
BANDUNG, akwnulis.com. Ada sebuah kebiasaan bahwa dianjurkan minum kopi agar tidak memgantuk dan ini di-iyakan oleh mayoritas khalayak masyarakat, begitupun penulis. Tetapi seiring waktu tentu bertambah informasi dan dilengkapi berbagai pengalaman pribadi bersentuhan dengan sajian cairan hitam bernama kopi. Ternyata banyak ragam dan kegunaan yang berkaitan dengan urusan kantuk mengantuk ini.
Pengalaman pribadi bersama kopi khususnya dalam 4 tahun belakangan ini fokus untuk menikmati kopi secara esensi, hakiki dan philosopi dengan pilhannya adalah menikmati kopi tanpa bahan campuran lainnya dan membuat istilah sendiri yaitu KOHITALA (Kopi hitam tanpa gula). Sebuah istilah yang diciptakan menjadi komitmen diri agar menjaga prinsip ini, baik dari pemilihan biji hingga pemprosesan dengan grinder lalu penyeduhan manual hingga akhirnya dinikmati.
Oh iya, penulis bukan sebagai pengopi sejati yang sudah mampu memahami dari hulu hingga hilir. Tetapi hanya sebagai bagian dari pecinta citarasa kopi yang diawali dari bean hasil roastingnya. Nah kalau dari mulai memilih bibit, mempersiapkan lahan, menanam dan merawatnya, lalu memanen hingga berproses menjadi greenbean, itu adalah perjuangan luar biasa dari para petani kopi… Bravo para petani kopi.

Hingga akhirnya greenbean ini tiba di mesin roasting baik milik petani, milik pihak lain, pihak ketiga, keempat dan kelima hinga packaging yang biasa, unik atau aneh sekalipun. Nah disini penulis ikut melanjutkan sebagian kisah kopi ini sebagai pecinta kopi atau tepatnya penikmat kopi.
Jadi dari mulai bean hasil roastingnya disitulah raga ini bersama. Memproses yang paling rutin tentu dengan manual brew V60 dan sesekali flat bottom serta tidak alergi juga kalau diproses dengan model kopi tubruk biasa.. no problem. Jika tidak bisa mendapatkan kopi seduh manual maka pilihannya adalah mesin kopi dan hadirlah espresso, americano, longblack dan dopio. Sesekali cappucino, latte, dan afogato, jikalau terpaksa.
Dari perjalanan inilah dirasakan bahwa menikmati kopi dengan hadirnya kantuk itu berbeda. Karena tidak semua kopi mengandung kafein tinggi, seperti kopi jenis robusta. Kebetulan saya kurang menyukai jenis kopi robusta yang memiliki rasa pahit saja tanpa bisa dipilah acidity dan after tastenya, hanya body atau kepahitan saja yang hadir sehngga lebih cocok dicampur dengan gula, susu, krimer, sirup dan sebagainya.

Jadi kalau malam menjelang sekitar jam 23.00 wib, grinder dulu bean kopi arabica lalu diseduh dengan manual brew V60. Duduk sejenak sambil menikmati keheningan dan menyeruput kopi buatan sendiri, lalu minum air putih dan gosok gigi. Beranjak ke tempat tidur dan terlelap hingga pagi menjelang. Sesekali juga terbangun jam 01.00 dini hari. Langsung seduh kopi, sruput dan bobo lagi hehehehehe. Jadi bagi penulis kopi hitam tanpa gula justru menjadi kawan akrab dalam kengantukan.
Pas ngebahas urusan ngantuk, jadi inget tulisannya Om Winter ( W. Christ Winter, MD) di buku yang berjudul The Sleep Solution. Dibahas tuntas tentang ngantuk dan nikmatnya tidur itu berdasarkan kajian-kajian dan penelitian akademik. Termasuk perbedaan dari ngantuk dengan kelelahan. Biasanya kita tidak peduli dengan perbedaan ini, padahal kelelahan itu berbeda. Ngantuk hanya indikator awal, sementara kelelahan termasuk dengan depresi, kekurangan vitamin serta perlu penanganan komprehensif tidak sekedar mengganti dengan waktu tidur saja.
Bentar ya…. supaya nulisnya lebih semangat maka sruput dulu kopi manual brew yang sudah disiapkan dari tadi oleh sang Barista dari T-box Tea Coffee & Bakery. Kopi arabica Bali Mt. Batukaru natural menemani sore yang menyenangkan ini, menambah inspirasi untuk kembali menulis sebagai ‘pelarian hakiki’ dari segala kesibukan yang mendera dari hari ke hari.

Kembali ke buku tadi, ternyata tidur itu terbagi menjadi beberapa fase. Pertama adalah fase tidur ringan yang ditandai dengan kondisi tidur namun masih bisa mendengarkan aktifitas sekeliling serta mudah untuk terbangun, fase ini berkisar di 5% hingga 50% tidur kita. Fase kedua adalah tidur nyenyak, kondisi inilah yang mampu memulihkan kelelahan termasuk fungsi faal tubuh yang telah diforsir sepanjang hari dengan porsi rata-rata 25%.
Fase terakhir adalah tidur REM (rapid eye movement) atau fase tidur dengan gerak mata cepat. Fase ini disebut juga tidur mimpi, dan menyumbangkan rata-rata 25% dari tidur kita. Dari ketiga fase ini dapat dipahami bahwa tidur yang tepat akan menjaga ritme siklus sirkadian kita tetap stabil dan menjaga keseimbangan emosional, hormonal dan kondisi tubuh untuk segar kembali dalam menjalani aktifitas di pagi hari.
Nah, bagi yang senang begadang dengan minum kopi yang berkafein tinggi khususnya jenis robusta maka harus juga berhati-hati karena dalam jangka panjang beresiko menimbulkan ketidakseimbangan metabolisme, hormonal hingga emosional. Disini penulis bersyukur bahwa menikmati kopinya adalah jenis kopi yang rendah kafein dan masih begitu mudah untuk mengantuk jika memang sudah menjelang malam. Trus kalau mau ngopi dengan base-nya arabica khususnya kopi mesin seperti espresso, americano dan longblack, nikmatilah siang hari sehingga efek kafeinnya tidak mengganggu jam tidur kita.

Jadi catatan pentingnya adalah :
– Jika mengantuk segera mempersiapkan diri untuk tidur karena obat ngantuk itu tidur hehehe.
– menikmati kopi yang berkafein tinggi, disarankan pagi, siang atau sore hari sehingga tidak mengganggu siklus ngantuk dan tidur kita.
– Jika memang perlu begadang sesekali, kopi dengan bean robusta menjadi pilihan utama.
– kohitala manual brew dengan bean arabica relatif aman dinikmati kapanpun dengan syarat tanpa tambahan apapun baik gula, susu, krimer, sirup dan sebagainya.
Itu dulu ya celoteh kopi kali ini, yang penting kira syukuri kesempatan ngopi juga saat berharga bisa sruput kopi apalagi diproses dengan biji pilihan dan dikerjakan sendiri atau bantuan barista hingga akhirnya disruput sendiri. Happy weekend kawan, Wassalam (AKW).