca Basmallah dulu dink… glek minum.

….
….

Ternyata segelas air mineral yang menyegarkan.

Alhamdulillah.
Gitu ajah. (AKW).

Ngudag Panonpoé

Ngudag kahayang ngabuktikeun kamampuh, kudu bisa.

“Sok geura udag kahayang jang, jugjug mun bener éta hayang silaing!” Sora Aki Umid ngajelengéng dina sirah basa uing balaka hayang ngudag panonpoé.

Teu loba carita, gasik bébérés. Pangsi jeung iket digémbol maké sarung. Teu poho bedog si cépot jeung koréd leutik. Uyah sapuruluk jeung hinis keur pakarang pamungkas.

Indung peuting karék reup basa uing amitan ti paguron Tapak waja. Teu loba nu nyaho, ukur Ki Umid jeung Sanghyang Widi.

Leumpang mapay landeuh unggah pasir, teu beurang teu peuting muru kahayang nu can kacumponan. Didodoho isuk-isuk kalah nyamos, ditungguan pasosoré kalah ka ngilang. Tungtungna moro nu aya, meunang layung dua gémbolan. Matapoé mah nyingcet tuluy digilir ku purnama jeung béntang nu kucap kiceup baranang.

Kitu jeung kitu wé salila genep warsih téh, capé. Ampir-ampiran pegat harepan, balik éra teu balik kumaha.

***

Ayeuna uing didieu, nempokeun anjeun datang nyaangan dunya. Tingtrim rasa seger rumasa, aya bagja jeung tumarima nyaliara dina awak nu teu boga daya upaya.

Geuning lain anjeun nu kudu jadi jugjugan uing, tapi nu nyieun anjeun nu kudu ku uing di sembah di dama-dama.

Wassalam.

Palataran masjid Pasirhalang, 200318. (Akw).

Diary Coffee 2 – APPSI

Puisi ke-2 seputar Rakernas APPSI tapi tema utama tetaplah.. Kopi :).

Sekuntum mawar merah
Tersenyum merekah
V60 menyeduh hingga terengah
Hasilkan segelas kopi Gayo nan indah

Cold brew Kiwari Farmer beraksi
Selalu teguh munculkan sensasi
Rasa dingin bersaksi
Menemani Rakernas APPSI

Kopi Java Preanger Ahertiani
Memberi rasa wangi membumi
Rasa sweety bercampur rapi
Sajikan minuman segar mewangi

Pejabat dari Sultengpun minta lagi
Setelah cold brew luwak manglayang dinikmati
Java Preanger semua dirasai
Tiga varietas pulangpun menemani

Ibu pejabat Sulselpun tak mau kalah
Cicipi rasa kopi hilangkan lelah
Satu seruput kurangi resah
Ternyata dibalas dengan sepasang coklat besar yang renyah

Pejabat Sultra yang tak terlalu suka
Karena kopinya mesti tetap bergula
Jadi hanya coba sedikit saja
Lumayan agar menjadi pecinta kopi pemula

Masuk lift berbuah berkah
Bertemu bos Steven yang lagi sumringah
Proyek Cisanti makin merekah
Luwak Sukirya datang lebih dari tiga buah

Masih sekuntum mawar merah menemani
Berpadu dengan espresso yang berani
Single shot coba di jabani
Di Trans Luxury Hotel ini terjadi

Tugas L.O akhirnya kelar
Layani tamu Rakernas para bos amtenaar
Termasuk beberapa sosok tenar
Yang mungkin 2019 bersinar

Setelah 3 hari tunaikan tugas
Saat bersama keluarga hilangkan cemas
Tapi panen tomat cheri tak bisa lepas
Digabung dengan kopi segelas
Hasilkan rasa yang bikin gemas.

Cimahi Selatan, 240218. (AKW).

Long wiken (weekend) kerja.

Ini sih hanya curhat, “Dear diary online…..”

Libur panjang yang diawali dari hari jumat ini tentu menjadi dambaan para pekerja kantoran yang selama ini berjibaku mengabdi melaksanakan aneka tugas dan kerja demi sebongkah rupiah yang dinanti di akhir bulan ataupun awal bulan untuk para pegawai negeri dan ASN.

Photo : Suasana minggu malam menjemput istri/dokpri.

Mungkin sudah ada yang berencana akan kemana bersama siapa dalam mengisi long wikend ini. Urusan kemana sih relatif gampang di jaman now mah, tinggal buka smartphone, ketik di search enggine keyword : ‘best destination at... (pilih kota)’…
Murudul tah.. eh maaf, segera bejibun info tentang lokasi tujuan liburan atau wisata dengan berbagai info dan cerita.

Jangan percaya gitu aja, cek and ricek wajib kawan. Hasil googling bisa ditinjut (ditindaklanjuti) dengan telepon langsung ke nomor yang tertera di website resminya. Supaya tidak perangah disaat tiba di lokasi wisata ternyata menjumpai harga yang jauh lebih mihil.

Kedua adalah dengan siapa moo long wiken?

Bareng keluarga, anak istri.. itu yang ideal. Manfaatkan waktu libur untuk membangun quality time dengan keluarga tercinta. Karena apa?… karena e karena... itu yang akan menjadi investasi jangka panjang kita. Terutama psikologi anak yang dekat dengan orang tua terutama ayah, memberi kestabilan emosi bagi sang anak di saat dewasa nanti.

Trus klo ada printah di long wiken?….

Ga usah jadi nightmare juga pren. Tapi lihat substansi, klo bisa dikerjain sambil kumpul anak istri. Ya beri pengertian istri dan anak, minta waktu barang sejenak. Untuk buka laptop dan udah beres send by email ke bos.. tuntas.

Photo : Menjemput sore bersama anak semata wayang / dokpri.

Yang berabe di saat perintahnya musti hadir di kantor, rapat bersama.. itu mah perlu negosiasi bilateral dengan berbagai pihak heu heu heu. Terutama anak istri yang berharap banyak untuk bisa libur bersama.

Dilema melanda, antara cinta dan tugas mendera. Disini yang muncul adalah kompromi, meskipun terkadang mood udah rusak. Tapi apa mau dikata. Nasi sudah menjadi bubur, tinggal tambahin abon dan irisan cakue. Lumayan ngenyangin.

Ya jikalau bukan rutinitas dan urgenitasnya level super prioritas, apa mau dikata… resiko jeneng. Terpaksa ubah liburan menjadi rapat, eh jangan terpaksa ding, tapi ‘belajar ikhlas.’

Kecuali klo rapat di hari libur itu menjadi rutin…. itu mah…. yaa gitu dech.

Eh klo nglantur. Back to topic, dengan siapa kita long wiken?..

Lebih ideal lagi ajak keluarga besar sabondoroyot. Resikonya perlu kordinasi lintas generasi dan kepastian sharing biaya. Kecuali siap nanggung semua, itu lain urusan. Tinggal atur agendanya kumaha, diskusikan, sepakati… deal and go.

Trus klo yg belum punya pasangan, moo wiken ma siapa?…

Jangan kecil hati mblo, siapa tau dapet jodoh di tempat wisata. Manfaatkan waktu sendiri untuk memaknai kehidupan ini sambil mensyukuri nikmat Illahi. Karena jika sudah berpasangan nanti akan beda lagi nilai syukur nikmat itu…

Ini mah bocoran… klo udah nikah mah, wisata itu nikmat pisan ama istri, apalagi klo anak nggak ikut dan dititipin ke mertua… upssst teganya.

Udah ah, gitu aja curhat di long wiken ini. “Kenapa nulis ini?… ” “karena memang nggak long wiken.”

Hari jumatnya nglembur setengah hari, sambil antar jemput istri yang masuk kerja. Sabtu di rumah bersama anak istri. Minggunya kembali anter istri kerja.

Kacian dech….

Yaa.. kembali itu tadi, obatnya adalah belajar ikhlas dan belajar bersyukur.

Sekali lagi, met wiken and long wiken pren, Wassalam. (AKW).

Pertolongan tak terduga.

Suntuk dan kecewa itu manusiawi, ikhtiar tiada henti yang menjadi nilai hakiki dan Doa sebagai senjata utama.

Terik mentari membakar bumi di siang yang penuh janji. Beberapa kali harus bolak balik melewati lapangan upacara yang sekaligus halaman kantor tempat berkarya dan mengabdi. Berjalan cepat kesana kemari demi menghadiri dua acara rapat ditambah satu sesi diskusi.

Photo : Peserta Nego yang tak sampai kata sepakat /Dokpri.

Hingga akhirnya bel jam istirahat berdentang, memberi secuil harap untuk rehat sejenak dari kesibukan yang telah diawali sejak pagi tadi. Belum lagi hati masih sedikit sakit eh… dongkol, karena di komplen oleh bos besar di acara rapat kedua karena dianggap tidak kompeten dalam melakukan negosiasi… sial bingit… mimpi naon tadi malem.

Untungnya support dan aneka candaan dari bos lain bisa meredam luka ini… ahiw segitunya… bukan luka sih.. cuman baret baret tapi perih pas kena air…..ternyata di komplen di forum rapat itu nyesek bangeet. Terasa hati mengeras tapi nelangsa, ingin meneteskan air mata takut disebut cengeng padahal… hanya mau membasuh bola mata yang terlalu lama dipakai melihat rentetan dosa… hahaw mellow.

“Nggak bisa nego lo..”

Nggak bakat jadi negoisator kamu..”

Ah terngiang kembali teriakan dan omelan yang menyasar mental memukul perasaan. Bangkitkan gusar hadapkan kegamangan.

Sedih?…. pasti.

Kecewa?… iyaa.

Trus lu mau gitu terus?…. euh ya enggak lah.

Diskusi sengit di dalam rongga otak membangkitkan semangat. Memberi secercah harapan dan sekuah keinginan, ingin bisa nego sama pihak lain

Pengen bisa menyampaikan tujuan dan ajakan kepada pihak lain tanpa terasa menggurui apalagi memerintah, ow gampang-gampang susah.

Moo nyari buku ke Gramedia atau Togamas udah nggak bakalan sempet, googling macet karena wifi di kantor internetnya lagi ‘under maintenance’ akhirnya pasrah saja dengan kenyataan. Sementara satu negosiasi lagi harus dihadapi sore ini.

Waktu terus berlalu seiring nafas memburu. Sementara diri ini semakin galau karena makin dicari eh makin susah tuh teori negosiasi ditemukan. Akhirnya kembali kepada kepasrahan kehadirat Illahi Robbi, Allah Azza Wazalla. Tengadah tangan meminta berpadu dengan wajah tertunduk, berusaha khusyuk berdoa.

*****

Ternyata takdir kehidupan sulit ditebak, hingga tamu datang, aku masih kelu khawatir salah ngomong salah ucap sehingga nego-negonya merugikan pihakku atau malah tidak bernego alias batal. Duuh… gimana nich….. itu lamunan yang makin menekan rasa ini.

Tiba-tiba ada yang nyolek pinggangku, “Pak kenapa wajahnya kusut banget, nggak seperti biasanya?” Kakek tua tukang taman di kantor menyapa… tumben.
Berceritalah dengan lancar, masalah besar yang dihadapi dan akan segera tiba beberapa menit lagi.

Kakek tua tersenyum, “Gampang itu mah pak, kebetulan kemarin baru mudik dari Cianjur. Ini aja digayem (dikunyah) sambil baca Alfatihah. Insyaalloh pertemuan sore ini lancar.” Sebuah komentar ajaib dari sang tukang beberesih taman yang selama ini jarang ngobrol. Paling cuman menegur sambil berbagi senyum. Tangannya menyodorkan 5 butir manisan buah.

“Hatur nuhun Ki” Tak banyak bertanya karena waktu udah mepet. Segera 5 butirnya masukin mulut hingga bejubel. Dikunyah tergesa-gesa, terasa manis dan sedikit rasa asam yang menyegarkan. Tidak lupa baca Alfatihah sesuai anjuran kakek tua tadi.

Amazing….. Pertemuan sore itu berhasil gemilang. Negosiasi lancar, pihak tamu merasa nyaman dan bos besarpun tertawa lebar mendengar hasil dari kesepakatan.

***

Adzan magrib berkumandang sesaat raga ini masuk kembali ke ruang kerja. Tidak ada suasana lelah karena berganti riang dan satu map berkas kesepakatan. Case closed.. alhamdulillah.

Photo : Manisan buah Lobi-lobi yang menyegarkan / dokpri.

Penasaran dengan manisan buah yang diberikan si Aki. Segera search di jagad maya, tak sulit menemukan buah ajaib penggugah semangat negoisasi, yaitu buah Flacourtia Inermis atau disebut juga Batoko plum… dan nama gampangnya adalah buah Lobi-lobi… heuheuheu.

Disclaimer : ini hanya tulisan fiksi ya gan. Tapi bener loh, manisan lobi-lobi cocok pisan dinikmati sebelum nego dengan pihak lain. Dijamin lobi-lobinya lebih lancar. Wassalam. (Akw).

M.Si vs MSI

M.Si adalah sesuatu yang menarik untuk di bedah dan dipelajari. Apalagi MSI ternyata miliki arti dan makna berbeda. berbeda itu biasa, tapi bersama-sama memahaminya, itu luar biasa.

Weekend time…. saatnya kutrat kotret nulis sesuatu yang terlintas di otak dan gerak bergerilya di kepala. Mengajak untuk menyusun kata menjalin kalimat untuk selanjutnya dicurahkan menjadi cerita singkat setelah tuntas bercengkerama dengan keluarga tercinta….

Tret.
Tret.. kotret..

Pikiran melayang ke hari kerja di selasa pagi…..

Langit sedikit berawan disaat beranjak menjemput harap. Melangkahkan kaki menuju tempat berbakti, sebagai seorang pegawai negeri. Seragam telah melekat rapih di badan dilengkapi papan nama, pin Korpri dan tanda pengenal yang menampilkan pasphoto 3×4, dengan pose terbaik pada masanya. Sebuah gelar di belakang nama lengkap menemani keseharian terutama urusan kedinasan.

Mau tau gelarnya?….

Mau tau atau mau bangeet?..

Ya udah, gelarku itu ada M.Si.-nya.

Udah itu aja….

Eit belum atuh. Klo cuman gitu, berarti somse kata om Doel Sumbang mah, sombong sekali. Padahal gelar itu banyak banget yang punya. Termasuk di lingkungan pegawai negeri.

M.Si itu adalah gelar yang disematkan kepada lulusan pasca sarjana (Magister/master)atau S2 yang tuntas melaksanakan pendidikan di Universitas Dalam Negeri di bidang ilmu terapan. Tidak hanya yang terkait itung-itungan tetapi juga keilmuan lain seperti ekonomi dan pemerintahan. Nah klo di luar negeri untuk Magister Science itu M.Sc, klo lulusan S2 Universitas di dalam negeri dapetnya M.Si.

Gelar ini klo bicara kepangkatan maka bisa mempermudah alias memuluskan mencapai golongan IV/a atau klo di POLRI selevel sebagai Pamen yaitu AKBP dan Letkol klo di TNI… meskipun di POLRI dan TNI ada syarat lain untuk kenaikan pangkat tersebut (klo salah mohon koreksi).

Tapi… ada juga yang mlesetin singkatan M.Si ini yaitu Master Segala Ilmu hehehehe…. meskipun itu ada benernya juga. Menguasai aneka ilmu?…. nggak juga sih. Karena ilmu itu sangaaaaat banyak ragam rupa dan bentuknya. Klo beberapa tetes ilmu itu mungkin, itupun hanya kulit-kulitnya saja atau istilahnya generalis bukan spesialis.

Lalu balik ke M.Si lagi, ada arti yang lain lho. Nggak percaya?.. googling geura. Klo tanpa ada titik, maka diyakini para penggila Game di komputer atau laptop akan sangat kenal. Yup MSi, merk komputer, laptop, notebook, motherboard dan berbagai kelengkapan wajib gamer yang merupakan merk produk dari Micro Star International, Co.Ltd. perusahaan yang berbasis di Taiwan dan berdiri sejak 1986 (kata wikipedia ini juga).

Daan… trakhir untuk MSI ini sebuah singkatan yang hanya melekat kepada beberapa individu aja. Berarti tidak bersifat umum. Yakni gelar yang melekat kepada pegawai yang paling rajin pindah jabatan. Setiap kali ada upacara seremonial pelantikan maka selalu dia diundang dan dipindahkan. Sehingga gelar MSI tersebut adalah ‘Mutasi Selalu Ikut’.

Pernah juga itu melekat pada diri ini, sehingga dalam kurun waktu 8 tahun, 7 kali ikutan pelantikan untuk jabatan yang berlainan. Semoga MSI yg ini nggak berkelanjutan, soalnya lumayan juga musti penyesuaian tiap tahun, khan butuh kesiapan phisik dan mental serta kesiapan aspek lainnya.

Udah ah…. jadi itulah beberapa istilah tentang M.Si-MSi-MSI.

Maaf jikalau dipaksa membaca celoteh malam yang mungkin nggak penting-penting amat. Tapi mungkin saja tulisan ringan dan ringkas ini bisa membagi sedikit rasa ceria di weekend ini.

Sambil tak lupa nyobain baju PSH yang telah setahun lebih tersimpan rapi di lemari sejak upacara pelantikan tahun yang lampau. Wassalam. (AKW).

Gendong istri yuk

Silaturahmi RT dan hikmah pahala bagi suami yang gendong istrinya.

Minggu pagi adalah hari keluarga, bangun pagi sholat shubuh, lanjut untel-untelan sama anak istri. Becanda atau mungkin akhirnya terlelap lagi. Hanya saja ternyata tidak sebebas yang dibayangkan karena undangan silaturahmi halal bihalal RT sekitar rumah serta undangan pernikahan kolega telah mengingatkan untuk beranjak dari comport zone meluk bantal istri dan anak, bergeser mencari selarik handuk untuk menemani pasca membilas diri.

Silaturahmi di RT sekitar rumah menjadi urusan prioritas karena merupakan moment yang langka. Karena senin hingga jumat berangkat pagi pulang petang & sabtu jika tidak ada tugas maka mengantar istri yang bekerja, minggunya jadwal keluarga. Maka bertemu tetangga hanya sebatas say hello saja. Tidak sempat berkongkow ria ngadu bako baceprot durarang duraring.

Maka bersama istri dan ibu mertua hadir bersama, bersukaria karena kembali bisa bersua dengan para tetangga.

Tepat pukul 10.00 pagi, MC memulai acara dilanjutkan lantunan ayat suci alqur’an serta saritilawah yang petugasnya para tetangga. 

Lalu parade sambutan dari para pemimpin mulai dari Pak RW, Pak RT hingga sepatah kata dari tetangga yang akan menunaikan ibadah haji tahun ini.

Acara pokok adalah Tauziah oleh Ustad Zaenal Abidin yang energik serta bersuara merdu membawa hadirin begitu terlarut dengan rangkaian kata dan kalimat yang mengupas aturan agama dalam keseharian.

Halal bihalal adalah istilah yang merupakan genuine product made in Indonesia. Kenapa?…

Karena istilah ‘Halal Bihalal‘ tidak akan ditemukan di negeri arab ataupun di negara timur tengah lainnya karena bukan bahasa arab. Meskipun maknanya jelas adalah sebuah momen silaturahmi saling bermaaf-maafan pasca bulan ramadhan berakhir.

Bulan ramadhan adalah ajang pelatihan, diklat kepribadian secara komprehensif, tarbiyah riyadhoh dimana hasilnya itu akan terlihat di bulan syawal dan bulan-bulan berikutnya. Apakah masih shaum sunnah, qiyamul lail, tadarus, berzakat serta perbuatan baik lainnya seperti di bulan ramadhan atau tidak?, berzakat adalah ciri kepedulian kepada sesama.

Lalu pasca ramadhan kita malah kembali ke kebiasaan awal?… berarti diklat ramadhannya belum berhasil.

Ada sebagian ulama menyampaikan bahwa ciri seseorang yang mendapatkan malam lailatulqodar adalah seseorang yang amaliyahnya semakin baik di bulan syawal dan bulan-bulan seterusnya.

Beranjak kepada silaturahmi tadi, jangan dulu berkoar untuk menjaga hubungan baik dengan tetangga sebelum dengan orang terdekat di rumah dulu silaturahmi terjalin sempurna. Akan berwujud keluarga harmonis dan bahagia.

Rasulullah mencontohkan kedekatan dengan istri itu adalah senantiasa menyebut atau memanggil istrinya itu dengan nama yang penuh keindahsn dan rasa cinta. Mendudukkan istri diatas pangkuannya sambil melantunkan bacaan ayat suci Alqur’an. Kerennn dech.

Sekarang bagi yang sudah berkeluarga maka belajarlah menggendong istri masing-masing dengan syarat ikhlas dan ridho. Ada hadits menyebutkan bahwa jika seorang suami menggendong istrinya maka dosa suami akan diampuni seberat berat badan sang istri. Jadi bagi para istri yang montok bin gemuk tidak perlu gamang diet mati-matian karena justru makin berat sang istri makin banyak dosa suami yang diampuni, dengan syarat sang suami mau ngagandong dengan tulus & ikhlas.

Sebaliknya untuk sang istri ada juga pahala besar yang bisa dilakukan di rumah masing-masing. Secara mendasar bahwa tugas mengurus anak, mengurus rumah, mencari nafkah adalah tugas & kewajiban suami. Tugas istri simpel sekali. Syarat masuk surga bagi seorang istri ada 3, yaitu : taat kepada Allah SWT, taat kepada Rasulullah dam terakhir taat kepada suami. Maka hal-hal yang diperintahkan suami wajib hukumnya selama tidak melanggar norma masyarakat dan aturan agama

Apalagi ikhlas menjalaninya. Mencuci pakaian suami dengan ikhlas maka mendapatkan 1000 pahala, 1000 kebaikan dan 1000 ampunan dosa. Tinggal dikalikan saja, apalagi jika nyuci baju suami yang bejibun. Atau lebih mantap lagi jika sang istri memandikan suami.

Kembali kepada momen silatutahmi pasca lebaran maka yang diharapkan adalah peningkatan ibadah dan amaliyah kita di bulan syawal & seterusnya hingga kita semuanya adalah hamba yang cumlaude dari diklat ramadhan sebulan penuh.

Acara halal bihalal ditutup dengan musafahah salam-salaman. Tidak sempat mencicipi makanan yang tersaji karena harus segera mengejar waktu memenuhi undangan pernikahan di pusat Kota Bandung.

*) Sumber Photo & Video : dokumentasi pribadi.

Wassalam

Wassalam WrWbr

@andriekw Argoparahyangan 120717