A.I – fbs

Jaman tos maju lur.

FIKMIN # KAMPUNG AI#

Datang ka hiji wewengkon geus mimiti sareupna. Tapi lembur singkur tèh caang baranang, bari lampuna hurung ngempur nu bodas semu hèjo.

Ngadeukeutan warung, barudak keur anteng gogonjakan bari nyekel tablèt jeung hapè lipet nu di dayeuh keur jadi kacapangan. Maman ngarandeg. Dihareupeun aya balandongan gedè nu dieusi ku barudak beunceuh keur pasèa urusan basa program boh Java ogè Laravèl. Beulah katuhuna mah bari ucing sumput tapi leungeunna pageuh nyekel hapè  nyusun desain photo ogè video makè canva, capcut, kinemaster dugika adobe after effect.

Panasaran beuki nataku, tetelepèk nanyakeun saha nu jadi kuwu di ieu wewengkon. Curuk warga bentik baru nojo ka kulon, aya imah badag, sugan keur aya.

Ari pèk tèh suwung jelema, nu aya mah genep robot keur ngahaleuang, “Asep olèng ku A.I, Asep gèlo ku A.I”

Lalaunan muka hape, ngetik dina aplikasi chatGPT, nanyakeun ieu kampung saha kuwuna. Geuningan ibu anom nu wastana A.I Kencanawati. Paingan.

***

KEJUTAN di Resto Mewah.

Pengalaman yang meng-Kenyangkan seketika.

JAKARTA. akwnulis.com. Sarapan pagi di hotel tentu adalah salah satu saat yang dinantikan, karena menjadi kesempatan penting untuk berwisata rasa dan piknik kenikmatan makanan dan minuman bersama lidah yang tak bertulang. Apalagi dengan standar hotel bintang lima di pusat bisnis jakarta, pasti menyenangkan bukan?.

Tapi ternyata, tidak semua harapan berakhir sempurna. Ada saatnya kita tertegun dan menahan diri setelah dihadapkan dengan kondisi yang ada dan agak mengganggu momentum makan pagi kali ini. Bagi yang penasaran maka simaklah tulisan singkat ini hingga akhir hayat eh akhir tulisan yang dijamin tidak sampai 3 menit untuk membacanya. Kecuali bacanya diejah.

Berjalan dengan santai memasuki area restoran yang megah dan disetting dengan model kompartemen area, ada western food, traditional food, chinnese food, korean food, japanesse food hingga arabia food. Berkelilinglah dulu sambil menikmati suasana restoran sekaligus mengincar posisi duduk yang relatif menyenangkan plus area kopi yang perlu dijajal dan dinikmati.

Akhirnya memutuskan mengambil posisi diantara area western dan japanesse sehingga akan dengan mudah order americano dan hot ocha sekaligus. Juga bisa menikmati sushi dan sashimi ditemani pizza america lover yang mengenyangkan.

Kenapa nggak ngambil nasi, inikan waktunya sarapan?”

Aduh jangan terlalu terjebak dengan rutinitas kawan, gunakan kesempatan ini dengan baik. Ukuran perut terbatas tapi bisa kemana-mana sementara pengalaman memakan makanan berbeda yang tersaji di restoran ini tidak setiap hari, jadi carilah makanan yang berbeda.

Nah setelah bolak balik dengan berbagai pilihan makanan yang ada dan dijejerkan di meja serta tidak lupa pesanan secangkir besar caffelate. Maka upacara makan pagi dimulai. Diawali sepotong sushi dan sashimi, dilanjutkan sepotong roti keju permesan dan satu slice pizza kecil dilengkapi sruputan perlahan caffelate, nikmat pisan.

Tapi karena perut masih belum terlatih tanpa nasi, kukurubukan*) menandakan perut masih perlu diisi dengan makanan yang mengandung karbohidrat, protein plus lemak. Kayaknya dimsum atau aneka mie bisa melengkapi, eh bisa juga bubur nasi sebagai pilihannya. Maka bergegaslah meninggalkan meja untuk kembali hunting rasa-rasa. Disinilah suasana tidak nyaman terjadi.

*) bunyi perut keroncongan.

Disaat menanyakan counter bubur kepada petugas maka diarahkan ke satu sudut kompartemen yang menyajikan bubur ayam. Ucapan terima kasih terlontar dan dengan segera akan memilih sajian yang ada didepan mata.

Sayangnya sajian di depan mata ini berbeda dengan harapan malah langsung menghilangkan nafsu makan seketika. Pikiran langsung melayang kepada fragmen kehidupan masa kecil dimana memiliki kawan yang agak dijauhkan dari pergaulan per-SD-an karena menderita penyakit otitis media atau congek, congean dengan adanya cairan berbau yg sesekali keluar dari telinganya. Sungguh kasihan waktu itu, apalagi di kampung halaman yang sangat jauh dari kota dengan pusat kesehatan terbatas maka pengobatannyapun cukup lama hingga tuntas.

Sebuah tulisan nama makanan terpampang jelas, CONGEE STATION. Atuh langsung terbayang yg lendir hijau tadi… huek huek, pas pisan itu adalah nama lain dalam bahasa inggris adalah bubur. Maklum kosakata terbatas, yang dikenal di memori adalah kata PORRIDGE, sementara kata ini belum pernah bersua, berarti pergaulan bahasa internasionalku memang sangat perlu di upgrade ini mah.

Dan benar saja, mood dan perasaan itu memang sangat mudah berubah. Kombinasi mata dengan rasa mengubah selera makan menjadi hilang seketika berganti kenyang sambil sedikit gimana gitu, mual – mual sih enggak cuma jadi bangkitan seleranya berbeda.

Akhirnya diputuskan kembali ke meja dengan membawa segelas jus jeruk sunkist alami sebagai penetral rasa dan menenangkan ketegangan raga akibat kejadian ini.

Itulah sekelumit kisah sarapan di hotel berbintang, bukan karena kualitas makanan hotel tetapi karena kurangnya kosakata bahasa plus kemiripan kata dengan makna kata dalam bahasa sunda yang artinya jauh berbeda telah menambah pengalaman sarapan yang tak terlupakan. Selamat siang, selamat menikmati hari bersama orang-orang tercinta. Wassalam (AKW).

Antara Youtube dan Kopi.

Hanya curhat, ngopay yuk.

BANDUNG, akwnulis.com. Bercerita tentang apa yang dirasa dan apa yang dilihat dengan kondisi apa adanya, tentu dilengkapi video atau tepatnya potongan – potongan video yang diambil dengan smartphone kesayangan seolah menjadi antiklimaks dimana dihadapkan dengan kepentingan pasar online yang memiliki ekspektasi berbeda. Sehingga mempengaruhi mental dan pikiran untuk banyak mempertimbangkan tanpa ada tindakan yang biasanya berjalan tanpa beban.

Padahal kegiatan membuat video dan ditayangkan di channel youtube @andriekw ini lebih kepada penyeimbang rutinitas dan menjaga kewarasan dalam bertubi-tubinya tugas yang tentu sulit dibendung karena memang beban pekerjaan yang lumayan. Menikmati momen untuk melakukan editing sederhana, merekam suara hingga menghiasnya menggunakan aplikasi edit video yang dikuasai serta akhirnya upload di channel youtube dan sesekali di share juga linknya kepada kawan, mitra dan kerabat yang ada di daftar kontak.

Sekaligus juga menitipkan file video di platform youtube yang bisa diakses kapan saja, selama nama akun dan paswordnya masih hafal hehehehe. Maka memori video di smartphone bisa dihapus dan memberi kesegaran baru terhadap kinerja smartphone yang terlihat begitu berat menanggung beban memori yang bertambah terus tanpa bisa melakukan penolakan.

Maka tarik nafaslah sejenak dan mencoba menenangkan rasa dengan sebuah sruputan bersahaja dari secangkir kopi tanpa gula yang hadir di tempat berbeda. Biarkan pikiran tenang beberapa saat tanpa memikirkan urusan lain kecuali “me & time“…. ya sesaat saja, 5 – 10 menit cukup kok. Jangan kelamaan, waktu berjalan terus.

Coba flashback dan meniti memori kembali tentang perjalanan awal membuat postingan youtube ini. Telusuri saja dan ikuti aliran kenangannya, maka sebuah simpulan datang perlahan tapi pasti dan semangat berkreasi kembali hadir tanpa perlu dipanggil lagi. Itulah yang dipahami oleh diri ini sebagai tahapan kontemplasi.

Jadi kelanjutannya adalah teruskan kembali jemari lincah mengedit dan menghias serta akhirnya upload dan video – video bisa melengkapi koleksi channel youtube kesagangan ini. Meskipun perlahan tapi pasti tentu kita berusaha untuk mencoba membuat video dan di upload dengan kualitas dan kekuatan cerita yang ‘mungkin’ itu adalah harapan pasar.

Selamat berkreasi di jumat pagi ini kawan. Demikian curhat pagi ini, Semangat. Wassalam (AKW).

SUNGAI & KENANGAN.

Sebuah kenangan dan harapan..

CIMAHI, akwnulis.com. Sabtu pagi yang redup dan angin pagi agak kencang mengingatkan cerita masa kecil yang begitu akrab dengan fenomena alam.

Sebuah momen banjir dadakan yang diakibatkan oleh curah hujan di hulu sungai adalah saat yang tepat untuk berselancar di sungai yang ujungnya membelah kampungku dan biasanya mereda pada saat mendekati bendungan.

Meskipun perlu perjuangan untuk mencapai area hulu sungai, tapi berselancar selama 1 jam lebih dengan arus cepat sungai hingga kembali ke area dekat perkampungan adalah sebuah kesempatan bersama yang memacu adrenalin dan pembuktian keberanian.

Inilah ceritanya :

FIKMIN # CAAH #

Panon awas ceuli rebing, nungguan nu dipikahayang. Limaan geus sayaga bari mamanggul ban jero nu pinuh tambalan jeung ciri supaya teu pahili. Langit angkeub angin narikan, sirah cai ngabudah.

Hayu ah, Bismillah”

Cai kiruh datang mawa sumanget barudak lembur nu hayang hiburan. Ngajaran ngangkleung bari numpakan budah cai nu ngahègak tur jangkung. Cai sungapan nu ngagenclang diganti ku gumuruhna cai kiruh nu mawa pangaruh, ngaratugkeun jajantung tapi nangtang kahayang.

Gejebur… gejebur, limaan numpakan ban jero langsung ngagabung kana cai nu umpal-umpalan. Patinggorowok, matak resep seuseurian.

Hanjakal suka bungah ukur memenitan, sabab ningali ka tukang, aya deui caah dèngdèng susulan, leuwih kiruh, jangkung jeung tarik.

Hanjaaat… hanjaaat” sora Jang Iyud bari beungeut pias. Deden, Yayan jeung Agus geus teu kaciri kagulung caah.

Uing beunta, geuning na jero cai, awak dibubat babèt jiga kapas katebak angin. Peureum, Babacaan sabisa-bisa. Pas beunta deui, gigireun lulun samak nyèrèngèh. Poèk.

Disclaimer :

Mohon maaf jika ceritanya dalam bahasa daerah, bahasa sunda. Tapi itulah indahnya kata dan bahasa. Untuk yang belum dan tidak mengerti, silahkan isi dikolom komentar atau japri saja kepada penulis. Selamat weeekend kawan. Wassalam (AKW).

Malas menulis di Nata De Coffee.

Nulis kopi lagi dan sruput.

BANDUNG, akwnulis.com. Waktu menunjukan pukul 03.20 wib dan jemari sudah bersiap menulis sesuatu di note smartphone kesayangan. Tapi ternyata ide menulis sedikit terhambat, seolah ada barrier kokoh yang menghambat hadirnya aneka kata dan kalimat. Jikalau tuntas membuat satu paragraf, ternyata paragraf selanjutnya langsung di delete kembali karena merasa tidak ada benang merahnya.

Jika lihat momentum tentu ini waktu ideal shalat malam, namun aktifitas ini tidak perlu hadir dalam catatan pribadi karena sudah jelas ada rokib dan atid yang setia dan konsisten untuk membuat laporan rutin seluruh aktivitas kehidupan.

Maka cara terbaik adalah kembali mengulang aktifitas yang dilakukan sedari tadi yakni scroll photo – photo di galery hapè untuk menemukan sebuah gambar yang bisa menjadi inspirasi cerita yang diawali dengan kata dimana, siapa dan apa maka kata bagaimana dan kapan menjadi pelengkap untuk hadirkan sejumput cerita singkat kehidupan.

Akhirnya sebuah momentum proses menuangkan cairan kopi hitam tanpa gula ke gelas kaca untuk bersiap dinikmati yang menjadi pilihannya. Kopi lagi kopi lagi, sebuah komentar menandakan kebosanan yang bisa menghancurkan semangat menulis yang baru saja kembali bergelora. Untungnya penulis jarang baper, tapi biarkan saja semua komentar, respon dan nyinyiran menjadi bahan baku motivasi dalam menulis sesuatu secara singkat tapi semoga menghadirkan senyuman.

Kucuran kopi ini menjadi legend karena begitu meyakinkan bahwa pekatnya kopi bukan berarti penuh kepahitan. Tapi manisnya rasa hadir juga karena sebuah keindahan yang beraneka makna. Secara teori rasa, dengan biji robusta maka jelas kepahitan serta rasa standar yang akan hadir.

Ternyata dengan metode seduh manual v60 dapat menghasilkan rasa pahit yang lembut dan bulat serta selarik manis malu-malu hadir namun segera menghilang karena terhenyak dengan kenyataan. Untuk melengkapinya maka pesan lagi kopi tubruk biasa yang disajikan dalam bentuk gelas yang unik khas cafe ini, namanya Cafe Nata De Koffie di daerah sekitar terminal Dago Bandung.

Selain rasa maka yang begitu nyaman disini adalah suasana tenang yang mendamaikan hati serta ornamen ukiran kayu atau gebyok yang begitu detail plus presisi mempersembahkan keahlian adiluhung seniman atau mpu di masa lalu.

Sruputan terus berlanjut dan ide menulispun kembali hadir menemani hari ini yang begitu mencerahkan. Selamat mensyukuri nikmat kehidupan dan mengukir karya di pagi dini hari jumat ceria. Wassalam (AKW).

***

Lokasi :

CAFE NATA DE KOFFIE, Jl. Dago No. 472 Kec Coblong Kota Bandung. 40135

KOPI BERBUIH DI CUPBA CAFE.

Menikmati sajian kopi dingin berbuih…. suegeer.

BANDUNG akwnulis.com. Pertemuan dengan sajian kopi kali ini seolah dituntun oleh takdir dan diarahkan keadaan karena seperti tidak sengaja mencari tetapi akhirnya bersua. Itulah indahnya sebuah makna pertemuan dan disadari atau tidak ternyata semakin mudah bertemu dengan aneka kohitala (kopi hitam tanpa gula) khususnya yang diproses sajian secara manual tanpa menggunakan mesin kopi. Sehingga menilai rasanya bisa maksimal.

Halah sotoy menilai rasa, padahal khan nggak belajar cupping dan nggak punya lisensi sebagai seorang profesional untuk menilai notes dan profile kopi.”

Kalem bro, nggak usah ngegas begitu. Tulisan – tulisan receh di blog ini memang hanya tulisan santai yang bertema tentang ‘belajar mencintai kopi’ yang diperlukan kesabaran, perlahan tapi pasti dan tetap menjaga konsistensi seperti belajar bagaimana mencintaimu, ahaay.

Jikalau tulisan ini bicara sebuah rasa dari sajian kopi, sebuah suasana dalam cafe kopi atau siapa yang begitu menyegarkan membawa dan menyajikan kopi, juga tempat yang nyaman untuk menikmati kopi, itulah yang coba ditulis dengan tertatih dan berusaha terus tanpa letih.

Urusan rasa kopi tentu sang lidah dan indera penciuman begitu berperan ditambah sejumput imajinasi menghasilkan catatan penting manakala sruputan kopi ini menjadi relaksasi. Memberi ketenangan bagi diri dan akhirnya bisa memberi suasana kesegaran dalam aktifitas sehari-hari.

Kali ini bersua dengan sajian kopi yang diproses dengan metode cold brew. Metodenya dengan proses ‘perendaman‘ menggunakan air dingin dengan suhu ruangan lalu disimpan selama minimal 8 jam. Nah setelah itu bisa dicicipi alias dinikmati. Kekhasan metode cold brew ini adalah melindungi bean dari paparan suhu panas sehingga tidak ikut mengekstraksi karakter acidity kopi, ekstraksi dilakukan melalui lamanya waktu perendaman dan akan menghasilkan rasa kopi yang ringan tapi istimewa.

Ternyata metode cold brewnya plus alias ada perlakuan tambahan yang dilakukan oleh kang Iman, yakni setelah proses 8 jam perendaman lalu disaring dan disimpan di chiller selama 3 bulan dan 6 bulan. Sehingga menghasilkan cold brew yang berbeda. Untuk cold brew yang 3 bulan disimpannya, ada rasa sedikit manis alami dan agak nyereng*) dengan acidity alias rasa asam yang menyegarkan.

Nah pas nyoba yang cold brew versi disimpan 6 bulan, baru dibuka aja sudah menghadirkan sensasi. Karena ternyata langsung busa kekuningan mendesak tutup botolnya dan meluber keluar membasahi meja. Tentu sang barista gesit mengambil lap berupa kanebo yang mudah menyerap cairan tumpah. Tapi karena didokumentasikannya jadi nggak asyik, warnanya lecek hehehe. Disingkirkan dulu untuk kepentingan dokumentasi.

Kebetulan juga botol cold brewnya ini menggunakan botol seperti minuman beralkohol maka tampilannya menjadi unik dan memiliki daya tarik sebelum meminumnya. Lalu gelas – gelas diedarkan dan diminum bersama, baik sang barista juga seorang kawan yang kebetulan sedang bersama.

Srupuut… nyengiir.. keasaman sempurna memenuhi rongga mulut dan memberikan sensai kejut di ujung lidah, asem dan seperti bersoda. Tapi tetap rasa kopinya ada dengan nuansa alami racikan manual yang bersahaja. Memberi kesempatan berharga menikmati sajian kopi di daerah bandung utara.

Jadi inilah tulisan singkat yang mungkin bisa memberi makna serta informasi berbeda tentang bagaimana secara bertahap mencintai kopi yang tersaji tanpa tambahan bahan itu ini. Happy weekend kawan, Wassalam (AKW)

***

Lokasi :
KOPI CUPBA
Jl. Sersan Bajuri No. 102 Cihideung Parongpong Kab. Bandung Barat. Jawa Barat 40559
(Halaman Green Forest Horison Hotel).

SILATURAHMI KOPI CANGCUTA.

Silaturahmi Kopi tak terasa 5 tahun lalu..

CIREBON, akwnulis.com. Sebuah ingatan melayang ke masa silam, sekitar 5 tahun yang lalu ada momentum yang tidak terlupakan berkaitan dengan silaturahmi kopi. Kala itu masih bertugas sebagai ‘insinyur‘ karena memegang tugas jabatan yang kental berhubungan dengan kata ‘infrastruktur‘ dari mulai urusan jalan tol, jalan provinsi sampai rawayan dilanjut danau hingga urusan bandar udara.

Nah kawan satu ini merupakan seorang pejabat perencana di dinas yang basah yaitu urusan sumber daya air (SDA), “Dijamin basah khan?”

Bertandanglah waktu itu dalam koridor kedinasan yang namanya rapat koordinasi tambah basa-basi dan disaat bubar maka langsung menuju ruangannya disajikan kopi manual dan tentunya biji kopi asli yang digrinder mendadak, Yummy.

Pas disajikan, kopinya biasa saja. Tapi disaat sruputan terlaksana. Keasaman atau aciditynya muncul dan ninggal padahal bean atau biji yang digunakan bukan biji kopi arabica khas java preanger tapi kopi robusta. Jadi penasaran, langsung minta lagi.

Sajian kedua ternyata tetap menampilkan rasa acidity yang beda tapi sedikit aneh. Wah makin penasaran, maka pas ada kesempatan dengan alasan mau ke kamar kecil dulu, mencoba memasuki dapur darurat tempat pembuatan kopi manual ini.

Jengjreng…

Mata tertegun melihat peralatan seduh kopi manual ini. Sebungkus kopi robusta tidak menjadi perhatian, begitupun corongnya juga tidak masalah, tetapi kain yang digunakan untuk menyaring proses ekstraksi ini mirip kain  yang biasanya digunakan untuk celana dalam perempuan dan di kampung halaman disebutnya ‘cangcut‘ atau jangan – jangan kain ini adalah kain itu…. waddduh pantesan aciditynya jadi muncul hehehehe.

Sejak saat itu muncul istilah kopi cangcuta alias kopi yang diseduh dengan kain mirip cangcut tadi. Tulisan singkatnya yang agak disamarkan ada pada postingan “KOPI CANGCUTA”.. monggo di klik aja, diposting tahun 2018 silam.

Loncat kembali ke kenyataan saat ini, kembali bersua, bersilaturahmi dengan kawan lama yang sudah semakin sukses dan menjadi bos atau kepala di Unit Pelaksana Teknis Dinas untuk wilayah yang terbentang di area Ciayumajakuning serta sebagian kabupaten sumedang, bandung dan garut.

Ruang kerjanya yang luas dan nyaman serta lengkap dengan fasilitas kerja plus yang menarik adalah peralatan kopinya yang begitu lengkap. Baik untuk perlengkapan seduh manual menggunakan corong V60, juga ada mesin espresso dan americano plus aeropress juga mesin drift untuk cold brew. Mantaaabs.

Langsung saja berdiskusi dan beraksi. Bersama-sama berproses dan menyeduh dengan manual V60 untuk memghasilkan sajian kopi yang dinikmati bersama. Alhamdulillah. Kebetulan juga di ruang kerjanya ada televisi besar, maka sambil tak lupa channel youtube @akwcoffee ditayangkan, lengkap sudah.

Ternyata waktu 5 tahun itu terasa sekilas saja kawan, sekarang bersua dan bercengkerama dalam suasana berbeda tetapi tetap penuh rasa kekeluargaan dan kenikmatan seperti menyeruput kopi yang diproses bersama. Silaturahmi kopi menjadi sebutan penting untuk momentum ini.

Sebagian cerita silaturahmi kopi ini dapat disaksikan di dokumentasi NGOPI DI CIREBON pada menit ke 06.05. Cekidot.

Setelah puas berdiskusi dan sruput kopi berkali-kali, maka akhirnya kata pamit menjadi akhir perjumpaan ini dan menjadi kenangan manis pada perjalanan ke cirebon kali ini. Sukses terus A Hendi dan hatur nuhun atas sambutannya serta cerita yang berapi-api. Wassalam (AKW).

HAYANG GANCANG – fbs

Hayang gancang jadi ènggal.

Meluncur / Dokpri.

CIREBON, akwnulis.com. Setelah tuntas menghitung jumlah totol yang ada di tubuh rusa dan menikmati seduhan kopi tapi bentuknya teh celup seperti pada tulisan NGOPI rasa NGETEH. Maka sambil bergerak menyusuri jalan tol Cipali, jemari menari untuk menulis sebuah cerita singkat berbahasa sunda, fikmin Sunda.

Silahkan…

FIKMIN # HAYANG GANCANG #

Bada magrib ti Sumedang numpak si kukut, Honda win100. Ngaliwatan cadas pangeran mimiti pras pris, patalimarga lancar jadi bisa kekebutan. Asup ka wewengkon Tanjungsari ngarandeg, motor dilaunan.

Maju saeutik tapi mobil jeung motor ngahunted, eureun. Hatè mimiti ratug, sieun teu kaudag jadwal ‘night dinner‘ jeung bèbènè. Mangkaning geus omat-omagan, “Datang telat deui, pegat.”

Ngahuleng bari ningalikeun jalan nu pinuh ku mobil jeung motor. Keur kitu aya sora ambulan,
Ngiung… ngiung.. ngiung.. ngiung.”

Teu loba carita, langsung taki-taki rèk ngilu tukangeun ambulan.

Teu lila ambulan datang, uing sayaga. Ambulan ngaliwat, honda win100 asup tukangeunnana. Ngilu rombongan.

Ambulan tarik lumpatna nepika honda win100 gogoakan bèakeun tanaga. Tapi teu bisa ujug-ujug eureun misahkeun manèh tina rombongan da geuning ambulan tèh konvoi kana tiluna. Jadi tukangeun motor aya 2 ambulan deui. Paingan sora sirineuna loba.

Ngerèm teu bisa bisi katubruk, ukur bisa ngagas wè sakuat tanaga, ngungudag ambulan. Hatè beuki ratug sieun cilaka.

Cag.

***

Begitulah coretan kata kali ini, agak pusing juga ngetik di handphone sambil mobil bergerak cepat. Udah ah ngetiknya. Hatur nuhun, Wassalam (AKW).

NGOPI tapi NGETEH di Gd Negara Cirebon.

Silaturahmi dan Kopi adalah abadi.

CIREBON, akwnulis.com. Suasana pagi menjelang siang ini begitu bersahabat, langit teduh menemani kehadiranku di Kota Udang, Cirebon. Tentu menambah semangat untuk berkeliling dan menikmati suasana yang jarang ditemukan pada rutinitas sehari-hari.

Pertama adalah silaturahmi bersama kawan – kawan Cleaning service yang bertugas. Duduk lesehan sambil diskusi tentang banyak hal, terutama urusan penting tentang kepastian dan keberlanjutan kehidupan. Diskusi berjalan lancar dalam suasana kekeluargaan, apalagi dilengkapi dengan hadirnya ceret atau teko berisi air panas bergejolak karena mendidik yang tadi dijerang di dapur.

Maka senjata andalan coba dihadirkan dalam kondisi kali ini. Sebungkus kopi siap seduh yang tinggal buka dan ada telinganya dari kertas dikanan kiri sebagai penyangga lalu dipasangkan di gelas dan diseduh dengan air panas mendidih.

Sret, bungkus kopi berwarna hitam yang dibawa dari kamar hotel sewaktu nginep di jakarta. Lalu diambil dalamnya dan sedikit tertegun, karena yang berada di genggaman buka kopi siap seduh manual sebagaimana bayangan, tetapi mirip teh celup dengan ukurannya lebih besar. Ya sudah gimana lagi, kopinya digeletakin di gelas kaca lalu di siram perlahan dengan air teko yang masih mendidih. Pelan tapi pasti hingga bungkusan kopinya tenggelam di tengah gelas. Seduhan berhenti dan sekarang giliran kopinya diangkat turun naik mirip buat teh celup.

Naik turun,
Naik turun,
Naik turun.
sudah ah, kayaknya sudah cukup deh.

Maka tersajilah kohitala instan yang diproses seperti buat teh celup, tadaaa…. warnanya sih agak hitam bening, kayaknya meyakinkan.

Bismiillah, segera di sruput deh. Hmm rasanya ringan dan less acidity dengan harum kopi yang cukup menyegarkan rasa. Lumayan membayar kerinduan untuk ngopay di tempat yang penuh kekeluargaan ini. Srupuuut.

Kegiatan selanjutnya adalah bertemu dengan Rusa Tutul yang jumlahnya 32 ekor sebagai penghuni mini zoo di halaman kantor Eks Bakorwil III Cirebon ini. Awalnya berjumlah 30 ekor dan sekarang bertambah 2 ekor anak lusa yang rucu…. eh anak rusa yang lucu.

Bang totolnya ada berapa di badan rusa?” Seorang pengunjung bertanya dengan wajah antusias.

389 buah totol per ekor”

Wah beneran bang, emang udah pernah ngitung?”

Saya jawab dengan tenang, “Nggak percaya, coba itung sendiri!”

Pengunjung yang bertanya terdiam sambil melihat raut wajahku yang serius. Lalu dia mengangguk-anggukan kepala, mengamini informasi tentang jumlah totol di badan rusa tersebut.

Pembaca tulisan ini nggak yakin?.. maka dipersilahkan datang sendiri ke Cirebon dan hitung dengan seksama hehehe.

Tuntas menghitung totolnya tubuh rusa maka silaturahmi dilanjutkan dengan jajaran keamanan dalam dari Gedung negara Cirebon ini ditemani 3 orang nu ngageugeuh, kumpul agak resmi karena duduk di kursi serta meriung dan tidak lupa berpantun.

Bawa botol dibiarkan menggantung
Ternyata dibiarkan jadi berisi kadal

Rusa totol tuntas dihitung
Lanjutkan diskusi sama temen kamdal

Begitulah sekelumit aktifitas ngopay dan silaturahmi kali ini di Kota Cirebon. Sebuah kata pamit hanyalah catatan, karena esok lusa akan berlanjut dengan aneka pertemuan. Wassalam (AKW).