Hari Kopi Dunia.

Met Hari Kopi Dunia Guys.

Photo : Kopi Tubruk berlatar Alam / dokpri.

PUNCAK, akwnulis.com. Sebuah pesan whatsapps mengingatkan dengan sebuah ucapan ‘Selamat hari Kopi Dunia tanggal 1 Oktober 2020‘…. waah ternyata hari kopiii, level dunia lagi. Tentu dijawab dengan sukacita dan ingin segera merayakannya.

Tapi…. tunggu dulu, tabayun itu penting bro, cek and ricek. Segera dibuka buku RUPL (Rangkuman Umum Pengetahuan Lengkap) …. ketahuan deh umur klo masih buka buku RUPL yang berisi seantero pengetahuan dan menjadi bukubsakti rujukan pada jamannya. Padahal sekarang tinggal buka mang gugel dan baca – pilah dan baca.

Dari penelusuran singkat via laman wikipedia dan beberapa artikel tentang asal muasal kopi belum ada data akurat. Ada yang menyebut berasal dari ethiopia benua aprika untuk pertama kali jaman ethiopia kuno oleh seorang penggembala bernama Kaldi dan ada juga pendapat bahwa diawali dari cerita tentang Legenda dari Yaman menceritakan bahwa dahulu mistikus sufi Yaman Ghothul Akbar Nooruddin Abu al-Hasan al-Shadhili sedang melakukan perjalanan melalui Ethiopia*).

Selanjutnya disepakati oleh Organisasi kopi Internasional pada 1 oktober 2015 di Kota Milan Italia untuk diperingati tanggal 1 sebagai hari kopi dunia dengan tujuan untuk mendukung para petani kopi dunia semakin berkembang **).

Nah jikalau dunia itu memperingatinya tanggal 1 oktober maka di sini, Indonesia bertepatan juga dengan hari kesaktian Pancasila, sebuah tanggal yang menjadi kebanggaan bangsa indonesia yang berhasil menyelamatkan Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari gerakan Komunisme.

Trus indonesia memperingati hari kopinya kapan?”

Cari lagi, eh nongol info, bahwa hari kopi indonesia itu diperingati tanggal 11 Maret guys… atuh bertepatan dengan Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret)… asa nyarambung yach.

Yang paling penting adalah bagaimana memaknai kehadiran kopi ini menjadi momentum rasa syukur kepada nikmat Illahi. Apalagi jikalau ngopinya itu tidak hanya segelas kopi hitam saja, tetapi dimana kita ngopinya, bagaimana pemandangannya, keren nggak penyajiannya, atau manis nggak yang menyajikannya… ups… nggak boleeeh.

Photo : Lanscape pegunungan yang menenangkan / dokpri.

Sebagai rasa sukacita di hari kopi sedunia maka ijinkanlah kami memposting sajian kopi berlatar belakang kehijauan dan punggung gunung penuh pesona. Memanjakan mata, mendamaikan hati dan memberi jawaban atas kehausan addict sruput kopi selama ini.

Biarpun bukan kohitala dengan manual brew V60 atau shiffon dan juga vietnam drif tapi (hanya) secangkir kopi tubruk… lihatlah berlatar belakang pemandangan indahnya, ini adalah sebuah kenikmatan tak terperi yang wajib ditafakuri.

Selamat Hari Kopi Dunia dan Selamat atas Saktinya PANCASiLA. 1 Oktober 2020, Wassalam (AKW).

***

Sumber :

*)https://www.kompas.com/food/read/2020/09/30/183818975/hari-kopi-sedunia-ketahui-sejarah-munculnya-kopi-di-dunia?

**)https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hari_Kopi_Internasional

Cold Brew Klapa muda.

Menikmati sajian kopi dingin segar dan unik…

SUBANG, akwnulis.com. Pertemuan tidak sengaja dengan sajian kopi yang unik adalah takdir dari Allah SWT, sehingga rasa syukur adalah syarat utama.

Awalnya hanya tertarik dengan tampilan beberapa bean kopi yang dibungkus dan dijejerkan di meja dekat dapur di RM Abah Subang, karena tujuan utamanya memenuhi undangan kolega untuk makan siang bersama sambil bercerita tentang beraneka rupa perjalanan kehidupan di dunia.

Kopi yang terbungkus langsung menjadi sasaran untuk segera diproses menjadi sajian kopi tanpa gula meskipun metode yang digunakan menyeduh hanya kopi tubruk biasa.

Nama kopinya Kopi buhun Hanjuang alam… sunda bingittz… semoga rasa yang dihasilkan dengan seduhan tubruknya bisa memberi kenikmatan tersendiri.

Nah…. sambil iseng memperhatikan kopi yang berjajar di meja sekaligus melihat aktifitas dapur restoran yang terbuka… terlihat kesibukan khas dapur.. pak pik pek…

Tapi…. ada yang menarik adalah sebotol cairan coklat terang yang terlihat menarik hati, apakah itu?…

Tanpa sungkan, segera mendekati bapak berambut panjang.. jangan-jangan pendekar lagi nyamar…

“Bapak punten, itu yang di botol isinya apa?”

“Kopi jang, kolbru dari kelapa”

Woaaah… cold brew.. eh tapi kelapa?..

Diskusilah kami bagaikan para master kopi dengan membahas komposisi, bean, air kelapanya yang gimana, disimpan di kulkasnya berapa lama juga kopi apa yang menjadi materi dasarnya… apakah kopi arabica atau kopi robusta, atau malah kopi paste dari resep yang sudah ada.

Ternyata…. standar pembuatan coldbrewnya sama, tapi yang menjadi pembeda adalah kualitas kemurnian air kelapa muda juga kesegarannya ditambah tempat pembuatan coldbrewnya sebuah wadah keramik putih yang menjadi ‘kameumeut‘ Pak Ade… beliau adalah pembuat cold brew kalapa ini… dan sekaligus penggiat dan pengrajin eh petani kopi yang menghasilkan kopi buhun hanjuang alam.

Jadi ingat, istriku pernah memesan via gofood kopi dingin denvan bahan air kelapa… dan icip-icip hingga habis setengah botol hehehehe…

Jadi penasaran dengan rasa cold brew kelapa muda ini….

Langsung coba ahh….

Srupuut….

srupuutt…

Suegeerrrr…

……

Urusan rasa jangan banyak tanya, segera coba karena nggak bakal nyesel deh…. rasa kopinya dapat, manis segar air kelapa mudanya begitu akrab di lidah ditambah metode seduh dingin dan suhu kulkas yang melengkapi kesegaran rasa ini….

Ruar biasa… kopi hitam tanpa gula yang diracik unik dengan seduh dingin yang hasilkan rasa mempesona, Alhamdulillahirobbil alamin. Wassalam (AKW).

Kopi Luwak Banyu Alam.

Minum kopi lagiii….

GARUT, akwnulis.com. Setelah sesi kemarin dan hari ini adalah pembahasan angka-angka untuk masa depan, ternyata tugas selanjutnya sudah hadir membentang.

Jika sebelumnya berada di Hotel Harmoni Cipanas Garut dan bersua dengan Kopi Harmoni, maka sekarang bergeser menuju ruang Rapat di Banyu Alam Resort….. bersiap membahas angka-angka masa depan lagi…. adwaaaaww… cemunguutz eaaa.

Apakah ada mood booster si hitam manis disinih?” (Maksudnya kopi yaa… jangan salah arti).

Mari kita lihat saja….

Setelah pamitan dengan wajah dan nada suara seriuss…. kami segera cussss….. next meeting location.

Nggak nyampe 5 menit udah tiba di lokasi meeting, dekat kolam yang diatasnya terdapat saung-saung villa penginapan.

Serasa dejavu, 4 tahun lalu pernah disini, meeting juga tetapi lembaga berbeda dengan pembahasan intensif tentang remunerasinya pengurus…. sementara sekarang adalah membahas rencana kerja satu tahun ke depan saja… tentu dengan lembaga yang berbeda pula.

Nah… disinilah bersua dengan penawaran tentang sajian ‘kopi luwak’ dengan banderol harga 35ribu saja per cangkir.

Langsung saja dipesan, dengan harapan bisa merasakan nikmatnya sajian kopi spesial.

Nggak pake lama datanglah secangkir kopi, bonnya dan lengkap dengan bungkus kopi yang sudah terbuka…. ya khan isinya udah diseduh.

Tapi kok dibungkus sachet gini ya?” sebuah tanya menyeruak di dada, dan dikala menjadi sebuah kata, jawaban pelayannya adalah, “Memang sudah di bungkus perpaket Om”

Ya sudah, agak sanksi sih…. tapi moo gimana lagi.

Sebelum disruput sudah menjadi SOP untuk diposekan dulu… dan korban kali ini rekan kerjaku Mr H menjadi sukarelawan untuk berphoto memegang cangkir kopi luwak banyu alam dengan latar belakang banner kopi luwak… jepret!!.

Lalu baru sruput….

Hei rasanya standar, ada sih sedikit aciditynya tetapi tidak signifikan, body medium dengan aftertaste yang lempeng dan tidak muncul rasa berry atau khas kopi luwaknya… tapi yaa lumayanlah dibanding kopi sachet warungan.

Beres nyruput kopi luwak, langsung masuk ruang rapat dan memulai pembahasan angka dengan ketat. Semua semangat serta berkutat dalam coretan angka yang mendekati akurat, juga sesekali terlihat pengurus menyeka keringat padahal AC terpasang di dinding dengan kuat.

Ayoo… semangaaaat, Wassalam (AKW).

Arabica Wine DNA Coffee

H15 ramadhan, nyeduhnya Kopi Arabica Wine, yummy…..

Photo : Hasil seduhan Arabica wine DNA coffee / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Bersua dengan kolega lama yang juga penikmat kopi adalah kebahagiaan tersendiri. Apalagi mengusung prinsip Nikotala*), cucok sudah…. pembicaraan kesana kemari bercerita tentang suka duka masa lalu ditambah dongeng roasting-cupping-drinking weh hehehehe.

Tapi nggak bisa nyruput kopay karena siang hari masih bulan ramadhan.

Batal atuuuh…..

“Ini kopinya kang”…. sebungkus kopi dengan wadah plastik coklat dan ditempel label kertas bertuliskan DNA coffee dan roastingnya medium dan prosessingnya wine…. woaah arabica wine… tak terasa mulut membasah oleh liur yang tetiba hadir… geuleuh ih… yaa nggak ngeclak donk, ini khan cuman hiperbola…

“Duh jadi pengen mau cepet magrib, sok atuh adzan!”

Kawan lamaku Mang AT langsung tertawa, “Kamu mah sakaw kopay yach?”

“Hahahaha…. enggak!, cuman pengen bingitt”

Kami terbahak berdua, ternyata dengan tertawa mengurangi nafsu ingin ngopay lho, tapi setelah berhenti tertawa… eh pengen lagi ngopaay.

Keneh keneh kamu mah…

Akhirnya pembicaaraan berakhir karena ada meeting yang nggak bsa ditinggalkan. Kami berpisah setelah berbagi kisah, membahas kopi tanpa banyak basa basi dan tertinggal sebungkus arabica wine DNA Coffee yang akan segera dinikmati, nanti.

***

Rakaat akhir shalat witir hampir terganggu, di kala membaca salah satu surat juz Amma.. eh pikiran melayang ke Dangiang Nur Alam….
“Apa itu dangiang nur alam?”

“Ntar jawabannya yaa… solat dulu”

Photo : coffee wine siap dinikmati / dokpri.

….untung saja hanya sekilas… lalu kembali pegang kendali hingga ucap salam kanan dan kiri.

Dzikir pasca witir telah tuntas ditutup dengan doa niat shaum, setelah itu bergegas menuju ruang tengah, mempersiapkan prosesi yang sudah dinanti-nanti yaitu…. nyeduh kopi.

Oh iya.. jelasin yang tadi dulu, Dangiang nur alam itu adalah kepanjangan dari merk kopi, DNA coffee…. jadi bukan DNAnya deoxyribonucleid acid atau asam deoksiribonukleat, adalah sejenis biomolekul yang menyimpan dan menyandi instruksi-instruksi genetika setiap organisme dan banyak jenis virus (id.m.wikipedia.org).

Ihh kok jadi kesitu,…. DNa itu adalah dangiang nur alam. Penjelasannya lebih afdol klo bisa jumpa dengan sang pencetus nama itu, tetapi dari searching via website, istilah danging lebih merujuk kepada kekuatan diluar manusia yang memberi pengaruh kuat (komara) dalam perjalanan hidup ini….. ah ntar aja ah, bisi salah pengertian.

Tapi yang menarik ternyata sejalan dengan cerita Mang AT yang tadi siang ngirimin kopi ini. Bahwa petani pembuat kopi ini dalam prosesnya tidak hanya melakukan hal teknis sesuai aturan main memproses kopi, tetapi juga disertai ritual sembahyang, sholat dan doa, memohon kepada Allah Swt agar kopi yang dihasilkan sesuai harapan, itu semua atas ijin Allah Swt, Tuhan Sang Maha Pencipta…. Amiiin.

Prosesss…. proseeees… sess

Metode manual brewnya tetep pake corong V60 dengan segala keterbatasan penulis. Perbandingan 1 : 12, suhu air 88° celcius dan putaran air seduhan mengikuti arah jarum jam disertai pikiran jernih dan sebait doa…. prosesi penyeduhan berjalan sempurna…..

currr…..

serpihan biji kopi arabica wine DNA coffee berekstraksi dengan sepenuh hati, mengeluarkan potensi rasa yang tersembunyi…. tak sabar menanti.

Setelah gelas server berisi cairan hangat memanas kopi ini, dituangkan perlahan ke gelas kaca mini kesayangan…. currrr.

Srupuuuut……. waaaaaw…. puleeen.. eh rasanya nendang dengan proses roastingnya, tetapi lembut menyentuh syaraf-syaraf lidah, enak dan terasa menenangkan.

Body dan acidity bersaing di kelas serius, asamnya maksimal dibalut pahit getir yang kokoh bertahan, serta after taste yang begitu betah ninggal diujung lidah, woaah…. kopi wine yang sejajar atau lebih baik dari gayo wine….. Alhamdulillah, akhirnya ada juga yang bisa menyainginya.

“Kamu aja nggak gaul, padahal ujungberung khan deket, nongkrong di kedai aja, alamatnya di Jl. Walagri Mulya, RW.09, Pasanggrahan, Kec. Ujung Berung, Kota Bandung, Jawa Barat 40617”

Anggukan lemah menandakan persetujuan, tapi agak sulit untuk merealisasikan. Maklum istiqomah hehehehe.

Bicara after taste, variasinya lumayan, dominan rasa fruitty…eh jeruk lemon dan dark chocolate, plus selarik karamel dilingkupi oleh keasaman maksimal…. jeddd.. dank pokoknya. Seakan keasamannya menggigit bibir dengan rasanya. (Lebay nyaaa?…..)

Buat kelompok aliran bergula, mungkin kurang cocok menikmati kopi ini. Tetapi bagi penikmat kopi jalur nikotala*)… very recomended.

Srupuut….. hmmmmmm… nikmatt… Alhamdulillahirobbil alamin. Hatur nuhun Mang AT, Wassalam (AKW).

***

*)nikotala : nikmati kopi tanpa gula.

Gaung & Getar di Dusun Bambu.

Perjumpaan penuh makna tentang asal muasal semesta..

Photo : Bangunan Rongga Budaya Dusun Bambu / dokpri.

KBB, akwnulis.com. Terdengar suara lantang dan penuh keyakinan, “Jauh sebelum terjadi dentuman keras atau Big Bang yang menciptakan alam semesta, dikala sunyi dan gelap adalah inti dari alam raya, maka yang paling awal hadir menjadi pendahulu adalah dua elemen, yaitu gaung dan getar”

Suwerr guys, melongo mendengar penjelasan singkat dari seorang sesepuh yang ‘tidak sengaja berjumpa’ di Rongga Budaya.

“Getar dan gaung inilah yang menjadi cikal bakal alam semesta, sebelum terjadinya Big Bang yi, getaran dan gaung yang bersinergi, bergerak dan bersuara bersama, menghasilkan energi yang menggerakkan proses dentuman besar terjadi…..”

Woaah… masih melongo…

Penjelasan yang menjadi khazanah wawasan baru, karena ini adalah bagian dari intrepretasi keilmuan dan juga spiritualitas yang disampaikan dalam kerangka budaya dan pelestariannya.

Disini…. di Rongga Budaya.

“Apa itu rongga budaya?”

Photo : angklung di rongga budaya / dokpri.

Rongga budaya adalah sebuah bangunan yang asri, dengan seluruh elemen bangunannya dominasi bambu, dari atap, dinding, lantai hingga tulisan identitas bangunan ini. Didalamnya terdapat beraneka peralatan musik dari bambu seperti angklung, calung, celempungan, dogdog lojor, dan juga karinding.

“Dimana itu?”

“Hayoooh kepooo” Senangnya menggoda yang penasaran.

Sebelum menjawab tempat dan lokasi, kembali pikiran tertuju kepada gaung dan gema dan senangnya bisa berbincang singkat dengan seorang seniman yang begitu antusias berbagi cerita tentang bambu nusantara serta philosophis yang terkandung dalam alat musik spiritual yang bernama ‘karinding‘.

Pembahasannya nanti yaa tentang Big bang & karindingnyaa…… Cekarang khan moo jawap duyu question tadi brow…. ih sok sok bahasa generasi millenial padahal mah masuk generasi …. kolonial… upssst.

Rongga budaya adalah sebuah bangunan yang didedikasikan oleh owner sebuah tempat wisata edukasi berbasis alam yang berpadu dengan restoran, tempat makan yang berpadu dengan alam serta menjadi pilihan untuk outdoor activity di Bandung Utara yaitu Dusun Bambu.

Rongga budaya menjadi bagian penting identitas dan mungkin roh esensi nama ‘Dusun Bambu‘, dimana menjadi tempat edukasi serta kumpul bersama siapapun dan tentunya para seniman, tokoh masyarakat yang peduli dan menggawangi tentang kekayaan nusantara yang sarat makna dan multi manfaat yaitu bambu, bambu nusantara.

Photo : Kaum selpiisme lagi berkumpul / dokpri

Keluar dari area belakang Rongga budaya maka langsung disuguhi dengan indahnya danau di area ini yang berpadu padan dengan aktifitas lalayaran paparahuan, tempat makan diatas danau serta tidak lupa sebuah aktifitas yang sama, dilakukan oleh hampir semua orang, dengan alat dan gaya masing-masing dengan tema wisata selpi…. hehehehe..

“Dimana itu alamatnya?”

Jangan manja ah, tinggal buka smartphone. Jangan hanya WAan atau update status aja, tapi pake google map atau aplikasi perjalanan dengan keyword ‘dusun bambu’…. jreng… hitungan detik langsung ketemu, dengan catatan kuota internet atau wifi gratisannya lagi on.

Photo : Tempat makan pinggir danau / dokpri.

Tapi buat yang malas nyari yaa.. ini dech lokasinya :

Dusun Bambu Resort
Website : dusunbambu.id
Alamat : Jl. Kolonel Masturi Km11 Kartawangi Cisarua Kabupaten Bandung Barat Jawa Barat.
CP : 022- 82782020

“Okeh, puaskan?”

“Belummm…..”

Harap maklum aja, diriku khan bukan pemuas, udah kesinih ajaah…. ditunggu.

Photo : Kokolétrakan / dokpri.

Segera raga bergerak meninggalkan Rongga Budaya, menjejak rumput dengan kaki telanjang, agar merasakan langsung silaturahmi dengan alam sambil belajar memainkan kokolétrakan. Yup Kokolétrakan, alat musik sederhana dari dua bilah bambu yang bisa menghasilkan musik ringan dan riang, sebuah tandamata dari Abah Wawan, sesepuh rongga budaya. Wassalam (AKW).