Kohitala versi Hotel di Kuningan.

Studi banding kopi di restoran pas breakfast… ternyata.

CILIMUS, akwnulis.com. Setelah dini hari menyeduh kopi lalu tidur dengan lelap karena raga yang lelah memang perlu beristirahat. Ba’da shubuh perlahan menuju balkon dan kembali menyeruput kohitala buatan sendiri sambil memandang suasana pagi gunung ciremai. Betapa indahnya lukisan alam ciptaan Tuhan, Alhamdulillahirobbil Alamin.

Edisi kopi asli tanpa gula buatan sendiri akhirnya habis disruput ditemani kehangatan mentari pagi yang perlahan tapi pasti menyebarkan kedamaian dan keberkahan setiap pagi di dunia fana ini.

Tulisan tentang menyeduh kopi dini harinya bisa dibaca di KOPI & GUNUNG CIREMAI.

Sebagai lanjutannya maka perlu dilakukan studi banding tentang kopi yang ada. Meskipun tidak terlalu berharap banyak dengan rasa dan kualitas kopi tanpa gulanya.

Bersegera mandi dan keringkan badan dengan handuk lalu berdandan… halah berdandan, maksudnya cuman pake body lotion dan minyak rambut saja. Cukup itu. Lalu bergegas ke lantai lobby tempat restoran berada.

Setelah berkeliling lumayan juga pilihan menu untuk sarapannya, ah jadi inget anak istri. Ntar ah diajak nginep disini. Kaki bergerak mengelilingi area restoran hingga akhirnya menemukan yang dituju. Setoples kaca bening berisi kopi bubuk dan setoples lagi gula pasir serta termos besar berisi air panas.

Tanpa perlu dinanti-nanti, segera buka toplesnya dan ambil 2 sendok mucung bubuk kopi ini lalu dituangkan di cangkir yang tersedia. Terus air panasnya dicurahkan perlahan – lahan. Maka terciptalah secangkir kopi hitam panas tanpa gula dengan keharuman yang menggoda, entah kalau urusan rasa.

Beranjak dari situ mencari meja dimana tempat berlabuh, eh tapi lebih tertarik untuk ngopaynya di samping kolam renang yang areanya diluar restoran. Lengkap sudah temanya Ngopay dan Ngojay. Bergegas pamit ke petugas restoran sekaligus ijin, karena cangkirnya akan dibawa keluar menuju pinggir kolam renang.

Udara pagi menyapa serta pemandangan indah Gunung Ciremai yang begitu menggoda. Sungguh kohitala yang penuh makna, karena bukan hanya bicara rasa tetapi juga makna dibalik lukisan alam yang nyata.

Duduk di kursi dan secangkir kopi di meja pinggir kolam renang Hotel Horison Tirta Sanita begitu mendamaikan hati dan mencerahkan pikiran serta menghilangkan kegalauan. Tapi perkara nyebur ke kolam renang terpaksa ditunda dan dikendalikan karena waktu yang tersedia begitu mepet, apalagi dapat informasi Bos besar dua akan hadir secara langsung di acara, jelas kita harus hadir lebih dulu….. semangaat.

Oh iya, sruputannya lupa. Sambil memandang jernihnya kolam renang maka prosesi bibir menyentuh cangkir lalu cairan hitam penuh sensasi ini memberikan pengalaman berbeda. Bismillah.

Srupuuut… hmmm…

Kopi hotel cenderung blend dengan mayoritas robusta yang miliki rasa flat pahitnya serta minus acidity dan aftertaste. Bodynya yang menonjol, tetapi pada kopi tubruk ini ada rasa harum yang menghibur dalam rasa yang terbatas.

Sruput lagi… suegeer.

Itulah cerita singkat kohitala versi manual brew dengan biji pilihan yakni arabica wine versus kopi tubruk breakfast hotel yang juga tanpa gula. Insyaalloh masing-masing memiliki nikmat dengan sudut pandang yang berbeda.

Selamat ngopay gaiis, jangan lupa dinikmati disyukuri dan tulis atau dokumentasikan agar menjadi warisan literasi yang (mungkin) suatu saat akan berarti. Wassalam (AKW).

Ngopay & Gunung Ciremai

Nikmati kopi dini hari, dijamin nikmat dan tunduh…

CILIMUS, akwnulis.com. Tepat tengah malam raga ini menjejakkan kaki dihalaman hotel berbintang di wilayah kabupaten Kuningan. Terasa sepi dan tenang, ya iya atuh khan tengah malam dan lokasinya jauh dari jalan utama. Lengkap sudah.

Tapi tenang kawan, ini bukan cerita horor. Tapi catatan kecil seputar kopi dan kopi yang ternyata selalu memberi ide dan menciptakan jalinan kata untuk membuat jempol bercerita dan mulut terdiam tetapi komat kamit mengunyah ide sekaligus sebait doa karena lorong menuju kamar terasa panjang dan berbeda.

Ayat kursi dan Alfatihah terus dibaca hingga akhirnya masuk ke kamar yang sudah dipesan sebelumnya, “Assalamualaikuuum”

Teriakan salam menguatkan hati memasuki kamar yang sudah dipesan sebelumnya. Terasa sepi dan dingin karena semburan udara dari AC. Nah sebelum bersiap menyeduh kopi, bersih – bersih badan dari mulai cuci tangan, cuci muka, cuci kaki hingga badan… atau lebih singkatnya disebut mandi, segera dilakukan.

Segeeer…..

Jam menunjukan pukul 01.00 wib, sudah harus terlelap dalam tidur pagi ini. Namun efek dari perjalanan yang dipenuhi suasana merem serta terkantuk-kantuk alias nundutan, eh sampai di hotel malah segar, apalagi sudah mandi. Makin fresh.

Sambil menunggu sang kantuk menghampiri, maka pagelaran peralatan kopi manual disiapkan yang sengaja dibawa dari kediaman. Kopi kali ini masih setia dengan arabica winenya Sylvasari Coffee Gununghalu, lumayan 2 X lagi nyeduh masih bisa gaiis.

Kertas filter V60, corongnya, juga gelas bejana kaca tak ketinggalan. Kalau air panasnya tenang, ada fasilitas hotel. Jadi tinggal dipersiapkan saja.

Jengjreng….

Bubuk kasar arabica wine bersatu dengan seduhan air panas dari teko hotel menghasilkan tetesan kenikmatan dan keharuman khas yang mendamaikan. Suasana dini hari terasa semakin berarti.

Setelah semua siap tersaji maka prosesi yang pasti adalah sruput dulu diawali Basmallah dalam hati. Srupuut… nikmaaaat.

Setelah 2 gelas tuntas membasahi tenggorokan, maka sisanya dimasukan ke dalam termos tabung yang sengaja bawa juga dari rumah. Tujuannya untuk dinikmati dipagi hari manakala mentari sudah terbit berbuncah cahaya dengan latar belakang gunung ciremai yang perkasa.

Ternyata 2 gelas eh ternyata masih kurang, maka segelas kecil lagi sajian kohitala ini membasahi tenggorokan. Perlahan rasa kantuk datang dan mendekati tempat tidur lalu pelan-pelan merebahkan raga yang sebenernya sudah lelah dan perlu istirahat…… zzzzzzz.

Selamat memaknai hari dan mengurai mimpi dalam rasa syukur yang tiada henti. Wassalam (AKW).

23.55 note.

catatanku dini hari.

Bukan semesta yang membiarkan kemalasan ini melanda. Tapi raga dan jiwa yang sedikit lelah harus terdiam sejenak dalam kesunyian.

Itulah catatan nyata yang begitu sulit menggerakkan ibu jemari agar aktif mengitari tuts virtual keyboard dan hasilkan sederet dan kalimat yang mungkin bermakna.

Manakala detik hati bergerak, jalinan katapun harus menghambur dan bergegas memunguti memori serta menyusun menjadi curhat singkat tengah malam.

Itulah suasana dikejar deadline jam 00.00, sebelum akhirnya beranjak menjadi esok hari. Selamat pagi eh dini hari dunia.

Wassalam, 23.55 wib.

Warung Bu Ageng & Kohitala

Cari maksi sekaligus kopi.

JOGJA, akwnulis.com. Jam makan siang sudah mendekati, alarm alami di perutpun mulai berbunyi dengan nada khusus yang menambah lapar plus dahaga. Melewati area alun-alun selatan keraton Jogjakarta dan menuju tempat makan utama yaitu Restoran Bale Raos, sebuah resto yang menyajikan menu khas masa silam kearifan kuliner kraton jogja dalam setiap sajiannya.

Tapi….. ada yang terlupa, ini musim liburan anak sekolah kawan. Pas dengan pedenya masuk dan mencari tempat duduk, langsung tertegun. Karena meja meja yang biasanya relatif lengang telah terisi oleh para penikmat rasa. Juga beberapa orang masih antri untuk menunggu giliran mendapatkan meja. Lalu perlahan ada pegawai restoran mendekat, “Maaf bapak, apakah sudah reservasi?”

Jeddang… saya dan istri beradu pandang, lalu menjawab pelan, “Belum mbak, biasanya bisa langsung”

Maaf bapak, harus reservasi dulu. Ini yang antri yang sudah reservasi”

Wah gawat, keburu lewat lapernya nich. Akhirnya kompromi dan tahu diri saja. Senyuman dan ucapan terima kasih atas penolakan halusnya sang pegawai resto. Kami balik kanan menuju mobil dan langsung memutar ingatan tentang tempat makan siang yang memungkinkan.

Istriku berseru, “Yah, kita coba ke RM warung Bu Ageng.”

Siyaaap

Maka kedua jempol langsung berselancar di layar gawai. Mencari informasi tentang rumah makan ini. Tring, teknologi memang dalam genggaman… lokasi RM Bu Ageng ditemukan dan sang pemgemudi bertolak menuju titik sasaran. Agar tidak zonk kedua kali, maka coba ditelepon dulu sesuai yang tertera di google search.

Monggo pinara mas, nggak perlu reservasi, bisa langsung”

Wuihh adem tuh suara, bikin perut lapar makin lapar tetapi jelas ada kepastian. Ternyata jarak dari area keraton tidak terlalu jauh. Berarti sebentar lagi tiba, Alhamdulillah.

Tempatnya terlihat nyaman dengan ornamen bangunan kayu begitu estetik. Segera masuk ke dalam dan ternyata benar saja, masih ada beberapa meja yang tersedia dan langsung mendudukinya dengan gembira.

Pilihan makanan sudah tersaji di pintu masuk, tetapi kami lebih cenderung berburu meja dulu, takut keburu penuh hehehehe. Buku menu segera dibuka dan berbagai pilihan makanan khas jogja hadir disana. Tetapi pilihan kami praktis saja, pertama yang lengkap dan kedua tentu recomended. Pilihannya adalah nasi campur lidah dan nasi campur suwir ayam.

Rumah makan yang diberi nama warung ini adalah milik keluarga Butet Kertaredjasa dan penamaan Bu Ageng ini adalah sebutan anak cucu dan keluarga kepada istrinya, bu Rulyani Isfihana. Bangunan berbentuk joglo dan full ornamen kayu memberi suasana di rumah yang ngangenin ditambah dengan.

Tadinya mau pesen lagi pecel agar lengkap sayurannya. Tapi ternyata menu nasi campurnya begitu kumplit, tidak hanya lidah dan suwir ayam tetapi juga ada abon tuna, kripik kentang, tempe potong, juga kuah kental seperti rendang plus krupuk gendar. Disaat lidah menyecap, kental masakan jogjanya tetapi juga hadir rasa berbeda yang membuat penasaran.

Pada kesempatan yang tepat, salah satu pelayannya diinterogasi halus dan didapati cerita bahwa makanan khas warung ini adalah masakan khas jogja dan dilengkapi sentuhan masakan kutai, kalimantan timur. Wow pantesan….

Tak lupa juga memesan kopi hitam ala warung bu ageng. Sebuah kesempatan langka menikmati sajian kopi di tempat yang berbeda. Kopi yang tersaji adalah kopi bubuk biasa yang diseduh atau ditubruk air panas yang tersedia. Tentu gula dihindari, karena ini adalah kohitala.


Itulah catatan kecil tentang kuliner siang di Warung Bu ageng Jogjakarta plus kopi tubruknya. Wassalam (AKW).

TEKOFF coffee & Roastery

Tetap bersama sambil menikmati sajian kopi dan segala suasananya.

JOGJA, akwnulis.com. Sebuah kebersamaan dengan keluarga tidak hanya dijalani tetapi harus juga diciptakan ataupun sedikit dipaksakan. Karena dengan kesibukan rutinitas yang mendera setiap hari baik di hari kerja ataupun (sesekali) disaat weekend memang perlu di manage dengan baik.

Apalagi umur anak yang beranjak menuju 7 tahun, sebuah momentum kebersamaan yang harus dirutinkan. Karena seiring bertambah usia anak, mereka akan punya dunia sendiri dan cenderung malas jika berkegiatan bersama orangtua (kata para senior eh teman, saudara dan kolega yang rata-rata anaknya sudah beranjak masuk bangku kuliah atau sekolah menengah atas).

Maka jika ada sempat dan waktu yang tepat, manfaatkanlah berkegiatan bersama. Ayah ibu dan anak dalam suasana yang berbeda dari rutinitas yang ada. Salah satunya adalah membuat sebuah bentuk sasaran bersama atau tema yang sama.

Apa kira-kira yang menyatukan kami?”

Jawabannya adalah jalan bersama, dalam suasana berbeda dan menikmati sajian makanan atau minuman yang disukai bersama. Kalau bapaknya jelas kohitala, berarti pilihannya manual brew coffee dengan metode pour over, V60, plat bottom atau kalau ada dengan shyphon dan ini adalah golongan sajian kopi tanpa gula.

Istri jelas memilih kopi juga tetapi ditemani fresh milk atau steamed milk, maka cafelatte, capucino, picollo atau affogato yang menjadi pilihannya. Sementara anak semata wayang juga sudah punya pilihan menu minuman lho, yaitu babycino dan hot chocolatte, lengkap khan… berarti tempatnya sama yaitu kedai kopi atau cafe kopi…. cusss berangkaaat.

Supaya lebih bermakna dan menantang, maka bingkai pencarian kopi ini ngikutin gaya generasi z dan millenial yaitu dengan kata kunci ‘hidden gems‘.

Jadi mari kita hunting tempat kopi yang tersembunyi, tentu versi kami. Berarti tidak perlu jauh tetapi memang relatif tersembunyi. Kebetulan kali ini, kami bertiga sedang beredar di Kota Jogjakarta.

Tempat pertama di sekitar daerah Sagan, dengan mengandalkan info dari Intagram lalu ditindaklanjuti dengan searching di google map plus didampingi sopir yang cukup hafal jalan ninja, maka tempat menikmati kopipun dapat ditemukan.

Namanya TEKOFF coffee & roastery, sebuah tempat ngopi yang homy. Jauh dari kebisingan jalan raya dan sepintas jika melewatinya tidak terlihat keramaian penikmat kopi. Hanya banyak motor parkir saja. Satu dua mobil yang parkir pinggir jalan. Pas melangkah masuk awalnya agak ragu karena ternyata banyak sekali yang lagi kongkow dan anak muda semua. Tapi cuek aja dan mencoba masuk menuju sang barista yang sedang beraksi.

Ternyata di dalam terdapat ruangan lagi yang ber-AC dan relatif kosong karena mayoritas pengunjung menggunakan tempat diluar untuk ngopi sambil merokok serta memang spacenya lebih luas. Nama IGnya @tekoffyk.

Kami bertiga leluasa ngobrol dengan mas Kiki, baristanya. Jelas pesanan kopinya kohitala, manual brew V60 dengan biji terbaiknya… eh ternyata arabika puntang… mantabbs. Istriku memilih cafelatte dan anak tersayang menunjuk hot coklat. Berhubung anak kecil ini cerewet dan nanya terus tentang kafe ini, ternyata dikasih bonus, segelas babycino, Alhamdulillah. Tidak lupa sopir juga pesan kopi susu gula aren dan menikmatinya di area luar karena sambil merokok.

Sebuah kebersamaan yang dapat dinikmati sesuai keinginan hati. Kopinya dapet, kumpul keluarga kecilnya juga. Sebuah kesempatan berharga yang akan menjadi kenangan indah disaat anak kesayangan ini beranjak dewasa.

Hidden gems tentang kopi yang kedua dan seterusnya adalah… tunggu ditulisan selanjutnya hehehe. Pantengin aja blog ini. Hatur nuhun. Wassalam (AKW).

****

TEKOFF Coffee & Roastery
GK 5 1053B Jl. Sagan Tim, Terban. Kec Gondokusuman Kota Yogyakarta.

DRAGON Breathe Snack vs CIKBUL.

Sebuah dilema antara kewaspadaan dan memuji atas kreatifitas penamaan.

CIMAHI, akwnulis.com. Perkenalan dengan makanan ringan jajanan anak yang sekarang menjadi viral ini belum lama, baru sekitar 1 – 2 bulan lalu. Itupun karena ikut-ikutan anak semata wayang dan temennya yang pengen nyoba jajanan yang bisa bikin kayak naga.

Jadi bisa menyemburkan asap dari mulut dan hidung sepeti seekor naga yang begitu perkasa di dalam film – film yang beredar dengan berbagai versi.

Nama jajanannya adalah dragon breathe atau dragon smoke (asap naga alias nafas naga kali yeee….).. atau ice smoke itupun ternyata di korea sana sudah lebih dulu menyasar kebiasaan jajan anak negeri ini dengan sebutan pong pong korean snack. Soft diplomacy yang perlu diwaspadai selain lagu Kpop, busana hingga berbagai ungkapan bahasa korea yang ternyata sudah menjadi bagian keseharian anak-anak kita.

Nah pas nyobain jajanan ini, memang sensasi bernafas bagai naganya berhasil guys. Dari mulut menyembur asap dan jika lebih seru lagi. Setelah snack atau chiki ini ditelan, mulutnya tutup, maka pas bernafas, keluarlah asap putih dari lobang hidung.

Seruuu….

Tapi ternyata, tak berapa lama tenggorokan terasa perih dan kering serta sedikit batuk. Ah mungkin karena udara dingin di dataran tinggi. Ternyata dari situ batuk – batuk kecil terus hadir hingga malam harinya tenggorokan begitu gatal dan batuk hampir tiada henti.

Gawat nich, kayaknya gegara nelen nitrogen cair yang jadi campuran chiki tadi, supaya bersensasi nafas naga”

Obat batuk pilihan segera dicari, di minum dan sedikit tenggoroka  lega, meskipun batuknya belum ilang. Iseng searching di google tentang jajanan ini, dan terperangah…

Ternyata di Amrik sana sama BPOM Amriknya sudah dilarang lho, penggunaan nitrogen cair di jajanan anak karena dianggap berbahaya (Liputan6.com). Ditambah juga belum lama ini ada anak yang luka bakar di ponorogo terkait erat dengan jajanan ini (detiknews, 220722).

Jadi sarannya, hati-hati dengan jajanan anak. Beri pengertian tentang kemungkinan bahayanya, sehingga tidak menyesal dikemudian hari karena sakit dan membuat tidak nyaman.

Nah, ternyata pas kemarin mendapat tugas ke daerah kabupaten kuningan jawa barat, jenis makanan ini sudah diduplikasi atau replikasi atau diubah versi muatan lokal. Disini terjadi dilema antara memuji karena kreatifitas tapi juga khawatir penyebaran jajanan anak yang menggunakan nitrogen cair ini makin masif beredar.

Nama jajanan dragon breathe versi jawa barat ini yang bikin senyum simpul. Namanya adalah CIKBUL, singkatan dari Chiki Ngebul atau chiki yang berasap. Wah makin banyak saja jajanan anak yang berasal dari kata CI, seperti cireng, cilor, cipluk, cilok dan sebagainya ditambah dengan cikbul ini hehehehehe.

Ya gitu deh, senang dengan kreatifitas penamaan jajanannnya tapi harus waspada bagi orangtua untuk mengingatkan anaknya. Terima kasih, happy weekend. Wassalam (AKW).

NGASUH & KOPI

Libur tiba, kopi tetap ada. sruput & bermain bersama.

CIMAHI, akwnulis.com. Coretan kapur oleh tangan mungilnya menciptakan beraneka rupa dan bentuk yang miliki makna. Sebuah prosesi menyenangkan di kala kesempatan hari libur tiba. Awalnya memang tidak disengaja, tetapi nilai kebersamaanlah yang lebih penting sehingga hadirkan ide segar untuk bermain bersama.

Ayah aku bosen, ngapain ya?” Rengekan anak semata wayang ini mengingatkan bahwa sekarang waktunya untuk bercengkerama dan melepas smartphone serta tablet yang memiliki lem super kuat sehingga selalu senantiasa nempel di tangan nggak kenal waktu, luar biasa kekuatan lem perekat ini.

Kita main diluar
Yeaay lets go

Nah beranjak ke halaman belakang, baru ingat bahwa ada bagian halaman yang beberapa hari lalu diberi acian adukan supaya rata dan tidak becek dikala hujan menggenang. Sedikit sih, tapi lumayan bisa digunakan untuk bermain bersama.

Lalu, tangan dan jari jemari mencari kapur untuk sarana menulisnya. Oh iya ada kapur buat mengusir semut atau kecoa tuh di dapur, bisa dipake sementara sebelum nemu kapur tulis beneraan… tadaaaa.

Maka asyiklah si kecil dengan imajinasinya, menggambar segala macam yang dia bisa dan dia sukai, terutama terkait kucing, saat ini sedang sangat menyukainya.

Nah melengkapi kesenangan masing-masing, tidak lupa segera menggiling biji kopi dan lakukan seduh manual menggunakan filter V60. Dibuat dengan perbandingan berbeda, lebih banyak air panasnya agar hasil seduhannya lite bin ringan saja. Kebetulan lagi pengen yang ringan-ringan saja.

Tampilan kohitala kali ini lebih mirip teh, sedikit coklat dan agak bening. Tapi jangan salah untuk rasanya tetap mewakili kenikmatan kopi si hitam misteri yang kali ini ngabisin stok arabika wine sylvasari gununghalu…. seep gan.

Karena memang di setting lite, maka bodynya medium dan aciditynya ramah di lidah meskipun after taste berry dan tamarinnya tetap hadir meskipun tidak ninggal di ujung lidah.

Srupuut…. hmmmm nikmaat brow.

Ayah jangan ngopi terus, gambar yuk!”

Sebuah perintah sopan hadir untuk ditindaklanjuti segera. Maka simpan gelas kaca dan bejana lalu berganti pegang kapur pengusir tikus untuk menulis dan menggambar sesuatu. Maka tulisan pertama adalah ‘coffee.’ Dilanjutkan dengan sketsa wajah kucing yang ternyata jauh dari mirip… ya sudah biarkan saja apa adanya, minimal sudah ada niat menggambar hehehehe.

Itulah sejumput kebersamaan bersama anak tercinta di kala waktu libur tiba. Sebuah pesan terpatri dalam hati bahwa waktu sang anak tidak lama sebagai anak kecil yang butuh kebersamaan dengan orangtua. Beranjak remaja, maka dunia mereka berbeda. Inilah waktu yang tepat merajut kedekatan dan kebersamaan, terutama anak perempuan dan ayahnya. Hatur nuhun.

Selamat pagi dan selamat berkarya. Wassalam (AKW).

KOPI KANTOR KOPI DINAS

Urusan dinas, rapat offline dan Zoom meeting berjalan, hadirnya kohitala tetap menyertai.

BANDUNG, akwnulis.com. Pekerjaan bejibun dan tugas bertumpuk menjadi tantangan tersendiri minggu-minggu ini. Bagi tugas dan saling mengisi antar divisi menjadi sebuah kolaborasi yang begitu menguras energi. Tetapi itulah dinamika pekerjaan yang harus dihadapi sekaligus disyukuri. Karena diluar sana banyak saudara kita yang bingung mau mengerjakan apa, sementara disini begitu banyak tugas, alhamdulillah, mari berbagi pekerjaan.

Meskipun ada tugas – tugas yang memang tidak bisa diwakilkan, karena memang kita yang musti mewakili pak bos. Itu mah resiko, atur jadwal dan hadiri. Titik.

Nah bagaimana nasibnya ngopi, ditengah kesibukan ini?”

Ya nggak gimana-gimana, ngopi mah harus tetep jalan. Khan tinggal bikin atau dibikinin aja. Yang penting syarat utamanya satu. Metodenya manual brew dan jelas tanpa gula. Selesai.

Oh iya, supaya kualitas kopinya sesuai selera kita. Ya bekel sendiri, baru seduh di dapur kantor dengan peralatan manual brew V60 yang ready setiap waktu. Apalagi Bu Santi, TU kantor juga punya keahlian menyeduh kopi secara manual, cocok dah. Tambah lagi di lantai 2 ada juga sang barista, Ojan namanya. Pasti seneng dia bikinin manual brew setiap diminta, kecuali kalau pas beannya habis heuheuheu… kasiaan deh.

Kopi manual yang pertama, dibuat dengan hati-hato oleh Bu Santi menggunakan filter phisixti (V60) dengan panas 92° celcius dan gramasi 14gram membuat sajian kohitala yang nendang. Karena dimodali  bijinya adalah arabica wine sylvasari gununghalu tea geuning.

Para penikmat kopi terhenyak dengan sentuhan awalnya yang ‘menggigit’ dengan acidity poool… lalu bodynya pun medium high hingga aftertaste tamarind, citrun dan berrynya begitu menyayat hati… eh begitu paten menguasai rongga lidah serta memberi efek ninggal yang lumayan (moo bilang rasanya luar biasa, ntar pada komplen karena cuman cerita dan ngabibita sementara biji kopinya nggak pernah ngirim), harap maklum stok disetting limited supaya bisa memaknai kenikmatan dalam keterbatasan kawan.

Pak Galih, Rivaldi, Ojan dan Bu Santipun ikut menikmati sajian kohitala ini dengan gelas kaca tipis yang rentan pecah jikalau terbentur dengan benda keras, seperti kepercayaan yang terhianati maka hancur berantakan dan sulit dipulihkan. Tapi itulah kenyataan, maka kehati-hatian adalah kunci segalanya. Maksudnya hati-hati nyimpen gelas kacanya guys, bukan nyimpen rahasia.

Jadi sambil diksui… eh diskusi, juga rapat koordinasi via zoom. Bisa sambil ngopay bersama. Atau di kesempatan lain, nyuguhin tamupun bisa sambil ngopay kopi hitam tanpa gula dengan metode V60.

Nah gimana ngopinya kalau pas rapat diluar kantor?”

Ini mah rumusnya ‘mimilikan‘ atau sesuai rejekinya. Jadi kalau pas kebetulan rapatnya diluar kantor, semoga ada sajian kohitala meskipun berbasis mesin kopi.

Kalau yang pengen liat versi videonya, monggo klik aja link youtubenya : KOPI KANTOR | menyeruput kopinya di kantor ya guys.

Ternyata memang milik rejekinya, rapat di Resto Teras Akasya bahas urusan penting, ternyata ada sajian kopi. Cocok pisan gan, pekerjaan kelar dan ngopay pun jalan.

Pertama adalah kopi tubruk dengan biji kopi dari malabar jawa barat, alhamdulillah rasanya cukup lembut karena memang ditubruknya pelan-pelan. Kebayang kalau ditubruknya dengan keras, pasti tikusruk (terjerembab).

Kopi kedua lebih kepada kompromi dari sajian yang ada, karena seduh manual pake filter V60 tidak tersedia, maka berdamai dengan kohitala versi mesin kopi. Hadirlah segelas kecil espresso dan secangkir americano, tanpa gula. Sruput gan.

Itulah cerita kopi sambil berdinas sehari-hari. Jadi ngopi hitam tanpa gula adalah bagian dari keseharian, baik di dalam keseharian ataupun jika kebetulan hunting di luar kota baik itu karena dinas ataupun memang sedang beredar bersama keluarga.

Selamat nyruput si hitam tanpa gula, Happy weekend. Wassalam (AKW).

HEHA Sky view (Dragon Smoke vs Americano)

Nikmati pemandangan dan sruput selalu kopay.

JOGJA, akwnulis.com. Pergerakan raga dan rasa dalam mencicipi kopi beserta kelengkapannya terus tak terbendung. Disaat kohitala perdana di kunjungan ke Jogjakarta kali ini diawali oleh hadirnya KOPI V60 MANGLUNG. Maka petualangan harus berlanjut, sayang atuh udah jauh-jauh bergerak ternyata cuman meeting trus tiduran di kamar saja. Tapi beredarlah sebelum beredar itu dilarang hehehehe.

Maka insting pencarian kopi terus berlanjut, meskipun tentu tetap saja harus menyesuaikan dengan jadwal dan keinginan untuk mengacu kepada tempat wisata yang katanya ‘happening bingit.’ Yaitu HEHA sky view. Awalnya ingin mencoba menjajal HEHA ocean view, namun dengan berbagai pertimbangan dan juga saran masukan dari sopir selaku GPS. Maka dipending karena terlalu jauh dan lama sementara banyak anak-anak yang kecapaian setelah 6 jam perjalanan dengan KA Argowilis dari stasiun Bandung.

Isi perut dan kopi awal sudah aman di Manglung Resto & View. Jadi ke HEHA tinggal menikmati suasana. Dari Manglung resto ke HEHA ternyata cukup 8 menit saja. Nggak percaya?… ya entar coba aja.

Tangga HEHA resto / dokpri.

Ternyata, HEHA memang besar dan megah. Namun seperti pasar kaget karena pengunjung begitu membludak. Untuk pengelola tentu ini yang dicari, tapi bagi kami penikmat suasana, terasa hiruk pikuk ini agak mengurangi kenyamanan.

Masuk ke HEHA sky view membayar Rp 20.000 per orang dan didalamnya bisa berjalan-jalan mencari posisi dan spot menarik sesuai keinginan terutama pemandangan sunset yang katanya begitu spektakuler. Tapi karena terlalu banyak orang, sulit mengabadikannya. Ya sudah apa adanya saja.

Meskipun kemalasan mengabadikan sedikit terobati dikala melihat seorang ibu berbaju kuning rebahan dengan santai, menikmati suasana sekaligus ketiduran. Sebuah ilmu tingkat tinggi dimana bisa menemukan kesunyian ditengah hinggar bingar dan kegaduhan. Eh atau memang udah kelelahan ya?… jadi cape ngantuk nggak nahan, entahlah.

Untuk menjaga mood tetap di level yang baik, maka saatnya hunting kopi guys. Tapi sebelumnya tetep ngikutin keinginan anak untuk mejajak jajanan yang katanya happening di HEHA ini, yaitu Dragon Smoke. Harganya 25rb perporsi.

Kirain apaan, ternyata chiki bentuk kotak yang diberi nitrogen cair. Nah makannya ditusuk pagi tusukan dari bambu, lalu berasap deh dari mulut kita, atau kalau mulutnya ditutup bisa keluar asap dari hidung…. ohhh pantesan namanya naga merokok (dragon smoke) hehehe… ada – ada aja. Pasti ketawa – ketawa pas makannya, apalagi sambil mengepul asapnya.

Tapi hati-hati, kalau tidak terbiasa bikin tenggorokan gatal, kering dan batuk lho. Jadi saran kalau beli satu porsi, makan bareng-bareng aja. Bukan masalah ‘iritisasi‘ tapi khawatir menimbulkan iritasi di rongga mulut.

Pilihan makanan lain masih banyak namun tak berani lagi beli karena bejubel dan banyak orang. Maka mlipirlah menuju restoran sambil berharap bisa mendapatkan view sunset terbaik dan ditemani sajian makanan terbaik.

Ternyata, di restoranpun sudah penuh hehehehe, ada beberapa meja tersisa tetapi bukan di posisi strategis samping kaca. Ya sudah duduklah dan pesan cemilan plus kopinya americano.

Khusus yang males baca tapi pengen liat video youtubenya, ini dia linknya : KOPI DI JOGJA VOL 1.

Rebutan sunset / dokpri

Hehehehe, ternyata lama juga. Akhirnya mendokumentasikan suasana yang ada dan menikmati minuman yang disajikan. Americano ya rasanya begitu, agak sulit bahas body, acidity dan aftetastenya. Yang pasti kepahitannya tetap memberi nuansa berbeda, apalagi jaraknya jauh dari rumah, ya sudah kita nikmati saja.

Eh ternyata anak – anak mulai cranky dan nggak sabar menanti pesanan cemilan, tetapi tak kunjung tiba, mungkin karena banyak sekali pesanan. Maka kami menyerah, akhirnya diputuskan bungkus saja. Masih menunggu beberapa saat waktunya.

Tepat sruputan terakhir secangkir americano, pelayan datang dan mengabarkan pesanan sudah dibungkus dan siap bayar. Yuk ah bayar dulu. Eh sruputtt habiskan dulu americanonya brow.

Americano at HEHA resto sky view / dokpri.

Itulah cerita singkat perjalanan ngopay di kota Jogja edisi 2, edisi satunya khan KOPI MANgLUNg. Akhirnya raga bergerak menuruni dataran tinggi ini, dan menuju tempat hotel yang akan diinapi dengan estimasi perjalanan 46 menit dari sini. Wassalam (AKW).

KOPI CAMARO di MANGLUNG View & Resto.

Kembali bersua dengan kohitala, kali ini di dataran tinggi selatan Jogjakarta.

JOGJA, akwnulis.com. Perjalanan menanjak dan berliuk menuju dataran tinggi di selatan jogja, mirip dengan perjalanan ke lembang mau cari susu murni, ketan bakar ataupun tahu goreng plus kesegaran suasana alami. Tetapi tentu hal penting yang harus dicari adalah secangkir janji yang tertuang dalam cangkir abadi bernama kenikmatan hakiki dari sajian kopi.

Maka dilakukanlah kombinasi pencarian yang keduanya berdasarkan GPS. GPS pertama adalah global position system yang menjadi nyawanya googlemaps, dimana dengan jari jemari eh salah dengan jempol kanan kiri maka begitu mudah menjelajahi dan mencari lokasi yang didambakan… uhuy.

GPS yang kedua, apa itu?”

Wah ada yang penasaran, ini adalah teknologi tertua yang tak lekang oleh jaman dan tak pupus oleh perubahan. Karena modalnya adalah keberanian dan tentu berbicara dengan sopan. Maka GPS ini bisa dipakai.

Tahu khan?”

Pasti pada geleng kepala khan. Padahal jawabannya gampang banget. GPS ini adalah Gunakan Penduduk Sekitar  alias banyak bertanya kepada orang yang domisili di sekitar tempat tersebut. Minimal sopir grab atau sopir mobil sewaan yang mengantar kita ke tempat lokasi.

Dijamin bisa lebih tepat sasaran dan terukur, termasuk bisa juga berdiskusi tentang rencana kunjungan ke objek wisata. Siapa tahu GPS ini bisa memberikan opsi lebih baik, karena tahu dan berpengalaman untuk rekomendasi waktu yang tepat untuk berkunjung ataupun lokasi wisata lainnya yang bisa menjadi alternatif.

Jadi double GPS lebih efektif hehehehehe.

Setelah menanjak begitu rupa, sekitar 52 menit dari Stasiun Tugu, tibalah di lokasi makan siang menjelang sore kali ini, yaitu The Manglung View & Resto.

Ini adalah hasil GPS kedua lho guys, saran yang recomended dari bapak Sutarno, Driver langganan khusus Jogja karena paham dengan kebutuhan kami berbanyakan ini untuk makan dulu dalam suasana yang relatif ‘tenang.’

Karena tujuan awal kami adalah menuju objek wisata HEHA Sky View yang kata guugle lagi happening. Tapi saran pak Sutarno lebih kami dengarkan karena beliau yang sehari-hari lebih tahu keadaan.

Benar saja, dengan mengikuti sarannya, kami bisa menikmati makan siang dengan nyaman. Menu yang enak dan mengenyangkan serta tidak lupa sajian kopi manual dengan menggunakan seduhan V60 dapat dinikmati dengan pasti. Berlatar belakang pemandangan hamparan daerah Patuk bersama taburan sinar mentari yang mendekati ujung hari.

Pesan kopinya manual brew V60 hot ya mas”
“Inggih”

Wah senangnya, keluarga bisa pesan makanan minum sesuia serela… eh sesuai selera, akupun bisa bercengkerama dengan sang kohitala di wilayah jogja. Beannya adalah arabica camaro dari bantul (klo hasil interogasi mas baristanya) dengan notesnya adalah Sweey honey brown sugar karamel.

Ternyata hasil racikannnya agak mendekati, meskipun sweetnya kurang dapet tapi tergantikan dengan suasana sore dan pemandangan yang memanjakan mata dan belum banyak pengunjung. Eh nggak lama juga, setelah 20 menitan kami berada, ternyata mulai ramai juga.

Sruput dulu guys…. nikmaaat. Kopi manual brew V60 yang asli dan berada di Jogja. Jadi inget tahun lalu menikmati sajian V60 ini dimalam hari, hujan turun dengan lokasi tepat di depan tuggi jogja, yaitu di Cafe Kebon ndalem, ini tulisannya KOPI TUGU JOGJA.

Oh ya, tulisan tentang objek wisata HEHAnya menyusul ya, khan belum sampai.

Maka kembali ke paragraf atas, wisata yang terencanapun harus ada improvisasi di lapangan, jangan lupa GPS google dan GPS asli hehehehe. Selamat malam, have a nice weekend. Wilujeng Idul Qurban 1443 Hijriyah. Wassalam (AKW).

***

The Manglung View & Resto.
Jl. Ngoro ngoro ombo No. 16 patuk, Kecamatan Patuk Kab. Gunung Kidul Yogyakarta.