LEMBANG, akwnulis.com. Bismillahirohmaniirohim,
Tiada saat kita bisa sedikit menghela nafas, dikala begitu banyak berita duka hadir menghampiri kita. Di media sosial sudah jelas informasi yang tersaji, di WA grup, Facebook, Twitter, Telegram, Line dan sebagainya, semuanya seragam… berita duka, cerita kehilangan orang-orang tercinta untuk kembali dipanggil pulang oleh Allah Sang Pencipta.
Yang menjadi keterhenyakan adalah bertubinya berita, dan terasa begitu dekat menghimpit nalar kita. Ucapan duka cita, belasungkawa ataupun template stiker bertuliskan ‘Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun” serta ketikan mendadak yang dihadirkan demi memberikan kata-kata penguat semangat ketabahan dan kehormatan bagi keluarga yang ditinggalkan dan tentunya kiriman doa semoga almarhum almarhumah husnul hotimah.
Karangan bunga duka cita sekarang berseliweran untuk hadir sesaat sebagai bukti ikut peduli dan merasakan duka lara yang terjadi. Sebagai wakil raga yang tak bisa datang secara nyata karena pandemi memghalanginya.
Saking banyaknya berita duka setiap hari, terkadang kitapun terlewati untuk mengetik chat atau comment dalam rangka ungkapan dukacita, atau paling simpel dengan template stiker. Apalagi menelepon keluarga inti untuk berlisan secara langsung.
Jadi sekarang kembali kesadaran, kesabaran dan ketabahan kita semua diuji lahir batin. Satu sisi kita ikut atau (diharapkan) ikut untuk mengekpresikan rasa simpati kepada keluarga, kolega dan mitra yang ditinggalkan tapi di sisi lain harus waspada karena perang kali ini menghadapi musuh tak kasat mana yang bisa menyerang siapa saja, kapan saja dikala abai protokol kesehatan… itu secara phisik.
Secara psikis spritual, kita tebalkan keyakinan masing-masing dengan berbekal rasa takut dan khawatir yang semakin hari semakin menjadi. Mendekatkan diri kepala Illahi Rabb adalah hal utama kali ini dan tentu didukung penuh dengan ihtiar lahiriah yaitu utamakan protokol keshatan yang sudah digembar gemborkan.
Maka jikalau memiliki luang, ekspresikan keduakaan, kepedulian, keprihatinan dalam untaian kata lisan via telepon, tuliskan dalam status, coment dan kata2 di medsos atau stiker belasungkawa atau minimal sepucuk doa yang hadir di hati kita. Jikalau ternyata tidak menyampaikan ucapan keprihatunan di grup WA, bukan berarti tidak peduli, mungkin saja memang sedang sama-sama berduka.
Karangan bunga bisa menjadi media penyambung duka, ataupun dukungan dana meskipun terbatas tapi mungkin bisa membantu semangat ketabahan. Kalaupun tidak, tak mengapa, seuntai doa yang tulus menjadi bekal bagi semuanya.
Hal yang terpenting lagi adalah kematian itu pasti, ditengah kehidupan fana yang berbatas. Jadi kembali tafakuri diri dan jalani hari – hari ini dengan selalu bersyukur terhadap skenario Allah SWT yang dibungkus dalam Takdir serta berdampingan dengan pernasiban.
“Astagfirullohal adzim.
Innalillahi Wainna Ilaihi Roojiun.’
-Sesungguhnya kami adalah Kepunyaan Allah dan kepada Allah juga lah kami kembali.”
Wassalam. (AKW).
Leures pisan pa.
LikeLike
Naha. .jadi melankolis nyaa… semua makhluk akan kembali kepada “Sang Pemilik” brother…. Just stay healthy and happy…. jangan lupa melakukan “kebaikan bagi seluruh makhluk dan alam semesta “
LikeLike