CIREBON, akwnulis.com. Setelah tuntas menghitung jumlah totol yang ada di tubuh rusa dan menikmati seduhan kopi tapi bentuknya teh celup seperti pada tulisan NGOPI rasa NGETEH. Maka sambil bergerak menyusuri jalan tol Cipali, jemari menari untuk menulis sebuah cerita singkat berbahasa sunda, fikmin Sunda.
Silahkan…
FIKMIN # HAYANG GANCANG #
Bada magrib ti Sumedang numpak si kukut, Honda win100. Ngaliwatan cadas pangeran mimiti pras pris, patalimarga lancar jadi bisa kekebutan. Asup ka wewengkon Tanjungsari ngarandeg, motor dilaunan.
Maju saeutik tapi mobil jeung motor ngahunted, eureun. Hatè mimiti ratug, sieun teu kaudag jadwal ‘night dinner‘ jeung bèbènè. Mangkaning geus omat-omagan, “Datang telat deui, pegat.”
Ngahuleng bari ningalikeun jalan nu pinuh ku mobil jeung motor. Keur kitu aya sora ambulan, “Ngiung… ngiung.. ngiung.. ngiung.”
Teu loba carita, langsung taki-taki rèk ngilu tukangeun ambulan.
Teu lila ambulan datang, uing sayaga. Ambulan ngaliwat, honda win100 asup tukangeunnana. Ngilu rombongan.
Ambulan tarik lumpatna nepika honda win100 gogoakan bèakeun tanaga. Tapi teu bisa ujug-ujug eureun misahkeun manèh tina rombongan da geuning ambulan tèh konvoi kana tiluna. Jadi tukangeun motor aya 2 ambulan deui. Paingan sora sirineuna loba.
Ngerèm teu bisa bisi katubruk, ukur bisa ngagas wè sakuat tanaga, ngungudag ambulan. Hatè beuki ratug sieun cilaka.
Cag.
***
Begitulah coretan kata kali ini, agak pusing juga ngetik di handphone sambil mobil bergerak cepat. Udah ah ngetiknya. Hatur nuhun, Wassalam(AKW).
CIREBON, akwnulis.com. Suasana pagi menjelang siang ini begitu bersahabat, langit teduh menemani kehadiranku di Kota Udang, Cirebon. Tentu menambah semangat untuk berkeliling dan menikmati suasana yang jarang ditemukan pada rutinitas sehari-hari.
Pertama adalah silaturahmi bersama kawan – kawan Cleaning service yang bertugas. Duduk lesehan sambil diskusi tentang banyak hal, terutama urusan penting tentang kepastian dan keberlanjutan kehidupan. Diskusi berjalan lancar dalam suasana kekeluargaan, apalagi dilengkapi dengan hadirnya ceret atau teko berisi air panas bergejolak karena mendidik yang tadi dijerang di dapur.
Maka senjata andalan coba dihadirkan dalam kondisi kali ini. Sebungkus kopi siap seduh yang tinggal buka dan ada telinganya dari kertas dikanan kiri sebagai penyangga lalu dipasangkan di gelas dan diseduh dengan air panas mendidih.
Kopi celuf siaf sazi / Dokpri.
Sret, bungkus kopi berwarna hitam yang dibawa dari kamar hotel sewaktu nginep di jakarta. Lalu diambil dalamnya dan sedikit tertegun, karena yang berada di genggaman buka kopi siap seduh manual sebagaimana bayangan, tetapi mirip teh celup dengan ukurannya lebih besar. Ya sudah gimana lagi, kopinya digeletakin di gelas kaca lalu di siram perlahan dengan air teko yang masih mendidih. Pelan tapi pasti hingga bungkusan kopinya tenggelam di tengah gelas. Seduhan berhenti dan sekarang giliran kopinya diangkat turun naik mirip buat teh celup.
Naik turun, Naik turun, Naik turun. sudah ah, kayaknya sudah cukup deh.
Maka tersajilah kohitala instan yang diproses seperti buat teh celup, tadaaa…. warnanya sih agak hitam bening, kayaknya meyakinkan.
Rapat akrab para CS / Dokpri.
Bismiillah, segera di sruput deh. Hmm rasanya ringan dan less acidity dengan harum kopi yang cukup menyegarkan rasa. Lumayan membayar kerinduan untuk ngopay di tempat yang penuh kekeluargaan ini. Srupuuut.
Kegiatan selanjutnya adalah bertemu dengan Rusa Tutul yang jumlahnya 32 ekor sebagai penghuni mini zoo di halaman kantor Eks Bakorwil III Cirebon ini. Awalnya berjumlah 30 ekor dan sekarang bertambah 2 ekor anak lusa yang rucu…. eh anak rusa yang lucu.
“Bang totolnya ada berapa di badan rusa?” Seorang pengunjung bertanya dengan wajah antusias.
Ngitung dulu totolnya / Dokpri.
“389 buah totol per ekor”
“Wah beneran bang, emang udah pernah ngitung?”
Saya jawab dengan tenang, “Nggak percaya, coba itung sendiri!”
Pengunjung yang bertanya terdiam sambil melihat raut wajahku yang serius. Lalu dia mengangguk-anggukan kepala, mengamini informasi tentang jumlah totol di badan rusa tersebut.
Pembaca tulisan ini nggak yakin?.. maka dipersilahkan datang sendiri ke Cirebon dan hitung dengan seksama hehehe.
Tuntas menghitung totolnya tubuh rusa maka silaturahmi dilanjutkan dengan jajaran keamanan dalam dari Gedung negara Cirebon ini ditemani 3 orang nu ngageugeuh, kumpul agak resmi karena duduk di kursi serta meriung dan tidak lupa berpantun.
Kumpul Kamdal / Dokpri
Bawa botol dibiarkan menggantung Ternyata dibiarkan jadi berisi kadal
Rusa totol tuntas dihitung Lanjutkan diskusi sama temen kamdal
Begitulah sekelumit aktifitas ngopay dan silaturahmi kali ini di Kota Cirebon. Sebuah kata pamit hanyalah catatan, karena esok lusa akan berlanjut dengan aneka pertemuan. Wassalam(AKW).
Menyusuri danau Situ Gede sambil Ngopi dan shalat sunnah meskipun salah kiblatnya.
Bersiap berkeliling Situ Gede / Dokpri.
TASIKMALAYA, akwnulis.com. Perahu bergerak perlahan membelah ketenangan dari danau di tengah kota tasik yang memiliki luas 47 hektar ini dengan dipiloti eh dinahkodai oleh Kang Deni, pemuda tasik yang baik hati.
Deal awal sebetulnya keliling danau situ gede ini dengan biaya yang relatif terjangkau. 10 ribu rupiah per orang, tapi karena hanya berdua jadi 15 ribu per orang, worth it atuh. Let’s go. Apalagi dari obrolan bersama sang Nakhoda, bisa merapat ke pulau di tengah danau. Bisa berpetualang nich. Ntar ditambah deh ongkosnya.
“Ada Mushola dan makam diatasnya kang” Gitu kata Kang Deni Nakhoda. Wah menarik juga, hayu nanti kita turun sejenak. Maka meluncurlah perahu berkelir hijau muda ini membelah ketenangan air danau yang ditemani angin pagi menyegarkan.
Menyongsong awan / Dokpri.
Maka perjalanan paparahuan dilanjutkan berkeliling danau yang penuh pemandangan hijau memikat mata menenangkan pikiran. Apalagi terlihat beberapa pemancing yang begitu setia menanti umpan disambar ikan dengan diam mematung dan fokus penuh konsentrasi. Ada juga pemancing yang all out karena kaki hingga paha terendam air danau dengan tangan tetap memegang pancing dan tatapan tajam melihat kukumbul (bhs sunda : penanda tali pancing yang nyambung ke mata kail berisi umpan, biasanya berwarna merah menyala).
Di perjalanan mengelililingi danau, terlihat perahu yang bergerak kencang menyusul pergerakan perahu kami yang memang disetting santai oleh sang nakhoda. Terlihat beberapa emak-emak berada di perahu yang melaju kencang, sedikit tersenyum simpul dan penuh permakluman, pasti The power of emak-emak. Sehingga bagi nakhodanya nggak ada pilihan lain lebih baik memacu kencang daripada kena semprot emak-emak.. Huss kok suudzon sih, mungkin ini mah.
Perahu emak-emak menyusul / Dokpri.
Jadi kami hanya dadah-dadah saja sambil tertawa disaat perahu berisi emak-emak tadi melintas dengan kencang. Sudah jelas tujuannya agak berbeda karena kami akan merapat ke tengah pulau untuk melihat mushola yang disebutkan tadi. Sebagai persiapan maka sesaat perahu merapat ke tepi, langsung wudhu dengan menggunakan air danau, karena di pulau tidak ada air wudhu. Kang Fammy agak kaget karena berwudhu dengan air danau, khawatir dengan standar sanitasi dan takut kulit wajah hasil perawatannya ada alergi hehehehe….. just a joke. Akhirnya hanya diriku yang berwudhu lalu hanjat (eh berpindah ke daratan / ke pulau) lalu menuju mushola, sementara Kang Fammy bergegas meniti jalur jalan berbatu ditemani Kang Deni Nakhoda untuk melihat makam yang ada.
Tuntas shalat dhuha, ada teriakan dari Kang Deni yang sudah kembali dari arah makam, “Pak maaf itu kiblatnya salah, kebalik”
Walah sedikit kaget, tapi tanggung atahiyat akhir, salam dulu aja. Setelah itu kembali memutar sajadah sesuai arahan kang deni dan kembali 2 rakaat dilanjutkan. Maklum baru sekarang sholat disini, lagian tadi langsung sholat aja sesuai posisi sajadah yang ada.
Mushola Prabudilaya / Dokpri.
“Allahu Akbar…..”
Tuntas dari pulau tersebut lalu menaiki perahu dan saatnya melanjutkan menikmati sajian kopi hitam tanpa gula dan kelapa muda yang sudah dibawa dari tadi. Kohitala panas begitu nikmat dan air kelapa melengkapi dengan kesegarannya, Alhamdulillah.
Itulah cerita singkat tentang menikmati kesegaran danau atau Situ Gede Kota Tasikmalaya dengan berbagai aktifitas dari mulai berlayar, wudhu di danau, shalat sunah salah kiblat hingga sruput kohitala dan air kelapa. Untuk yang penasaran dengan suasana riilnya dalam bentuk video maka bisa dilihat di channel youtube andriekw-ngopi di Situ Gede.
Sruput Kopi sama Kang Fammy / Dokpri.
Pokoknya dijamin menyenangkan dan memberi rasa bahagia. Selamat sruput kopi dan berwisata kawan, Wassalam(AKW).
CIMAHI, akwnulis.com. Seiring perjalanan waktu menapaki kehidupan, ada hal yang begitu syulit (baca sulit) untuk diwujudkan padahal ihtiar sudah maksimal (perasaannya), tapi hasilnya tidak signifikan kawan, malah bertolak belakang dari yang diharapkan.
Maka dibaca dan dirunut kembali ingatan masa sebelumnya serta aneka usaha yang dilakukan. Beberapa usaha yang pernah dilakukan adalah olahraga futsal secara rutin ba’da isya karena siangnya sibuk bekerja, minum obat pelangsing produk cina yang kata iklan digunakan oleh para pramugari/pramugara agar tetap menjaga postur tubuhnya.
Nah futsal berhenti disaat almarhum ajie massaid meninggal (februari 2011), walah ternyata ihtiar ini sudah dari 12 tahun lalu. Trus obat cina berhenti karena efek sampingnya yang bisa BAB mendadak karena efek pelunturan lemak di perut, istilah bahasa sunda itu mudah ‘kapacirit‘.
Ihtiar berlanjut diantaranya metode penurunan berat badan dengan menggunakan teknik akupuntur, sekitar 30 jarum khusus menusuki bagian tubuh ini terutama perut dan juga beberapa titik di kepala dan berlangsung rutin selama 3 bulan, alhasil sinshenya nyerah karena ternyata tidak ada perubahan signifikan dan nafsu makan tetap menggebu. Malah pernah saking buru-burunya, beres terapi lalu ke kantor tapi ada rasa perih di pinggang kiri, pas diperiksa eh ada 2 jarum akupuntur ketinggalan, masih nempel hehehe.
Lalu yang cukup lama adalah pola makan food combining yang dijalankan cukup lama hampir 2 tahun lamanya tetapi akhirnya hancur karena cheating dan enaknya masakan rumah di malam hari. Petualangan pelangsingan terus dilakukan, termasuk menggunakan produk herbalife yang ternyata hanya bertahan 6 bulan saja.
Mencoba juga diet ekstrim yang disebut diet macan atau diet ketofastosis yang menghentikan seluruh karbobidrat, sayuran dan buah lalu mengganti dengan daging merah dan lemak termasuk kuah dari mie kocok dilengkapi kikilnya dengan syarat dicek gula darah setiap hari harus dibawah 80 poin. Diet ini signifikan menurunkan berat badan dari 117 kg menjadi 90 kg, berarti 27 kg berhasil turun dalam medio 1 tahun. Hanya saja tidak bertahan lama, 2 tahun berlalu dan mulai cheating karbo, jelas ini berbahaya karena beresiko stroke dan penyamit kekurangan mineral, katanya. Akhirnya diputuskan untuk kembali normal makan minum tetapi dengan porsi yang sedikit.
Apa lagi ya, bentar adalagi diet DEBM (diet enak bahagia dan menyenangkan). Coba diikuti tapi akhirnya kalah juga dengan ketidakdisiplinan ini dan rasa kasihan serta kabitaan disaat melihat para pedagang makanan yang selalu hadir ngagupayan eh memanggil – manggil.
Maka dilakukan konsultasi ke dokter, minum obat, disuntik serta wajib berolahraga teratur. Namun pilihannya sekarang hanya jalan kaki saja karena pasca patah kaki tahun lalu, mengubah pola olahraga yang harus dilakukan.
Dari evalusi ingatan dan arsip kehidupan tadi ternyata berhubungan dengan ‘Innamal a’malu binniyat’ yaitu Sesungguhnya segala perbuatan itu bergantung dari niatnya sebelum melakukan ihtiar. Ada kesalahan niat yang harus dikoreksi, yaitu ungkapan atau ucapan niatnya. Selama ini niatnya dan semangatnya adalah ‘Bertekad bulat untuk langsing.’
Sekali lagi bahwa niatnya adalah ‘BERTEKAD BULAT’ ini ternyata yang menjadi pengganjal ihtiar selama ini karena niatnya bertekad untuk membulat, pantesan badan ini makin bulat hehehehe.
Bismillahirrohmannirrohiim..
Semenjak tulisan ini hadir, niat dan tekadnya telah diubah ya kawan, sekarang BERTEKAD LANGSING DENGAN BERAT BADAN IDEAL, bukan bertekad bulat lagi.
Selamat pagi kawan, jangan lupa tersenyum menyambut harapan di pagi ceria hari ini. Wassalam (AKW).
SINGAPARNA, akwnulis.com. Berawal dari perbincangan santai dalam sebuah acara dinas yang dilaksanakan secara berangkai, tentu diselingi senyum dan tawa yang terkadang terbahak karena sebuah sebab. Diskusi tak resmi beradu diksi, kembali pecah tawa tanpa perlu sensasi. Indahnya kebersamaan yang dihadirkan karena sebuah undangan plat merah yang telah dibagikan.
Nah pembahasan yang strategis adalah terkait tentang CSR, sebuah istilah tentang kepedulian sosial atau tanggungjawab sosial dan lingkungan dari perusahaan dan pihak – pihak perseroan. Sehingga bisa menjadi salah satu sumber keuangan yang mendukung proses pembangunan. Masih banyak sumber – sumber keuangan itu selain CSR, kata Pak RK mah ada APBN, APBD provinsi, APBD Kabupaten / Kota, Dana Umat, Pinjaman daerah, Obligasi dan KPBU (kerjasama pemerintah dan badan usaha).
Pas bicara CSR, ingatan pribadi langsung berlari menggali memori yang tertuang pada tulisan singkatku di masa lalu. Tentu dengan judul yang sama, CSR. Maka menarilah kedua jempol ini di keyboard virtual smartphone melalui mbah google dengan keywordnya : andriekw, csr.
Tulisanku 11 Jan 2014 / Capture.
Tring…. langsung hadir sebuah link blog gratisanku di masa lalu. Tepatnya 11 Januari 2014 atau … wow 9 tahun lalu. Ternyata jejak digital masih tertera meskipun waktu sudah Menggerus begitu lama. Tanpa banyak basa basi langsung di capture dan disave serta tentu diabadikan pada postingan kali ini.
Tulisan singkat ini berbahasa sunda dengan genre cerita fiksi sangat singkat, tepatnya dibatasi maksimal 150 kata saja. Tetapi sudah memiliki tema dan cerita utuh dengan pesan yang jelas. Bercerita tentang semangat seorang wanita pengusaha yang merasa usahanya sudah balik modal dan tentunya berniat untuk memberikan sebuah tanggungjawab sosial kepada pihak lain dengan pelayanan yang sama namun tanpa biaya, karena ini Ce-es-ar.
Selain dicapture juga ditulis ulang cerita fiksi singkat itu, sebagai berikut :
***
FIKMIN # CSR #
Tengah peuting di péngkolan nu rada suni kaciri hiji wanoja rancunit maké mantel bulu ngadeukeutan bapa-bapa jeung nonoman nu keur ngariung. “Punten bilih aya nu badé ngersakeun, mangga haratis”,
Èta wanoja bari mukakeun mantel buluna. “Astagfirullohal adzim, nanaonan ieu téh?”, Abah Sarmad ngarénjag bari melong. Jang Ibro jeung Cép Duléx ogé mencrong teu kiceup-kiceup. Mang Bahro tungkul bari kunyam-kunyem babacaan.
“Badé moal?”, wanoja rancunit naros deui kanu karempel. Hookeun. Keur ting haruleng, katingali dua urang Satpol PP muru ka éta patempatan. Wanoja rikat nutupkeun deui mantel buluna, ngan teu tiasa lumpat da kabujeng dicerek.
Di pos keamanan wanoja téh ditalék, “Anjeun ngalanggar Perda Asusila, wayahna kudu dihukum.”
“Teu rumaos ngalanggar abdi mah pa, da tadi mah sanés icalan. Diharatiskeun malih mah”, eta wanoja ngabéla diri.
“Naha bisa kitu?”,
“Muhun abdi téh kaleresan dinten ieu icalan téh mucekil, malih mah batina ageung. Tah nu nembé nawisan haratis téh dina raraga CSR”.
***
Catatan : Jika masih tidak mengerti bisa ditanyakan di kolom komentar atau japri saja kepada penulis di jalur biasa, atau DM di Akun Instagram @andriekw
Demikianlah cerita tentang CSR yang telah penulis tuangkan menjadi rangkaian kalimat pada sembilan tahun lalu. Terima kasih dunia digital yang telah menyimpan catatan ini tanpa banyak komentar. Selamat sore, Happy weekend Guys, Wassalam. (AKW).
MELBOURNE, akwnulis.com. Sebuah catatan penting dalam tulisan perjalanan perkopian kali ini adalah sebuah pepatah lama tentang “Dimana Langit dijunjung, disitu bumi dipijak” itulah yang terjadi pada pertemuan awal dengan pelayan restoran Golden Mug’s cafe yang agak mengerutkan dahi karena order kopinya Americano. Ternyata begitu sensitif rasa memiliki istilah kopi tersebut, “No Americano but Longblack only”
Jadi tanpa perlu debat, gunakan pepatah tadi dan ikuti flow suasananya. Bangun komunikasi dan kembangkan senyuman maka diplomasi kopi akan terjadi dan persahabatan menjadi nilai utama dalam perjalanan ini.
Longblack Only / Dokpri.
Nah dari pengalaman tersebut, maka fasilitas sarapan pagi di hotel Novotel Central Melbourne inipun tidak repot-repot lagi mencari americano, cukup dicari kopi longblack, titik.
Sarapan pagi berada di lantai 2 dengan nama restorannya adalah Pretty Boy Resto dan mulai melayani breakfast bagi para penginap mulai pukul 06.00 sampai 10.00 waktu setempat. Menu sarapannya lumayan baik pilihan karbohidratnya seperti roti, crackers oat lalu proteinnya jelas daging slice dan bacon serta aneka sosis. Untuk pilihan salad, tersedia juga cukup lengkap plus ada tomat bakar
Mesin kopi / Dokpri.
Untuk pilihan minumnya sudah jelas bahwa air mineral dan kopi. Nah, pilihan kopinya yang berdasarkan sajian mesin, ada americano eh lingblack, cafelatte, capppucino dan tentu eapresso. Mesin kopi otomatisnya cukup besar, tapi nggak perlu ragu. Baca saja tombol yang ada tulisan pilihan kopinya, lalu simpan cangkir di posisi yang tepat. Pijit tombol dan tunggu sekitar 10 detik,maka keluarlah pilihan cairan kopi yang diinginkan. Biarkan sampai tuntas dan setelah indikator digital kembali ke posisi awal, itulah saatnya cangkir kopi diambil untuk dibawa ke meja tempat sarapan pagi.
Suasana sarapan di resto / Dokpri.
Terdapat juga penawaran untuk kopi yang dibuatkan oleh barista St. Ali Coffee dengan membayar 4 Dollar, tapi itu tidak menjadi pilihan penulis. Cukup dengan mesin kopi yang ada sekaligus bisa berjalan-jalan keliling resto, nggak mager di meja sarapan saja. Sekaligus berhemat dengan mengawal ketat pengeluaran yang yang dianggap bukan prioritas.
Selamat pagi dan selamat menyeruput kopi. Wassalam(AKW).
***
Lokasi : PRETTY BOY ITALIAN STEAK HOUSE Level 1/399 Little Lonsdale Street. Melbourne VIC 3000, Ostrali
Kakara nyaba meuntas nagara, teu ngimpi – ngimpi acan bisa ngalanglang buana numpak kapal udara. Rasa atoh jeung geumpeur pacampur komo nalika rèk numpak kapal. Sagala dipariksa, beubeur dilaan. Kapaksa nyekelan calana logor meunang nginjeum ti Jang Uta.
Dina kapal udara, beuteung ngusial tapi sieun ka jambanna. Antukna genep jam leuwih tipepereket, nahan nu sabrol-brolna. Kèsang badag kèsang lembut geus teu kaampeuh.
Turun tina kapal udara teu sirikna notog notogkeun manèh, panon rambisak geus teu kuat. Biwir babacaan, duh Gusti pasihan kakiatan.
Pelepes…
Alhamdulillah di hareupeun aya toilet. Lumpaaat. Nèang bilik nu kosong, sup porosot gèk, “brooottt!”
Eusi peujit surak bisa liwat.
Pas rèk cècèwok geuning euweuh semprotan cai. Nu aya gulungan tisu. “Aduh kumaha ieu?” Hareupeun wèsè tinggerendeng sora, jigana nungguan. Geus ah nèkad wè, tisu dirawu tuluy dipakè nyusutan. Diilikan tèh konèng kolot, nyegak deuih. Buru-buru makè calana sanajan karasa ramètèk dimamana. Cag.
BADUNG, akwnulis.com. Gerimis pagi masih membelenggu raga untuk malas beranjak dari peraduan. Tetapi jangan harap bisa berlama -lama bersantai karena banyak agenda yang harus dijalankan di hari ini. Ada berdasarkan ittenary ataupun improvisasi dalam bentuk agenda spontan karena melihat sebuah peluang, karena rencana yang paling menantang adalah sesuatu diluar rencana hehehehe.
Maka segera membasuh diri serta merendam kemalasan di bathtub dengan air hangat plus busa sabun yang sebenarnya menyenangkan. Lalu bersiap menggunakan pakaian yang layak untuk menikmati hari ini.
Bergeraklah dari lantai 3 menuju lokasi di lantai lobi untuk menikmati fasilitas sarapan pagi di Hotel ini, Novotel Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali.
Mesin kopi di Novotel Bandara Bali / Dokpri.
Persiapan pertama tentunya jangan lewatkan kesempatan mengganjal perut di sesi sarapan dengan variasi makanan western, asia dan indonesia serta ada yang paling penting yaitu morning mood booster, kopi mana kopi?
Nggak perlu pake lama, sedikit berkeliling saja sudah jumpa dengan mesin kopi yang akan menghadirkan rasa dan suasana berbeda. Memang tidak ada sajian kopi manual, tetapi dalam rumus #kohitala masih ada pilihan menu yang bisa dinikmati yaitu espresso, double espresso dan americano plus longblack.
Espresso double shot / Dokpri.
Pilihan pertama tentu americano, sajian mesin kopi yang menggabungkan double espresso dengan air panas sehingga masuk kategori middle atau medium body dan bisa dinikmati sambil mengunyah aneka sayuran dengan saus salad yang tersedia. Salad thousand island yang menjadi pilihan.
Srupuut. Kunyah kunyah, nikmat.
Kopi kedua supaya lebih mantabs maka kembali ke mesin kopi tadi dan memilih double shoot espresso yang ditampung kembali pada cangkir putih kejujuran. Pahitnya lebih terasa, tetapi disitulah letaknya kejujuran rasa sehingga bisa melupakan dan atau menghapuskan pahitnya kenangan kehidupan.
Salad & Americano / Dokpri.
Tak lupa 2 buah sosis ayam dan daging sapi asap ditaburi bubuk keju permessan yang juga disandingkan tomat bakar yang menggoda. Lengkap sudah sarapannya, pengganjal perut tuntas serta kopi sebagai mood boosterpun sudah 2 gelas eh 2 cangkir.
Selamat beraktifitas di Bali Kawan, beredar. Wassalam (AKW).
BANDUNG, akwnulis.com. Ketika sebuah kata kembali menjalin rasa dengan kata yang lain, maka terwujudlah kalimat. Begitupun dengan kegundahan ini. Awalnya hanya merasa sedikit saja rasa gelisah, tetapi setelah bergabung dengan keresahan lainnya ternyata berbuah tekanan yang menyesakkan dada. Padahal permainan kata dan gelisah, awalnya hanya berada diseputar kepala. Namun setelah berkumpul ternyata berpindah, menekan dada memenuhi layar smartphone dengan tulisan status atau caption gambar yang mungkin berharap apresiasi.
Maka perlawanan diri harus segera beraksi, bergerak lincah memunguti kata yang bermakna harapan, optimisme dan semangat ditautkan dengan kalimat kolaborasi sehingga mewujudkan aksi yang (seharusnya) berkelanjutan tak perlu henti. Bergeraklah jemari jaman memunguti kata yang berserak dan sudah terpapar keegoisan serta menjebak diri pada zona nyaman.
Padahal dunia belum baik-baik saja, tapi kenapa sebagian kata malah terdiam, tunduk pasrah tak berdaya serta memeluk erat kebiasaan yang sebetulnya sudah ditinggalkan jaman. Di sudut kiri kata bijak tersesat dengan kepungan nasehat sesat yang seakan modern padahal mungkin berselimut kepalsuan.
Dada yang sesak dilawan perlahan oleh dzikir yang ternyata begitu sulit diucapkan karena sebagian kata telah menjahit bibir dengan lipstik tanda kutip mengkilap penuh hasrat. Dipaksakan diucap maka perih menyeruak, tapi ini perlu diperjuangkan. Perlahan tapi pasti kata optimis gelayut erat dengan kata harap, membantu bibir bergumam dan melepaskan ikatan kegundahan.
Ternyata itulah kata kunci, karena sebenarnya raga ini hanya sebatas kefanaan yang nyata, dimana ruh abadi harus bertakzim kepada Illahi agar hamparan dunia dan kemegahan akherat berjalan lancar dalam keberkahan-Nya.
Jadi kata utama adalah kata ikhlas menerima semua takdir yang telah dicatat langit jauh hari sebelum raga ini tiba di dunia. Lalu berpadu dalam optimisme serta harapan yang menumbuhkembangkan warna warni dalam jiwa dan raga. Maka kegundahan berubah warna menjadi ceria dan sesaknya dan berganti kelegaan serta tetesan air mata taubat yang bukan hanya sesaat.
Selamat memaknai tahun 2023 dalam rangkaian kata ikhlas, optimisme, harapan dan taubat. Wassalam(AKW).
MELBOURNE, akwnulis.com. Nama tempatnya adalah restoran CALIA, sebuah tempat yang menarik bagi pelancong perdana yang baru belajar menjejakkan kaki di luar negeri pasca 2 tahun lebih pandemi covid-19 mendera. Setiap detik dan capture suasana di kota melbourne ini adalah catatan penting kehidupan yang sebisa mungkin di rekam dalam ingatan serta sebagian tersimpan dalam dokumen photo dan video di smartphone sebagai dokumentasi mentah. Selanjutnya diolah sesuai kebutuhan, apakah menjadi laporan resmi perjalanan luar negeri atau laporan tidak resmi yang tersaji di media sosial dan website / blog pribadi.
Ditempat inilah kehangatan persaudaraan begitu kental tersaji, padahal baru berjumpa dan berkenalan dengan pasangan suami istri yaitu ibu Nita dan Pak Emil, pasangan suami istri yang sukses di negeri kangguru dan menjadi resident permanen warga australia sekaligus sebagai contoh diaspora yang berhasil, proud of you.
Sajian Cold Brew / Dokpri.
Diskusi yang penuh kehangatan terus bergulir, sementara penulis menyempatkan diri menelusuri menu makan siang kali ini yang cenderung adalah sajian makanan asia khususnya jepang. Sebenernya bukan itu yang dicari, tapi target utama adalah manual brew kopi yang ternyata harus mentok dengan kopi buatan mesin saja. Nah sebagai pilihan akhirnya mencoba kohitala di negeri kangguru ini adalah kopi cold brew saja. Kopi hitam tanpa gula yang diproses dengan metode manual meskipun butuh waktu cukup lama, 12 jam lalu atau sehari sebelumnya.
“Cold brew original coffee, please”
Untuk sajian makanan beratnya dipesankan bersama-sama, karena jika satu persatu khawatir tidak habis dengan perut masing-masing yang perlu penyesuaian. Biasa nasi berganti roti, mungkin bisa jadi problem bagi sebagian orang, kalau penulis mah apa aja, digayem hehehehe.
Sajian Sashimi / Dokpri.
Tak berapa lama segelas kopi hitam dengan es batu tersaji, disertai semangkuk edamame dan di piring panjang potongan segar daging ikan dari kakap, salmon juga cumi-cumi dan baby octopus dilengkapi kecap asin, taburan rempah serta wasabi, itulah menu makanan berat kali ini, sashimi.
Benar saja, sebagai peserta delegasi laki-laki termuda, uhuy termuda karena kebetulan saja maka mendapatkan tugas penting sebagai petugas kebersihan makanan. Maka sashimi yang cukup berlimpah menjadi tugas baru untuk dihabiskan sekaligus menjadi sajian menu makan siang yang mengenangkan. Dilengkapi sruputan kopi cold brew yang menyegarkan dan tidak sempat review lengkap karena keterbatasan kesempatan untuk berdiskusi dengan pelayannya yang mulai sibuk dengan pesanan – pesanan lainnya.
Edamame sebagai sayurannya / Dokpri
Nikmatnya kopi dingin ini melengkapi pengalaman ngopi di negeri kangguru tepatnya di pusat kota Melbourne Victoria.
Tunggu catatan kopi lainnya ya, termasuk berburu kopi yang tidak semuanya sesuai rencana. Itulah makna perjalanan kehidupan. Wassalam(AKW).
***
CALIA – Japanese Resto Addres : Shop 31A/287 Lonsdale st, Melbourne Victoria 3000, Ostrali.