SOREANG, akwnulis.com. Semilir angin sore menyapa raga tanpa basa-basi ditemani rintik hujan yang menyegarkan keadaan. Lalu lalang kendaraan terasa tenang tanpa teriakan klakson yang mengganggu pendengaran. Semua terlihat nyaman dengan keadaan masing – masing.
Tetapi ternyata masih ada yang tertatih dan belum berdamai dengan keadaan, perlahan mendekat dengan tatapan sayu dan badan lusuh, tentu di lengkapi aroma kesulitan yang dijalani sehari-hari. Dalam hati ingin membantu dengan segepok uang agar segera merubah kehidupan, tapi apa daya dengan segala keterbatasan. Hanya selembar uang ungu yang mewakili perhatian, semoga tawakal dan selamat menjalani kehidupan.
Setelah menghilang dari pandangan, giliran waitres yang sudah hadir di depan dengan senyum manisnya, “Silahkan scan barcode untuk menunya kakak”
Cekatan jemari lentik membantu scan dan memilihkan menu makanan serta minuman dan tanpa banyak cingcong pilihannya adalah sajian kopi hitam tanpa gula yang bakal menjadi obat bengong.
Pilihan kali ini jatuh kepada arabica puntang, si kopi legendaris dari bandung selatan. Di minta dibuat dengan manual brew V60, tentunya dengan panas yang tepat yakni aliran 92 derajatan.
Arabica puntang V60 / dokpri.
Sambil termangu menanti sajian kohitala arabica puntang, kembali hadir seorang ibu muda menggendong anak bayi dilengkapi kotak speaker lengkap dengan mic untuk ber solo karaoke dangdutan.
Tak banyak tanya, sebuah lembaran coklat berpindah tangan dan dengan sumringah diterima tanpa banyak tanya lalu pergi dengan tergesa.
“Silahkan kaka, kopinya” Sebuah suara renyah membuyarkan lamunan. Dibalas dengan senyuman tulus terima kasih. Alhamdulillah sudah tersaji kopi hitam tanpa gula dengan manual brew V60.
Tanpa banyak diskusi maka kopi di bejana berpindah ke gelas kecil putih dan langsung dinikmati… srupuuut.. nikmaat. Bodynya tebel dan aciditynya setrong dilengkapi arima khas dan aftertastenya adalah fruity dan selarik nangka plus kacang tanah… segerrr.
Betapa sebuah nikmat tidak harus di tempat yang super mewah, tetapi cafe biasapun bisa hadirkan rasa, tinggal bagaimana kita bisa memaknainya.
Sruput lagi…. segaaar. Kembali memandang ke luar dan lalu lintas terasa begitu lengang serta rintik hujan telah hilang berganti siluet pelangi penuh harapan. Wassalam(AKW).
BANDUNG, akwnulis.com.Sebuah sajian minuman berwarna terang menari dihadapan, memberi rasa penasaran dan sedikit ketakutan. Penasaran sangat jelas karena tampilannya menggiurkan dan terlihat segar. Sementara rasa takut menyelusup karena pasti ini bukan lagi murni sajian kopi hitam tanpa gula, tetapi dicampur berbagai rasa yang mungkin lebih nikmat namun berpotensi bahaya.
Kopi Pandan / Dokpri.
Hanya saja sebuah tulisan yang menempel diatas tembok bercahaya kuning keemasan memberikan pencerahan. Bahwa apapun yang dikatakan mamah itulah aturan mainnya hehehehe alias ‘Mama is always right’.
Kata mamah barusan, “Sekali- kali boleh atuh minum sajian kopi dicampur unsur lain agar nggak monoton, ada variasi“
Sebagai ungkapan tulus dan angin segar bagi pelanggaran hukum kohitala kali ini. Maka tanpa komando kedua, langsung disegerakan untuk di sruput pada kesempatan pertama.
Rasanya nak enak kawaan, manis dan harum pandan lho.
Ya iya atuh, khan pesennya juga kopi pandan, jelas sudah pake pandan. Tapi gula dan susu nggak dipesan… eh ternyata ikutan. Menyatu menjadi satu sajian yang ciamik dan nikmat…. eh tapi menurutku terlalu manisss… maklum sudah terbiasa minum kopi tanpa gula dan tanpa kawan – kawan kopi lainnya. Klo kopi pandan ini bejibun, dari mulai kopi, tambah sirup pandan, tambah gula, juga susu dan setumpuk harapan barista… jiaah ahay.
Tetapi kembali lagi, karena mamah sudah bersabda maka segera nikmati tanpa jeda. Yakinilah bahwa mama is alway right. Wassalam(AKW).
BOGOR, akwnulis.com. Mentari menyinari bumi begitu terik dan atraktif sehingga tak kuat berlama-lama berdiri untuk menikmati hangat dan panasnya sinar alami. Perlahan bergeser mencari keteduhan dibawah pohon rindang di sekitar alun – alun Kota Bogor yang sedang prosesi peresmian.
Segelah mendapatkan posisi strategis, maka menarilah sang jemari. Menuliskan secarik cerita singkat berbahasa sunda yang idenya hadir dari silaturahmi seorang kawan lama, sebut saja Kang Faisal, sore kemarin.
Canda tawa dan kisah bersama mewarnai perjumpaan lagi setelah 4 tahun tidak pernah bersua, mencoba menangkap ide cerita menuangkan dalam fiksimini basa sunda. Sebuah genre tulisan fiksi berbahasa sunda maksimal 150 kata sudah menjalin satu cerita, inilah ceritanya….
Angkot Konèng / Doklang.
FIKMIN # SAHA NAMINA? #
Motor bèbèk kameumeut keur gering parna, diopnameu di bèngkèl Jang Opan. Indit nèang kasab numpak angkot tibatan leumpang.
Leungeun bentik megat, angkot eureun. Sup ka jero. Dina angkot aya dua wanoja, marakè rok mini. Katènjo kulit sampulur konèng umyang, ngan hanjakal marakè tato. Nu hiji dina leungeun, nu hiji deui dina bitis jeung tuur, jigana nepi ka pingping.
Pangangguran ditanya, “Badè kamarana nèng?”
“Damel mang”
“Saha namina?”
“Dara mang”
Nu hiji deui mah ngabetem tapi curuk nunjuk kana tuurna. Kaciri tato kembang jeung huruf maringkel. Tuur katuhu aya huruf R, tuur kenca huruf S.
“Nèng RS?”
Anjeuna gideug, “Abdi mah Ros”
Rada ngahuleng, ningali kana tuurna ukur aya huruf R jeung S. Si nèng imut matak uruy. Jadi panasaran.
“Teu ngartos neng, dupi hurup O na mana?”
“Ieu mang” Neng Ros ngadèngkak. Mang Ujang olohok atoh teu bisa ngiceup, tuluy kapiuhan.
***
Nah itu ceritanya kawan, yuk ah lanjut kegiatan di jumat siang ini. Wassalam(AKW).
Selarik kata dalam bahasa sunda, cerita sederhana tentang rivalitas dan cinta.
Follow your dream / dokpri.
CIMAHI, akwnulis.com. Selamat berlibur di weekend ini bagi yang berlibur dan selamat bertugas bagi yang bertugas di hari libur yang boleh juga disebut TKW (Tenaga Kerja Weekend).
Tetapi semangat menulis tetap harus dijaga konsistensinya, meskipun hanya 3 paragraf tapi menulislah sebelum menulis itu kalah oleh kemalasan ataupun tergerus kesibukan yang tak akan berhenti selama nyawa dikandung badan.
Bagi yang akan menulis, jangan takut dengan bagus tidaknya tulisan karena penilaian manusia relatif, selalu pro dan kontra. Maka menulislah apa yang dilihat, dirasa dan didengar. Tentunya dengan kalimat biasa yang tidak mengandung unsur SARA.
Yuk ah…. ini kotretan singkat keseharian yang sekaligus mencoba menulis dengan bahasa sunda dengan format fiksimini bahasa sunda dengan batasan maksimal 150 kata dan sudah membangun satu cerita.
Haturan….
FIKMIN # ICIH #
Leungeun cangkeul nahan beungbeurat, tapi waktuna can bèak. Wayahna kudu kuat. Sanajan geus karasa harepan mimiti peunggas, tapi kudu yakin yèn lalakon can tepi ka panungtung. Masih aya wanci nu bisa dipakè meulitkeun ati.
Kèsang muruluk minuhan awak, cangkèng teuas cangkeul nu taya papadana. Tapi, ihtiar kudu nepi ka junun. Ulah gedag kaanginan, tanggah gagah sanajan rumasa umur teu bisa obah. Ripuh geuning.
Gorowok jeung keprok nyumangetan, curucudna kèsang geus teu ditolih. Nu di pencrong ukur detikan jam digital nu mèrè totondè iraha ieu urusan bakal rèngsè.
Tetempoan enyay enyayan, tapi panon ulah dipeureumkeun. Kudu tetep mencrong bari neuteup seukeut. Sakali peureum bakal peureum salilana. Leungit darajat jeung kahormatan nu salila ieu dijaga.
Jorèlat seuri Nyi Icih, bèbènè baheula ngalèlèwè. Ayeuna jadi jikan Si Opan, nu keur pahareup-hareup adu jajaten.
Teu antaparah deui, gorowok, “Iciiiiih” sora handaruan. Kabeh ngarènjag, keprok. Uing meunang, ngan tuluy kapiuhan.
BANDUNG, akwnulis.com. Mata tiba-tiba terbuka dan agak terhenyak, “Astagfirullohal adzim, belum shalat isya” segera terbangun dan mengangkat raga menuju kamar mandi untuk berwudhu. Sejenak memicingkan mata dan berusaha fokus melihat jarum jam yang sedari tadi memandang dengan senyuman khasnya.
“Alhamdulillah baru jam 02.30 wib” Sejumput syukur menguatkan hati untuk segera berwudhu. Berarti tadi pas tengah malam baru bisa pulang ke rumah setelah berkejaran dengan tugas dunia, membersihkan diri mandi dan berganti pakaian lalu sebentar merebahkan badan di kasur empuk samping sang istri dengan tujuan hanya sebentar untuk meregangkan badan dan meluruskan kembali tulang – tulang plus otot tubuh agar bisa rehat sejenak.
Ternyata perilaku pelor (nempel molor) langsung beraksi. Reup we tertidur…. nikmaat.
Nah dengan terbangun mendadak, maka kesempatan shalat isya tidak terlewat. Meskioun dada masih berdegup lebih kencang karena pendadakan yang menghenyakkan.
Sebuah syukur kembali terpanjat, karena sebuah rasa lelah dan capai dalam siklus kehidupan adalah salah satu berkah yang penuh makna. Lelah dan mengantuk itu sebuah cara agar kita sebagai hamba bisa paham bahwa kita bukan apa-apa, hanya seonggok raga tanpa daya sesuai dengan kehendak Illahi Rabb Allah Azza Wa Jalla. Begitupun bisa terbangun di sisa waktu juga semua kehendak-Nya.
***
Shalat isya dan doa – doa sudah terpanjatkan, tetapi sebelum kembali rebah di peraduan, rasa haus memaksa untuk keluar kamar. Menyalakan lampu di ruang makan.
Bray….
Ternyata di samping gelas di meja makan, beberapa cicak sedang bermain dengan leluasa. Ketiganya terdiam karena kaget dengan hadirnya cahaya. Tanpa berfikir panjang inilah saatnya mencoba kekuatan dan kecepatan tangan.
Hupp…. sebuah sapuan tangan kanan menangkap binatang lincah kenyal kenyal. Meskipun tentu harus merelakan 2 ekor cicak lainnya kabur dengan kecepatan tinggi, tetapi satu cicak sudah aman di genggaman.
Genggamanku / dokpri.
Geli sih, juga kasihan melihat 2 mata kecilnya memelas untuk dilepaskan. Tetapi mohon bersabar ya cicak, kita photo dulu… tangan kanan mengambil smartphone dan .. cekrek. Sebuah photo genggaman tangan dan cicak terabadikan.
Setelah itu segera menuju pintu belakang, membuka pintu perlahan agar tidak mengganggu heningnya malam. Menuju halaman belakang dan melepaskan cicak di tanah basah karena embun dini hari yang merata menjaga rasa.
Alhamdulillah, secara tidak langsung latihan kegesitan tangan sudah dilakukan. Jika minggu lalu di tes dengan alat khusus untuk mengukur kekuatan genggaman oleh temen – temen BKOM. Maka dini hari ini kelenturannya diuji untuk menangkap cicak dan menggenggamnya tanpa membuat tersiksa sebelum dilepaskan.
Akhirnya dini hari dilanjutkan dengan menikmati seteguk air hangat dalam suasana temaram lalu kembali bergerak menuju peraduan. Wassalam (AKW).
CIMAHI, akwnulis.com. Dikala hujan rintik mencumbu bumi, maka wangi tanah memberi kedamaian tersendiri. Suasana sendu melingkupi diri dan akhirnya harus mengambil keputusan untuk menepi, daripada raga cipruk eh jibrug… maksudnya basah kuyup dan mungkin bisa masuk angin. Maka merapat ke suatu tempat yang menyajikan minuman kohitala hangat, disajikan tanpa gula dan tanpa berburuk sangka juga penuh hormat.
Tanpa basa – basi maka pesanan Visixti (V60) manual brew dengan stok bean yang ada langsung dinanti karena sudah menjadi agenda rutin untuk hadir disini.
Cafe kecil ini agak menjorok ke dalam dari jalan utama Leuwigajah, tetapi sekarang bukan halangan karena dengan bantuan teknologi begitu mudah menemukan tempat tanpa perlu susah payah bertanya. Tinggal bermodal smartphone, batere penuh dan sinyal serta paket internet aman plus jari jemari yang sehat.
Tring.
Langsung penunjuk arah berebut memberikan pilihan.
***
Sambil menikmati gerimis hujan, terasa pikiran hanyut ke masa silam. Dikala masih bocah yang nakal, begitu senang bermain diatas cucuran air hujan yang meluncur deras dari ujung atap rumah. Sebuah nilai bahagia begitu terasa, seolah tindakan sederhana namun penuh makna.
“Silahkan sajian V60nya Kakak” sebuah suara membuyarkan cerita masa silam. Digantikan dengan kehadiran sang pelayan membawakan nampan panjang.
Agak heran karena pesanan tadi sudah jelas hanya segelas Kopi manual brew menggunakan V60, just it. Tapi kok yang datang banyak?… ya udah ikuti saja. Siapa tahu memang ada surprise malam ini, entahlah.
Sajian kopi manual brew V60 di bejana memang cuma satu. Tetapi gelasnya banyak. Wah ada apa ini, apakah ada demo?.. kenapa begitu banyak gelas yang hadir?.
Gelas berbaris bersamabkopi / dokpri
Jawaban yang hadir hanya selarik senyum yang menambah tanya. Tapi harus pasrah karena memang sang pelayan meninggalkan begitu saja tanpa ada penjelasan lainnya.
Ternyata, tak berapa lama. Datanglah sang Barista, Akang Ano.
Inilah penjelasannya (mulai dari kiri) : 1. Cangkir keramik berbibir tebal ternyata menghadirkan rasa yang lebih manis. Aduh jadi inget bibir siapa ya?. 2. Gelas Duralex memberikan rasa yang lebih complex dan balance baik dari sisi aroma, sweetness dan acidity. 3. Gelas Wine memberikan sensasi aroma lebih kuat, tetapi rasa dan acidity agak melemah. 4. Gelas Lurus menghadirkan kecenderungan rasa dan aroma yang flat.
Mulut sedikit ternganga mendengarkan penjelasannya. Betapa sebuah pilihan gelas dapat hadirkan perbedaan baik aroma, rasa dan acidity segelas eh sebejana kopi hitam tanpa gula dengan manual brew V60…. sebuah momentum syukur kembali terasa. Betapa aneka nikmat kehidupan dunia termasuk kemampuan lidah mengecap rasa, body dan acidity ajian kopi adalah nikmat yang tidak ternilai. Alhamdulillahirobbil Alamin, srupuuut… Wassalam (AKW).
***
Lokasi : Cafe Kopi ABDI, Jl. H. Danudin No.4 Leuwigajah Cimahi.
Perlu dicoba pengalaman berbeda, backpakeran di kota Jogja.
Jalan Malioboro dini hari / dokpri.
JOGJA, akwnulis.com. Sebuah pengalaman dalam perjalanan kehidupan adalah catatan penting yang harus dimaknai sebagai bagian takdir yang memiliki makna tersendiri. Begitupun sebuah keinginan dan kepraktisan pengambilan keputusan tentu berimplikasi kepada hasil dan nilai – nilai penting yang menjadi pegangan diri.
Begitupun cerita kali ini, dikala datang ke Kota Jogjakarta ternyata terlalu pagi alias dini hari sudah menginjakan kaki di stasiun Tugu, maka berbagai pilihan hadir untuk menjadi kepastian. Pilihan standar sih gampang, segera menuju hotel tempat acara dan lakukan “early check in”. Namun ada pilihan lain yang mungkin bisa menambah khazanah cerita diri dengan sesuatu yang berbeda.
Alternatif kedua sudah membentang di depan mata, seorang sahabat yang menjadi pejabat teras di kota Jogja sudah mengontak dan mempersilahkan datang ke rumahnya untuk sekedar mandi dan beristirahat di pagi yang dingin ini, lokasi sudah di share tinggal ikuti dengan google map. Makasih ya dok.
Tetapi ada desakan lain yang mengingatkan masa lalu, dikala datang ke kota Jogja dengan budget pas pasan. Memilih hotel super murah di sekitar jalan Malioboro untuk sekedar istirahat dan mandi sebelum dilanjutkan dengan beredar di seantore eh seantero tempat wisata yang tersebar. Tapi itu dulu, 20 tahun lalu. Hanya memang sebuah memori begitu mudah hadir kembali seakan baru terjadi kemarin sore atau beberapa waktu yang lalu.
Suasana box di bobobox / dokpri.
Ini yang menjadi pilihan, tentu dengan menentukan hotelnya yang kekinian alias backpakeran yang tetap mengusung CHSE*) serta uptodate.
Sambil berjalan menyusuri trotoar di area stasiun Tugu Jogja, jemari bergerak lincah di smartphone mencari alternatuf hotel buat backpakeran. Tak terasa kaki bergerak melewati area selasar Malioboro dan memasuki ujung jalan malioboro sebelah utara dan keadaan masih hening sepi serta damai. Ditemani beberapa petugas kebersihan yang sedang menunaikan tugasnya.
Tring, ternyata terdapat hotel capsul hanya selemparan batu, alias berada di jalan malioboro.. yeaah. Langsung di telepon dan ternyata kamar masih ada… meluncurrr… eh melangkahhh…
Damainya jalan Malioboro dan bersih, menenangkan jiwa dan rasa. Sambil langkah terus bergerak dan akhirnya tiba di tempat. Sebuah pintu dengan logo ‘Bobobox’. Langsung ditarik dan terbuka, langsung disambut tangga.. naiklah. Ternyata resepsionisnya di lantai 2.
Box no 36 / dokpri.
Proses registrasi singkat dan cashless serta semuanya full aplikasi. Jadi wajib bawa hape yang ada playstorenya. Karena yang belum punya aplikasi, kudu install dulu. Bayar online, atau debit dan kuncinyapun steril karena berbentuk barcode di aplikasi smartphone dan tinggal di scan nanti depan pintu kamar kapsul untuk membukanya, keren khaan.
Mendapatkan kotak kamar nomor 36. Eh iya sebelum masuk. Sepatu atau sandal yang kita pakai harus disimpan di loker dan terkunci, sementara masuk ke area kotak menggunakan sandah hotel.
Tiba di kotak nomor 36, dekatkan smartphone yang ada barcodenya ke sensor kunci dan ‘klik’… pintu terbuka, sebuah kotak tidur yang bersih bernuansa putih menyambut dengan ceria.
Langsung buka koper pinkku dan bergegas mengambil handuk dan perlengkapan baju pengganti.
“Langsung mandi?”
“Ya iya, badan lengket gini semaleman di kereta juga keberangkatan mendadak sehingga pontang panting persiapan plus ngantri antigen yang lumayan banyak orang” (ini diskusi sendiri ya guys).
Kamar mandinya terpisah, tetapi kebetulan dekat sekali dengan kotak nomor 36. Tinggal belok kanan. Kamar mandinya dipisahkan antara kamar mandi laki-laki dan perempuan. Untuk kamar mandi laki-laki terdapat 4 toilet dengan WC duduk dan 3 ruang shower untuk mandi tentu didepan terdapat 2 wastafel lengkap dengan kaca dan hairdryer.
Kotak eh kamar bersih dan praktis / dokpri
Karena ini masih jam 03.30 wib maka masih sepi dan bersih. Leluasa untuk BAB dan mandi untuk.menyegarkan diri…. currrr… air hangatnya menyirami tubuh.. segaar. Oh ya, sabun cair dan shampo sudah ada tersedia. Handuk juga tersedia di kamar… cuma sikat gigi dan odol musti bawa sendiri.
Udah ah, kembali ke kamar kotakku. Jangan lupa bawa hape. Karena kunci kamar barcode ada di hape.
Buat para pembaca yang phobia ruang sempit, mungkin ini menjadi tantangan. Tetapi yakinlah bahwa kamar kotak yang tersedia disetting bersih serta sentuhan modern menggunakan teknologi. Dari mulai check ini, buka pintu kotak kamar hingga di dalamnya. Ada panel yang touch screen yang bisa mengatur warna lampu kamar sesuka hati. Baik dipijit manual untuk ganti warna ataupun dibuat otomatis kayak di club malem di masa lalu hehehehehe. Ada pilihan untuk musik ‘sleep meditation’ yaitu suara air sungai mengalir dengan gemericiknya atau suara hutan alami ditambah pengaturan volume suara. Plus ada aplikasi bluetooth jika ingin disambungkan dengan smartphone kita dan tombol pembuka dan pengunci pintu… canggih khan?..
Panel pilihan futuristik / dokpri.
Satu lagi yang menjadi hikmah penting dikala terdiam telentang di kotak sempit ini adalah mengingatkan diri ini akan sebuah tujuan hidup akhir kita. Kita akan kembali sendiri, menghadap Illahi robbi dalam sebuah kotak kecil dan tertutup tanpa penerangan serta gelap, dingin dan basah kecuali kita memiliki amalan yang baik serta rangkaian doa dari anak – anak sholeh sholehah di saat berada di liang lahat suatu saat nanti. Semoga kita, kami, diri ini bisa kembali dalam keadaan husnul hotimah, Amin Yaa Robbal Alamin.
Sebelum mencoba terlelap, menikmati berbagai fasilitas kotak yang praktis dan modern ini juga mengabadikan berbagai fasilitas lainnya diluar kotak serta tak lupa mencari mushola di lantai 5 dan menunaikan shalat shubuh beberapa detik setelah adzan berkumandang.
Oh ya disini tidak ada breakfast, hanya tempat beristirahat dan membersihkan diri saja. Tapi jangan khawatir samping kanan kiri dan depan hotel banyak pilihan makanan tersedia.
Rooftop buat bersantai / dokpri.
Sebagai catatan, ini adalah pengalaman kedua menikmati dan memaknai sebuah pengalaman masuk kotak eh pods yah, yang pertama adalah POD RAIL TRANSIT SUITE STASIUN GAMBIR dengan tipe pods untuk single dan sekarang di BOBOBOX PODS MALIOBORO memilih yang tipe double.
Selamat backpakeran dan menjalani hikmah kehidupan. Wassalam (AKW).
***
Lokasi : Bobobox Pods Malioboro Tipe kamar kotak : Double Harga 195K/malam
*)CHSE adalah singkatan dari Cleanliness, Health, Safety dan Enviroment, atau terjemahannya adalah standar nasional dan internasional untuk hotel dari sisi kebersihan, kesehatan, keamanan, dan dukungan terhadap lingkungan dengan berbagai indikator.
TJIMAHI, akwnulis.com. Terkadang sebuah keinginan hadir tanpa alasan, muncul begitu saja di benak ini dan diucapkan dengan lantang. Sehingga didengarkan oleh rekan staf dan menjadi sebuah perintah yang harus dilaksanakan.
Itulah yang terjadi, setelah sekian waktu berusaha makan siang itu adalah makanan sehat dengan menu aneka salad. Ternyata ada gejolak jiwa cheating yang ingin menikmati sajian makanan lain yang digandrungi kawula muda.
Sebuah sajian makanan alias jajanan yang berbasis kerupuk dengan aroma kencur yang dilengkapi dengan berbagai boga bahari, protein seperti serpihan telur, daging ayam, ceker, tulang, sosis, termasuk baso dan banyak lagi pilihan dengan rasa gurih pedas dengan nama sajiannya adalah seblak.
Maka bergeserlah dari salad ke seblak, sama awalan s tetapi begitu berbeda dari warna dan rupa serta tentunya rasa. Tapi hidup ini butuh variasi kawan. Sesekali perlu menikmati sajian ekstrim yang membuat hati berdebar (seseblakan) akibat rasa kuah yang memerah karena minta diberi bumbu pedas level dewa.
Jika hari kemarin adalah menikmati kesegaran eggplant salad, maka siang ini mencoba menikmati sajian seblak kumplit pedas maksimal.
Dilihat sepintas terasa tantangannya karena kuahnya begitu merah dan biji cabe bertaburan di permukaan mangkok putih bercahaya. Setelah membaca BIsmillah, prosesi penyuapan kuah dimulai… amm.. srupp…..
Mata langsung membelalak dan hati berdebar, apalagi mulut dan lidah tidak bisa mengucapkan banyak kata. Semua bergabung di otak dan teriak didalam neocortec, “Ampyuuuun Lada Pisaaaaan…..”
Seblak Burahay pedas maksimal / dokpri.
Tak perlu lama, butiran keringat muncul dan desah mulut kepanasan langsung memenuhi ruanganku yang sederhana ini. Tapi masalahnya bukannya berhenti makan, malah lanjutkan penyuapan. Karena dibalik sensasi pedas, panas dan gurih ini hadir kenikmatan berbeda yang wajib disyukuri…. nyam nyaam.
Akhirnya setelah sekian lama berusaha, menyerah tanpa bisa menghabiskan sajian seblak yang ada. Karena ternyata peluh bercucuran dan lidah teriak karena sudah tidak siap menerima level kepedasan ini, begitupun perut mulai bereaksi. Betapa cepatnya rasa pedas ini menguasai raga yang rapuh ini.
Lalu bergegas mengambil gelas dan meminum air putih yang tersedia di meja sebelah. Meskipun tidak menghilangkan pedas tetapi minimal memberi waktu bagi mulut untuk berdamai dengan keadaan dan tidak harus tertekan oleh pedas yang hadir bertubi-tubi.
Dampak ikutannya ternyata sang perut tidak kompromi karena berbagai faktor, terutama faktor U (umur). Perut panas sepanjang malam dan hingga dini hari bolak balik kamar mandi karena sembelit dan perut rasa melilit.
Kapok ah. Jangan maksain jikalau tak siap. Kendalikan keinginan dan sandingkan dengan kenyataan. Karena sebuah pengorbanan yang terjadi tidak sebanding dengan keinginan awal yang terucap begitu saja. Have a nice weekend kawan. Wassalam (AKW).