DIPLOMASI KOPI DI TUGAS BARU.

Tak pernah habis cerita tentang kopi dan kita

CIMAHI, akwnulis.com. Perpindahan tugas diikuti dengan ritual pribadi yaitu diikuti aneka kardus yang berisi sesuatu. Maaf bukan berkas ya, karena berkas kerjaan tentu ditinggalkan untuk sebuah keberlanjutan. Mau tahu isi dusnya apa?… penasaran khan?.

Sebelum ngebahas isi dus maka di cek dulu secara detail bahwa yang dibawa adalah barang milik pribadi. Sebagai kelengkapan administrasi terkait barang atau fasilitas milik dinas, tinggal dilengkapi berita acara serah terima dan diusahakan 3 hari setelah alih tugas, semua sudah dikembalikan.

Nggak khawatir di tempat baru ternyata fasilitas pendukung belum ready?” Sebuah tanya menyeruak. Jawabannya santuy, “Kita lihat saja”. Titik.

Nah sekarang kita spill urusan dus yang dibawa. Mayoritas diberi nama PERALATAN KOPI. dus pertama isinya gelas kaca bulat kecil lucu bening dan rentan pecah, gelas drum mini, teko kaca. Dus kedua berisi teko pemanas elektrik dan corong filter V60 lengkap dengan 16 helai kertas filternya juga teko kecil stainless drngan corong leher angsa untuk keabsahan proses seduhan manual. Dus ketiga adalah stok biji kopi ataupun yang sudah digrinder siap seduh dari beberapa merk kopi termasuk masih ada KOPI TURKI kiriman seorang kolega yang baik hati.

Sebenernya ada juga mesin grinder elektrik, tetapi setelah mengetahui asal muasalnya maka lebih baik tetap berada di penugasan lama dan menjadi saksi memori kebersamaan kita selama 2 tahun menjalankan diplomasi kopi dalam diskusi dan interaksi.

Prosesi membuka dus satu hingga dus seterusnya dan menata di tempat kerja baru dilakukan secara hati-hati tapi harus cepat. Karena beberapa request untuk menjambangi kantor baru dan menikmati kembali sajian kopi manual brew V60 bersama-sama sudah mulai bermunculan. Jangan sampai sang tamu penikmat kopi datang, peralatan belum siap. Malu atuh Mang Kopi Kohitala.

Sebenernya ada 2 alat yang terpaksa ditinggal dan menjadi kenangan. Pertama adalah termometer yang jadi saksi suhu antara 90° – 92° celcius dan juga kedua timbangan digital kaca untuk memastikan gramasi dan banyaknya volume air. Keduanya pecah berantakan karena terjatuh ke lantai dan berubah seketika menjadi kenangan. Mungkin memang mereka berdua tidak mau pergi dan tetap abadi di tempat kerja terdahulu.

***

Tak perlu menunggu lama, keesokan harinya tamu perdana datang dan langsung disuguhi sajian eh seduhan kopi manual brew V60 dengan beannya dari TONA’S COFFEE arabica wine yang jadi the best signaturenya karena bodynya bold, acidity maksimal dengan aftertaste wangi tajam. Dijamin bagi penikmat akan deudeuieun..  eh keterusan.

Dilanjutkan hadirnya kolega youtuber sukses dengan channel @kangkanda serta berbagai tamu dari aneka divisi internal dan eksternal termasuk tentunya teman – teman satu divisi yang baru. Sruput mode on.

Yang mau lihat ekspresi aslinya bisa tonton videonya di channel youtube @andriekw – menikmati Tona’s Coffee.

Ternyata diplomasi kopi memiliki banyak arti, mempererat persaudaraan dan menguatkan silaturahmi. Meskipun ada satu rekan baru yang agak terdiam karena merasa sedikit pusing setelah menikmati sajian kopiku, ternyata belum terbiasa dengan kohitala (kopi hitam tanpa gula). Ya sudah yang penting nggak sampai kenapa kenapa, khan berabe atuh. Pilihannya gampang, kembali belajar menikmati dengan tahapan ringan saja atau tidak sama sekali, gampang khan.

Ya sudah karena hari sudah malam, adzan isya mengingatkan kita untuk kembali bersua dengan keluarga, karena urusan kerjaan itu nggak ada habisnya. Cus ah. Selamat wayah kieu, Wassalam (AKW).

Kopi Burangrang Kertawangi

Biarpun didera kemacetan, tapi akhirnya bisa berdamai dengan sruputan.

CIMAHI, akwnulis.com. Ternyata beredar di hari minggu di kota menguras emosi dan tenaga. Apalagi beberapa jalur ternyata padat merayap tanpa bisa menghindar atau berbelok melewati jalan tikus. Karena ternyata jalan tikus… atau jalan alternatifpun ternyata dipenuhi mobil – mobil plat luar kota yang beredar di Kota Bandung ini.

Istilah jalan tikus menjadi sebuah sebutan populer untuk menyebut jalan alternatif dalam rangka menghindari kemacetan. Jangan khawatir dengan sebutan binatang pengerat ini, karena jalannya pasti bisa dilewati mobil meskipun tentu lebih kecil dari jalur jalan utama.

Maka aplikasi waze dan gugel map ternyata menjadi perangkat wajib untuk menuntun kita dengan mata langitnya agar terhindar dari rasa kesel dan kecewa karena terjebak atau tersendat dalam pusaran kemacetan yang melanda berbagai titik sepanjang perjalanan.

Sementara si tikus berbangga hati, karena jikalau kemacetan menguasai jalan utama maka si tikus akan sering disebut. Coba saja bilangnya jalan anjing atau jalan kucing, pasti yang diajak ngobrol akan bingung. Padahal anjing dan kucing lebih besar dari tikus… atau jangan – jangan sekarang tikus sudah berubah jauh lebih besar, entahlah.

Nah kepenatan dan kepegalan menembus kemacetan biasanya diobati dengan sebuah pemberhentian yang menyajikan harum segarnya sajian kopi hitam tanpa gula dan tentunya kopi asli yang di giling mendadak, proses seduh manual dan akhirnya tersaji penuh kenikmatan.

Apa mau dikata, harapan tinggal harapan. Sementara kemacetan tak mau kompromi dengan keinginan. Akhirnya diputuskan minggir ke kiri dan berhenti di warung kecil demi menjemput si hitam nikmat yang mendamaikan.

Alhamdulilah, tersaji secangkir kopi biasa yang tak tahu asal mulanya. Secangkir kopi hitam dengan lingkaran busa hasil kudekan telah datang menemani kepenatan. Feeling sih kopi gunting, tapi ya sudah mari kita coba.

Bismillah, sruputt….. hmmm… kopi biasa. Flat tanpa rasa acidity berbeda, hanya kepahitan singkat belaka yang melintas minim makna. Ya minimal ada kepahitan yang sedikit mendamaikan daripada termangu dalam kungkungan kemacetan yang nyata.

Tuntas menghabiskannya, lalu membayar dan pamitan ke teteh warung. Perjalanan dilanjutkan dengan sebuah harapan besar bisa berjumpa selanjutnya dengan kopi sebenarnya…. heuheuheu lebay, maksudnya kopi yang proses manual terutama V60 yang menjadi kesukaan.

Perjalanan berlanjut dan tugas segera dituntaskan meskipun harus menembus kemacetan dan ditemani gerimis hujan.

Akhirnya setelah balik kanan dan kembali menuju kediaman, saatnya hunting kedai kopi yang bisa menyajikan kohitala sesuai selera tanpa perlu basa basi dan banyak bertanya sebelum akhirnya sampai di rumah untuk kembali berkumpul bersama keluarga.

Gayung bersambut, sebuah cafe kecil dengan posisi agak menjorok ke dalam jikalau dijangkau dari jalan utama seolah menunggu untuk didatangi dan disapa.

Ternyata tersaji kohitala dengan beberapa pilihan bean yang menggugah selera. Tetapi kembali bahwa kopi jabar adalah kebanggaan, pilihannya adalah kopi arabica burangrang kertawangi dengan proses natural…. yummmy, akhirnya jumpa kohitala yang sesuai dengan harapan sang pemuja.

Aroma harum menyapa hidung saat bean digiling menjadi serpihan atau butiran kasar dan semakin tak sabar untuk menikmatinya.

***

Setelah proses manual brew tuntas, hadirlah secangkir kopi hitam tanpa gula dengan metode V60 yang menggugah selera sekaligus menghilangkan penat dan pegal berganti optimisme penuh kenikmatan.

Acidity dan body medium lite menemani sore menjelang malam kali ini, panasnya cukup dengan kisaran 92° derajat celcius dikala proses penyeduhan. After tastenya frutty hadir selarik lalu berpadu dengan tamarind dan citrun, cukup menyegarkan.

Srupuut… ahhh… segaar.

Meskipun gerimis melebat masih menguntit tanpa ampun, tapi suasana hati lebih tentram karena terobati oleh secangkir kopi hitam yang menenangkan. Menemani akhir weekend minggu ini untuk bersiap kembali dengan bejibun tugas di senin pagi. Wassalam (AKW).

Rapat di Hutan Citumang

Rapatnya di pinggir hutan, nyampe malem lagi.

Photo : Ruang makan pinggir tebing sungai di sulap jadi ruang rapat / dokpri.

CITUMANG, akwnulis.com. Malam semakin larut tetapi diskusi terus berlanjut. Adu argumen berpegang regulasi bersama dengan data yang dibalut narasi, menjadikan perdebatan malam ini padat berisi.

Judulnyapun pake istilah LB.. luarbiasa karena ini adalah RUPS-LB, selain regulasi yang menyebut LB atau dalam UU 40/2007 disebut RUPS lainnya maka cocok bingit dengan suasana rapat malam yang luar biasa…

“Emangnya seluarbiasa apaan gan?”

Pertama, Rapatnya malam-malam. Bukan sengaja ingin malam hari, agendanya dari jam 14.00 wib, tetapi ternyata poin bahasannya begitu banyak dan perlu pembahasan yang cukup mendalam, maka ba’da magrib masih dilanjutkan dengan semangat kebersamaan.

Photo : Suasana sebagian peserta rapat / dokpri.

Kedua, Rapatnya di hutan, ruang rapat outdoor berbatasan langsung dengan sungai dan pepohonan besar yang begitu alami, menyegarkan tetapi semakin malam, terasa angin bertiup makin dingin dan kencang… awwww.

Ketiga, Meskipun rapat di hutan, peserta rapat datang dari berbagai penjuru angin dengan beragam kendaraan. Ada yang bermobil dan bermotor roda 2, dari bandung, tasik, ciamis dan sekitarnya.

Keempat, Fasilitas nginepnya yang ajibb… di dalam kontainer lho… di tengah hutan. Pepohonan besar melingkupi jajaran kontainer… yang disulap jadi kamar lengkap dengan tempat tidur dan kamar mandi bersih wc duduk serta shower air panas…

“Udah ah segitu dulu…. luar biasa nggak?”

“Iya bener… sensasionaaal, dimana itu teh tempatnya?”

Photo : Indolor adalah obat kedinginan di kala rapat berlangsung / dokpri.

Namanya HAU Citumang Ecolodge, sebuah kawasan wisata alami dengan model glamour camping (glamping)… menyatu dengan alam bebas tetapi tetep didukung fasilitas menginap yang memadai. Selain kontainer yang disulap menjadi lamar hotel terdapat juga lokasi glamping yang cocok buat bareng-bareng keluarga…. .1 bangunan kontainer bisa diisi hingga 10 orang dengan tidur di lantai beralaskan kasur empuk tentunya dan toilet memadai.

Tulisan tentang tempat glamping di Bandung utara, klik aja disini, Ber-Glamping di Trizara.

Berlokasi di pinggir sungai Citumang Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran, sekitar 30 menit perjalanan dari pantai wisata pangandaran.

Lokasi tepatnya mah… gampang sekarang, googling aja guys. Ribet amat tanya-tanya. Pasang aplikasi gugelmep, ikutin petunjuk. Meskipun harus hati-hati jikalau perjalanan malam hari, pengalaman peserta rapat yang harus memutar jauh karena salah satu akses jalannya terhambat oleh proyek pengecoran jembatan… terpaksa musti muter-muter masuk hutan dalam keheningan yang (katanya) mencekam.

Yang pernah body rafting atau tubing pasti udah tau namanya Citumang, tetapi nginep di kontainer pinggir sungainya (mungkin) belum pernah kesampaian….

***

Rapat tuntas menjelang tengah malam, hasilkan kesepakatan yang menjadi ikhtiar kemajuan bagi lembaga juga para pemilik modal demi menjadi bagian penting akses kemudahan keuangan bagi masyarakat sekitar. Wassalam (AKW).