
BANDUNG, akwnulis.com. Sebuah langkah kaki menemani pergerakan pagi, menapaki trotoar di jalan merdeka bandung. Sebuah hal yang tidak disengaja, tetapi ternyata memang insting ngopay eh ngopi semakin terasah. Jadi begitu cepat sudut mata melihat sesuatu yang berhubungan dengan kopi. Bisa nama cafe atau warung, juga juntrungan kopinya itu sendiri. Jadi seperti magnet gitu lho. Padahal sebenarnya terhadap kopi tuh nggak gitu gitu amat, tapi amat gitu gitu.
Begitupun pagi ini, langkah kaki terayun sebenernya untuk memenuhi target 6 ribu langkah harian. Nah pas hampir melewati dpan Gramedia jalan merdeka, sudut mata menangkap sesuatu tentang kopi. Sebenernya agak terhalang pohon, tetapi dengan mundur 2 langkah, maka tulisan di kaca bisa dibaca dengan sempurna, ANATOMY COFFEE buka mulai jam 08.00 wib.

Wuih mantaabs itu, tadinya mau menyeberang dan meloncati pembatas di tengah median jalan karena memang lalu lintas masih lengang. Tapi nurani memgingatkan bahwa ada aturan yang tidak perlu dilanggar, namun ikuti demi kebaikan. Sesaat terdiam dan mencoba diskosi antara akal sehat dan otot kaki untuk hadirkan solusi.
Akhirnya putusan ideal yang diambil, kembali melangkah di trotoar jalan merdeka sisi kanan hingga ujung dan menaiki jembatan penyebrangan. Menaiki anak tangga dengan hati-hati dan sedikit terengah karena cukup mendaki. Setiba diatas JPO bisa sedikit beristirahat dengan alibi ambil photo jalan dari atas, padahal mengatur nafas agar kembali stabil penuh keteraturan.

Perlahan turun di undakan tangga yang membawa raga ke seberang jalan merdeka tepatnya di pelataran mall BIP (Bandung Indah Plaza). Berjalan perlahan selangkah demi langkah…. ya iya selangkah selangkah, masa langsung melangkah dua kaki, atuh loncat itu mah. Lokasi yang dituju berada di bawah GGM.. pasti tau khan singkatannya :)… yang penasaran pasti langsung searching hehehe.
Dari luar memang seperti cafe kecil saja, eh pas masuk mau order ternyata dibelakang tempat order terdapat ruangan luas dan beberapa meja kursi tertata untuk diduduki dan menikmati pilihan kopi sambil ngobrol bersama kawan dan kolega.
Pilihan kopinya lumayan banyak, tetapi sejalan dengan waktu yang terbatas, maka pilihan utama adalah sajian kohitala (kopi hitam tanpa gula) dengan bean yang tersedia. Nama kopinya Kopi Taneuh Sunda dan pilihan kali ini adalah manual brew V60 Kopi Taneuh Sunda Gulali.

“Ada 2 pilihan kak, yang aromanis dan sunda gulali”
“Oke, beannya sunda gulali saja”
Setelah membayar maka bergerak ke arah area outdoor dan tertarik dengan tulisan Mbah Sapardi Joko Damono yang terpampang di putihnya dinding.
“Yang fana adalah waktu, Kita yang Abadi, Memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga, sampai suatu hari kita lupa untuk apa”

Ah rangkaian kata yang sarat makna. Menambah selera untuk mengikutinya, terus menulis meskipun dalam segala kesibukan yang ada karena merangkai kata membantu kita untuk tidak mudah lupa.
Akhirnya kohitala hadir dalam kebeningan gelas kaca. Langsung disruput tanpa perlu bertanya dan rasanya menyenangkan. Ada selarik manis menemani kehangatan rasa kopi yang tersaji. Bodynya medium dan aciditynya pas tidak terlalu tajam dan mengagetkan. Juga suhu airnya menjaga stabilitas aciditynya pada level yang sama, sekitar 90 – 94° celcius saja.

Srupuut guys, wualaah segeer pisan. Alhamdulillah.
Nikmati sensasi minum kopi meskipun di waktu yang terbatas janji, biarpun waktu yang hadir sesaat namun memberi makna yang kuat. Selamat weekend kawan, Wassalam (AKW).