Kopi & Tabungan.

Ngopi obat galau serta jadi bijak mengelola tabungan.

BANDUNG, akwnulis.com. Sebuah bisikan senja menemani kegalauan hati yang sedang merana. Terdiam tanpa bisa menghasilkan rangkaian kata, tetapi hanya berputar di dalam amigdala dan neocortex saja bahwa hari ini begitu terasa menderita. Padahal mungkin sederhana jikalau ditelusuri penyebabnya, yaitu berawal dari kebingungan karena kebutuhan keuangan yang ternyata terjadi ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran.

Mengapa menjadi galau, khan pendapatanmu besar kawan?” Sebuah tanya membahana dan menohok rasa sehingga sulit memberikan jawabannya. Ingin rasanya memberi penjelasan rentetan kata betapa beban pengeluaran bulanan begitu ketat dan dipengaruhi urusan eksternal yang fluktuatif. Tapi sebuah gengsi menahan diri untuk tidak mudah mengeluarkan curahan hati sehingga kesan pria cengeng akan menjadi label abadi.

Maka sambil terdiam dan menata hati, pemikiran terus berjalan mengevaluasi diri tentang mengapa ini semua terjadi. Runutan data – data keuangan segera disingkap dan diingat kembali, berbagai peristiwa yang telah terlewati dan terbukti membutuhkan sejumlah uang kembali dihitung meskipun tanpa coretan tinta namun dihitung garis besarnya saja.

Sebagai pelengkap sebagai obat penyembuh kegalauan, tak lupa seduhan kopi manual tanpa gula dengan metode filter menemani dalam indahnya kepahitan rasa. Sekaligus mengingatkan bahwa kegalauan ini tidak seberapa. Karena ternyata cara terbaiknya adalah bagaimana mengendalikan dan melawan keinginan diri sendiri.

Maksudnya bagaimana melawan diri sendiri?”

Pertama adalah menata kembali kedisplinan diri dalam mengeluarkan uang untuk segala kepentingan. Ketatkan uang agar tetap bertahan di rekening agar tidak kering. Yakinkan diri agar tidak semudah itu menggesek kartu debit atau kredit plus scan QR di berbagai merchan karena sebuah keinginan semata atau rengekan anak dan permintaan istri, tetapi harus rasional.

Kedua adalah menjadi nasabah yang bijak sehingga dalam menggunakan produk perbankan tidak hanya terpaku terhadap satu produk dan fasilitas saja. Jalin komunikasi dan manfaatkan berbagai produk agar penyisihan uang kita lebih efektif dan bisa tersimpan dengan baik. Meskipun dengan perkembangan teknologi informasi saat ini betapa mudahnya uang yang ada di rekening kita mengalir keluar tanpa terasa, eh terasa sih. Tetapi secara psikologis kok ringan ya mengeluarkan uang 1 – 2 juta karena tidak melihat phisiknya.

Coba kalau kita ambil cash dulu di ATM, baru digunakan membeli atau membayar sesuatu, maka terasa berbeda.

Nah kalau mengacu data yang ada dari Publikasi Otoritas Jasa Keuangan dalam kurun waktu 1 tahun periode april 2021/2022 terdapat peningkatan tabungan sebesar 0,30% (Rp 652.125 Miliar) dan peningkatan tabungan sebesar 0,13% (Rp 325.042.Miliar) dari data tersebut terlihat bahwa trend menabung mengalami peningkatan dari sisi dana pihak ketiga yang terkumpul.

Makin banyak orang menabung, tinggal bijak tidaknya kita sebagai nasabah untuk menggunakan tabungan tersebut.

Ketiga adalah manajemen keuangan yang mengacu pada philosopi keuangan yaitu “Don’t put all your eggs in one basket”. Istilah ini umum di dunia investasi, tetapi menabungpun adalah salah satu investasi terdahulu yang sangat umum serta dikenal oleh kita semua. Maka sebagai nasabah yang bijak jangan hanya menyimpan uang dalam bentuk tabungan saja di bank BRI tetapi juga produk lain seperti deposito, tabungan berjangka, logam mulia ataupun KPR.  Perlu mulai juga mengenal dunia saham meskipun diawali dengan investasi recehan. Syaratnya adalah jangan takut mencoba tetapi banyak bertanya dan mencari referensi yang jelas tanpa tergiur oleh pihak yang bermulut manis menjanjikan gain yang tidak masuk akal.

Sruput kopinya dulu kawan, body dan acidity yang berpadu medium bold dilengkapi aftertaste rasa berry dan kesegaran lemon membantu kurangi kegalauan sore ini. Perlahan membuka hati bahwa semua hal harus direncanakan termasuk urusan keuangan.

Selain sebagai individu yang belajar melek tentang pengelolaan keuangan sekaligus belajar sebagai penyuluh digital yang membantu saudara kita lainnya untuk bersama-sama paham tentang pengelolaan keuangan. Juga sebagai pengendali diri sendiri dalam mengelola keuangan secara bijak dan terukur. Bagi yang sudah berkeluarga maka keputusan pengelolaan uang harus berdasarkan diskusi bersama sehingga bisa saling melengkapi dan menyempurnakan pengambilan keputusan yang ada.

Karena tidak sedikit dari kita yang pengelolaan keuangannya mengalir begitu saja. Dapat gaji bulanan atau pendapatan dari usaha dan langsung digunakan untuk keperluan bulanan. Di saat tertentu ternyata tertekan atau stres yakni pada saat keuangan tidak seimbang antara pendapatan dan pengeluaran, atau ada istilah tentang gaji ‘lima koma’ yang artinya bukan gajian sebesar Rp 5 koma sekian juta tetapi tanggal 5 sudah koma karena gaji habis untuk keperluan bulanan saja.

Nah, diri inipun sekarang menyadari bahwa keputusan 2 tahun lalu dikala berinvestasi membeli rumah dengan mengambil KPR ke bank tentu memiliki konsekuensi untuk disiplin membayar cicilannya sementara rumah satu lagi yang digadang-gadangkan laku terjual, hingga saat ini masih betah menjadi bagian harta tidak bergerak yang menunggu jodoh pembeli. Akibatnya ketidakseimbangan terjadi dan disadari bahwa kedisiplinan dalam menghemat pengeluaran bulanan adalah harga mati. Meskipun disiplin ini begitu berat dan penuh godaan ingin berbelanja hehehehe. Lha malah curcol ya.

Kembali ke topik tulisan ini bahwa kegalauan sore ini bisa dimaknai memiliki berbagai sisi. Dimensi awal adalah pemahaman untuk pengendalian diri dan disiplin, lalu dilengkapi pemahaman tentang seputar perbankan dan sikap bijak nasabah yang baik serta dimensi luasnya adalah berbagi  wawasan dan pengetahuan plus tidak lupa menikmati kohitala (kopi hitam tanpa gula) sebagai mood booster pamungkas menghadapi tantangan kehidupan yang penuh variasi.

Selamat menghadapai tantangan dan cobaan eh godaan hari senin kawan, Wassalam (AKW).

Author: andriekw

Write a simple story with simple language, mix between Indonesian and Sundanese language.

2 thoughts on “Kopi & Tabungan.”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: