CIKONDANG, akwnulis.com. Semilir angin pagi menemani hadirnya sentuhan hangat mentari yang selalu hadir menepati janji. Menebar janji kehangatan kepada seluruh alam, meskipun terkadang ditutup awan keresahan.
Begitupun raga ini, sesaat tengadah menikmati kesegaran pagi. Hangat mentari menyapa muka dan sebagian badan yang berbalut dosa. Betapa tak sebanding antara rahmat Sang Pencipta Alam dengan perilaku hamba ini dalam menjalani hari-hari.
Astagfirullohal adzim.
Perlahan kepala menunduk dan tertumbuk pada sebuah keindahan. Keindahan yang hadir dari kelopak bunga kamboja kuning yang terserak dan tergeletak tanpa daya.
Ada yang terdiam bersama kawan di antara rerumputan, ataupun menyendiri terdiam di tengah-tengah dedaunan.
Bunga kamboja kuning ini masih terlihat segar dan indah, meskipun jika diperhatikan lebih detail maka sudah mulai hadir bercak-bercak coklat pertanda prosesi alami sedang terjadi, menandakan semuanya di dunia fana ini tidak hakiki.
Begitupun warna kuning segarnya sudah memudar, kembali memutih dan akhirnya menyerah menjadi kecoklatan untuk luruh dan bersatu kembali dengan tanah setelah tuntas melaksanakan tugas sebagai penghias kesegaran serta pengantar keharuman khas bunga kamboja.
Sebuah kesadaran menggema, bahwa siklus kehidupan adalah keniscayaan. Kenyataan yang harus di syukuri dan ditafakuri. Serta satu hal penting lagi adalah semua berproses sesuai tugas fungsi masing – masing hingga akhirnya harus bersiap dan ikhlas bahwa masa keindahan sudah tuntas dan akhirnya kembali kepada asal yang hakiki. Wassalam (AKW).