
SUKABUMI, akwnulis.com. Deburan ombak menggapai karang begitu keras dan menegangkan, tetapi anehnya terselip juga perasaan senang yang tak bisa dihadirkan dengan sebatas kata dalam bilangan.
Memang bahagia itu unik.
Bahagia itu sederhana.
Setiap orang punya cara masing-masing untuk meraih dan merasakan bahagia. Seperti pagi ini di sebuah pantai di daerah palabuanratu, namanya pantai Karanghawu.
Tak sulit mencari di peta online, hanya butuh keyword saja. Tapi via bertanya dan naik angkot sekitar 10 menit dari palabuanratupun bisa dengan mudah mencapainya.

Maka pagi ini menjadi sebuah momentum yang tak terlupakan kawan. Suasana ngopay (menikmati kopi) yang berbeda. Tentu saja dengan persiapan yang diawali dini hari. Yaitu meracik eh menyeduh kopi secara manual dengan metode SMD (seduh manual darurat). Metode SMD ini dengab memanfaatkan peraltan yang ada di kamar hotel. Mulai dari pemanas air yang sekaligus menggantjkan fungsi ketel leher angsa, trus ukuran bean 16 gram atau 18 gramnya diukur dengan perasaan saja plus temperatur air panasnya menggunakan termometer kulit jari tangan hehehehe… alias dipegang aja.
Ups panaaas….
Kopinya sudah digrinder dari rumah, arabica honey sylvasari. Maka setelah corong filter flatbottom dilengkapi kertas filter yang telah dibasahi air panas. Prosesi ekstraksi terjadi dini hari, selain dinikmati juga dimasukkan ke dalam termos sebagai persiapan untuk ngopi di pagi hari.
Tepat pukul 05.30 wib segera keluar kamar sambil membawa tas ransel berisi termos kopi berlapis bambu juga gelas eh cangkir stainless berbalut bambu dengan tulisan ‘Smiling West Java.’ Menuruni jalanan dari lobi hotel Karangsari Palabuanratu menuju jalan raya sambil memandang hamparan laut yang begitu menggoda.

Tapi, kali ini ada hal yang berbeda. Jari telunjuk refleks bergerak dikala sebuah mobil biru akan melintas, sebuah angkot (angkutan kota).
“Pak, bisa ke pantai Karanghawu?”
“Tiasa Cep”
Wah senangnya, kebetulan kursi penumpang di samping sopir masih kosong. Buka pintu, duduk dengan nyaman dan angkotpun bergerak perlahan. Alhamdulillah setelah sekian purnama bisa kembali merasakan nikmatnya sensasi menaiki angkot dan berbaur dengan para penumpang lainnya. Apalagi dilengkapi terpaan AG (Angin Gelebug) alias angin dari jendela yang memang terbuka melengkapi sensasi perjalanan pagi ini.
Menyenangkan sekali kawan, apalagi disaat membuka tas ransel dan mengeluarkan termos dan cangkir kesayangan. Putar dikit dan termos terbuka, rasa wangi kopi menyambar kemana-mana. Maka sebagai basa-basi, ijin kepada sang pengemudi yang terpapar harum kenikmatan ini, sekaligus menawarkan untuk mencicipi.
“Mangga bapak, bade ngersakeun ngaleueut kopi?” (Silahkan bapak, apakah mau mencoba kopi?”)
Jawabannya tersenyum dan menggeleng singkat, sementara tangan dan matanya memandang ke jalan dengan waspada. Untuk melihat calon penumpang setia dari angkot kesayangannya.

Srupuut guys, kopi nikmat manual brew arabica membasahi mulut dan menggoda lidah agar dengan unggahan rasa yang enak dan bersahaja. Sambil raga bergerak di dalam angkutan kota, aktifitas ngopay tetap dijalankan dengan sempurna, sruput lagii. Nikmat.
“Trus cerita Ngopay di pantai Karanghawunya gimana?”
Ahay, sabar kawan. Tulisan sedang berproses. Menyesuaikan kecepatan kedua jempol memproduksi kata-kata. Sabar ya…..
(To be continue…)
One thought on “NGOPI di angkot menuju Karanghawu.”