SUNGAI & KENANGAN.

Sebuah kenangan dan harapan..

CIMAHI, akwnulis.com. Sabtu pagi yang redup dan angin pagi agak kencang mengingatkan cerita masa kecil yang begitu akrab dengan fenomena alam.

Sebuah momen banjir dadakan yang diakibatkan oleh curah hujan di hulu sungai adalah saat yang tepat untuk berselancar di sungai yang ujungnya membelah kampungku dan biasanya mereda pada saat mendekati bendungan.

Meskipun perlu perjuangan untuk mencapai area hulu sungai, tapi berselancar selama 1 jam lebih dengan arus cepat sungai hingga kembali ke area dekat perkampungan adalah sebuah kesempatan bersama yang memacu adrenalin dan pembuktian keberanian.

Inilah ceritanya :

FIKMIN # CAAH #

Panon awas ceuli rebing, nungguan nu dipikahayang. Limaan geus sayaga bari mamanggul ban jero nu pinuh tambalan jeung ciri supaya teu pahili. Langit angkeub angin narikan, sirah cai ngabudah.

Hayu ah, Bismillah”

Cai kiruh datang mawa sumanget barudak lembur nu hayang hiburan. Ngajaran ngangkleung bari numpakan budah cai nu ngahègak tur jangkung. Cai sungapan nu ngagenclang diganti ku gumuruhna cai kiruh nu mawa pangaruh, ngaratugkeun jajantung tapi nangtang kahayang.

Gejebur… gejebur, limaan numpakan ban jero langsung ngagabung kana cai nu umpal-umpalan. Patinggorowok, matak resep seuseurian.

Hanjakal suka bungah ukur memenitan, sabab ningali ka tukang, aya deui caah dèngdèng susulan, leuwih kiruh, jangkung jeung tarik.

Hanjaaat… hanjaaat” sora Jang Iyud bari beungeut pias. Deden, Yayan jeung Agus geus teu kaciri kagulung caah.

Uing beunta, geuning na jero cai, awak dibubat babèt jiga kapas katebak angin. Peureum, Babacaan sabisa-bisa. Pas beunta deui, gigireun lulun samak nyèrèngèh. Poèk.

Disclaimer :

Mohon maaf jika ceritanya dalam bahasa daerah, bahasa sunda. Tapi itulah indahnya kata dan bahasa. Untuk yang belum dan tidak mengerti, silahkan isi dikolom komentar atau japri saja kepada penulis. Selamat weeekend kawan. Wassalam (AKW).

Kopi Dirut & Banjir.

Sajian Kohitala & Banjir yang hadir tiba-tiba.

Photo : Kopi Dirut / dokpri.

TANGERANG, akwnulis.com. Kopi di cangkir merah menyambut kehadiran raga ini di tanah banten. Sajian kopi tubruk biasa tetapi memiliki aneka makna. Ada makna penyambutan terhadap kawan lama, juga sekaligus menambah pengalaman dalam menyerap aura pimpinan karena disajikan di meja seorang direktur utama.

Sruput perdana langsung membahana di tengah lidah serta mengurangi dahaga…. nikmattt pisan.

Dilanjutkan dengan berbincang ringan dan riang seiring rentang waktu yang telah lama terbentang. Indahnya silaturahim persaudaraan tidak lekang dimakan jarak perjalanan.

Cangkir kedua hadir tanpa basa basi, mengisi relung cangkir kopi yang tandas dari tadi.

Ngapain kamu disini?”

Sudah pasti tugas dinas yang menyebabkan ini semua, menggerakkan raga melintasi 200 km perjalanan menuju lokasi ini dimana bersua dengan secangkir kopi di meja direktur utama, atau disingkat kopi dirut.

Maka tiada kata lain selain ‘Jasuni‘ saja, dan salah satu rasa syukur dan nikmati ini adalah keindahan manisnya rasa yang hadir dibalik kepahitan kopi hitam tanpa gula.

Photo : Banjir depan kantor / dokpri.

Meskipun agenda pertemuan agak sedikit tertunda karena beberapa tamu terhambat oleh banjir yang baru pertama kali (katanya) hadir, tepat di jalan besar depan kantor. Tetapi itu semua tidak menyurutkan langkah para tamu, mereka berkorban singsingkan celana dan ganti sandal untuk melewati genangan air yang mencapai lutut orang dewasa… cemunggutz.

Acara pertemuan tuntas dan menjelang magrib kami bergerak meninggalkan wilayah kabupaten tangerang via serpong menuju jakarta karena harus mengikuti meeting penting esok hari. Srupuut, Wassalam (AKW).

***

Lokasi :
Kantor PD BPR Kertaraharja
Jl. Raya Serang km15 No.1 Talagasari Kec. Cikupa Tangerang, Provinsi Banten.