Sejak pagi berseragam korpri Kumpul bersama demi sebuah janji Tunaikan tugas untuk menghadiri Upacara peringatan Kemerdekaan RI
Angka 76 menjadi kebanggaan Suatu semangat untuk perubahan Indonesia tangguh adalah harapan Indonesia tumbuh adalah keharusan
Aneka acara formal tetap dengan batasan Karena covid masih mengendap mencari sasaran Konsep hybrid menjadi pilihan Jaga jarak dan prokes ketat adalah pedoman
Upacara online menjadi pilihan Berusaha Khidmat adalah perjuangan Tapi yang utama adalah keyakinan Bahwa Kemerdekaan ini bukan diraih dengan kemudahan
Hormaat Grak di Upacara Penurunan Bendera / dokpri.
Mari mengisi dengan semangat kebersamaan Saling bahu membahu untuk kemajuan Hancurkan ego dan berpegangan tangan Dengan bersama-sama menggalang kekuatan
Upacara penurunan bendera menjadi penutup hari Kembali berkhidmat dalam tahapan proporsi Angkat tangan untuk menghormati Merah putih yang abadi
SELAMAT & DIRGAHAYU INDONESIAKU INDONESIA TANGGUH INDONESIA TUMBUH.
BANDUNG, akwnulis.com. Sejumput rindu bersandar dan bersenandung di bahu, memberikan kedamaian meskipun nirharapan. Itulah salah satu fragmen kehidupan.
“Mengapa kamu perlu bersandar di bahu seseorang sebelum bersenandung?, padahal bahumupun lebar tak kurang suatu apapun”
Sebuah tanya yang dijawab dengan senyuman, dilengkapi dua kedip mata kanan yang bisa menyelesaikan semua permasalahan.
Bukan bahunya sebetulnya yang diperlukan, tetapi sebuah simbol kerapuhan yang harus dipertontonkan sehingga pilihan terakhir adalah bersandar pada bahu seseorang, yang ternyata sebenarnya lebih rapuh dari yang bersandàr.
Yang bikin keren adalah, keduanya tidak menyadari itu. Sehingga dapat ditarik garis merah persoalan bahwa kerapuhan bisa disandari kerapuhan yang lain asalkan masing-masing tidak paham dengan kenyataan.
Jadi sebuah istilah ‘Ketidaktahuan adalah berkah’ memang sedang berjalan disini.
Kesimpulan lainnya adalah, manakala sebuah kerapuhan bersua dengan kerapuhan lain maka mungkin saja terjadi simbiosis mutualisme yang berakhir dengan semangat saling menguatkan dan berusaha bangkit kembali dalam keterpurukan ini…. ataau saling merapuhkan dan akhirnya luruh menjadi puing-puing ketiadaan.
Photo : Awas jatuh, ayo pegangan / dokpri.
Itulah kehidupan, banyak makna yang mendalam dari seluruh kejadian. Semua kejadian dan kenyataan tidak ada yang terjadi begitu saja, tetapi skenarios super rumit tersebut sudah disiapkan jauh jauh hari oleh Allah Sang Maha Pencipta langit dan bumi beserta isinya.
Mari berjuang bersama dan memberi sandaran kepada yang sedang merana, meskipun kita sebenarnya sedang butuh sandaran juga.
Selamat weekend kawan, jangan lupa memberi sesaat kesempatan untuk seseorang yang perlu sandaran, meskipun sebenarnya kitapun perlu dukungan. Dengan begitu semoga jiwa kita tetap tegar dan fokus dengan segala beban dan tantangan. Wassalam(AKW).
Kerja dulu baru sruput… eh sruputt dulu, baru kerjaa.
GARUT, akwnulis.com. Secangkir kopi hadir mengawal pagi, secercah harap berkumpul dalam tumpukan data yang lengkap dikelilingi kerangka pekerjaan yang relatif tetap.
Sebelum map pekerjaan dibuka maka sajian kopi dulu yang lebih dulu berhadapan dengan muka. Biarkan sruputan perdana menjadi penyemangat rasa dan selanjutnya berjibaku dalam diskusi penuh makna.
Jadi, jangan ragu bahwa seiring pekerjaan yang rutin sepanjang hari selalu ada sisi-sisi penting yang wajib disyukuri. Selain rasa syukur memiliki pekerjaan yang pasti, sekaligus rasa syukur bisa menyeruput kohitala berulang kali…. gratis lagi hehehehe.
Selamat pagi kawan, selamat bergelut dengan tupoksi*) serta jangan lupa ngopi. Wassalam(AKW).
BANDUNG, akwnulis.com. Udah lama nggak nulis puisi maksa yang berisi curhat colongan (curcol), nulis aah :
TEGURAN PAGI
Pagi cerah di senin ceria
Ternyata hadirkan peristiwa
Yang mungkin tak terduga
begini kronologisnya
Datang lebih dulu tanpa mengharu biru ambil posisi barisan nomor satu langsung abadikan bayangan yang melaju
Disaat semua hampir siap
Ternyata komandan yang ditunjuk tidak ditempat
Semua menolak tanpa berharap
Akhirnya mencoba menjadi pelengkap
Maju ke depan dengan terhormat
Ternyata….
Menggantikan seseorang Tidak cukup niat baik Harus siap dengan segala hal Termasuk perlengkapan perang
Akhirnya bukan puji yang didapat
Tetapi teguran karena tidak lengkap
Atribut oke kecuali peci hitam mengkilat
Jadi judul kedisiplinan sikap
Koreksi adalah sebuah perhatian Yang dilontarkan oleh pimpinan Menjadi cambuk untuk menjaga kedisiplinan Hari ini esok dan masa depan
Itulah sekelumit kisah
Di Senin pagi yang cerah
Tidak perlu menjadi resah
Tunjukan disiplin dengan sumringah.
KUNINGAN, akwnulis.com, Bersama dalam tawa
Belum tentu sejalan di lubuk jiwa
Mungkin saja ada niat berbeda
Karena masing-masing punya asa
Tetapi jangan khawatir Fitrah manusia semenjak lahir Adalah mahluk sosial tiada akhir Butuh teman dan kawan selalu hadir
Maka sikap ramah tetap utama
Tapi waspada dan siaga
Karena manusia tempatnya lupa
Dari kawan menjadi lawan atau sebaliknya
Ditengah hujan ada kesegaran Tapi juga tak sedikit yang blingsatan kedinginan Begitupun dengan kehidupan Tidak bermakna sama bagi setiap orang
Nah…
Beda dengan sajian kopi tanpa gula
Rasa bisa beraneka tapi bentuk tetap sama
Apalagi manual brewnya sempurna
Hadirkan rasa dibalik pahitnya cipta
Kalaupun terasa kurang manis Segeralah menatap wajah ini tipis-tipis Insyaalloh kopi hitam menjadi manis Dan kehidupan lebih dinamis
…. ahaay pede abis