Bersua dengan Kehijauan.

Photo : Saoropus Androgynus / dokpri.

CIMOHAY, akwnulis.com. Akhir bulan januari yang memaksa tetap berdiam diri. Pertama karena memang masih masa pandemi dan yang kedua memang harus menghemat amunisi. Maka memutar otak agar tetap bisa bereskpresi tanpa perlu banyak keluar anggaran itu ini.

Sejak dini hari ternyata temperatur disini membekukan hati, sehingga niat bersepeda bersama istri terpending belitan hawa dingin yang begitu kuat melingkupi… ah ini mah alasan aja, justifikasi kemalasan ya?….

Bukan kawan, betul memang begitulah kenyataan.

Ah nggak jelas, jikalau jadi bahan debat maka tak akan tuntas penyelesaiannya karena yang dipertahankan hanyalah menghilangkan energi dan kata-kata tanpa ada hasil nyata.

Tapi, jikalau berkemul teruspun tak elok. Karena banyak hal lain yang bisa dikerjakan untuk mengusir kegalauan di akhir bulan.

Meskipun penuh kahoream alias malas bingit bergerak, akhirnya raga dipaksa ikuti jiwa untuk mencari kegiatan yang mungkin menghadirkan semangat untuk berkarya dan mencipta.

Maka…. lawanlah kemalasan dengan bangkit dari gerak tidur-tiduran, jangan lupa bawa hape. Lalu segera berdiri dan cuci muka. Seterusnya beranjak ke halaman belakang dimana banyak aspirasi menulis yang tak lekang oleh kebosanan.

Agar terjadi keseimbangan maka perlu dipilih perwakilan, yaitu wakil dari kaum tumbuh-tumbuhan dan wakil juga dari kaum kehewanan. Dengan catatan memiliki kesamaan dari sisi warna yaitu hijau penanda bergeraknya tahapan kehidupan.

Photo : Papilio Demoleus / dokpri.

Silaturahmi pertama adalah bersua dengan batang hijau dengan bunga kecil merah yang begitu indah. Apalagi jikalau sudah dipetik daun dan batangnya lalu diolah memjadi sayur bening. Betapa nikmatnya dengan nasi panas dan sambel dadak plus kerupuk, apalagi jika di taburi goreng ayam kering dan serundeng. Dijamin nikmat bangeeet…….

Nama latin daun dan bunga merah kecil ini adalah Saoropus Androgynus, gaya khan?…. sementara nama familiarnya adalah daun katuk….

Ohh daun katuk…. biasa itu mah.

Justru dibalik hal yang biasa, banyak makna cerita yang bisa kita ambil hikmahnya. Seperti daun katuk ini, selain rasanya enak juga banyak gunanya termasuk yang paling terkenal adalah khasiatnya untuk menyuburkan dan meningkatkan kualitas air susu bagi ibu menyusui bayinya…. bukan bapaknya yaaa :).

Silaturahmi kedua tidak kalah menghijau dan miliki nama keren juga yaitu Papilio Demoleus. Kayaknya nama cowok, khan ada papi-nya. Tapi ternyata ini berlaku jantan dan betina, eh lagian nggak tahu juga mana yang jantan dan mana yang betina. Inilah wakil hijau dari dunia hewan yang bisa bersua di area taman belakang.

Bentuk tubuhnya lucu dan terlihat menggelembung dibeberapa bagian terutama di bagian kepala. Terlihat lebih besar dari bagian tubuh dan ujungnya. Kaki-kaki terlihat imut meskipun kuat mencengkeram daun yang menjadi pegangan sekaligus makanan kesukaan.

Photo : Papilio Demoleus lagi diatas dahan / dokpri.

Inilah penampilannya, hijau lucu dan menggemaskan tetapi juga rakus jikalau terus dibiarkan. Nama akrab kita yaa… ulat jeruk gundul… asli gundul tanpa bulu-bulu yang menyebabkan kegatalan. Sehingga memegang dengan jaripun tidak menjadi halangan, hanya geli gimana gitu dikala menyentuh kekenyalan badan hijaunya.

Itulah silaturahmi sederhana dikebun belakang bersama tumbuhan dan perwakilan hewan yang menggemaskan. Hadirkan kata-kata dan kalimat indah yang mengubah kemalasan menjadi keceriaan. Selamat mengisi sisa libur mingguan dengan kehangatan keluarga tersayang, Wassalam (AKW).

Ngopi di AWAN.

Sebuah cerita tentang keinginan dan kenyataan.

Photo : Kolam renang & nuansa alam / dokpri.

PADALARANG, akwnulis.com.  Setelah sekian purnama tak berani untuk menjambangi cafe ataupun kedai untuk menikmati suasana ditemani sajian kohitala (kopi hitam tanpa gula), maka kali ini sebuah tulisan yang dihadirkan adalah sebuah cara untuk mengobati kerinduan ini.

Lalu mencoba mencari koleksi photo yang belum pernah dihadirkan, pilihannya jatuh pada photo-photo yang ternyata bukannya mengobati kerinduan kongkow tetapi malah membikin rasa ingin ngafe menggebu, ah serba salah.

Tapi sudahlah, jangan nekat dalam suasana saat ini. Pandemi belum berakhir dan virus covid19 masih mengintai tanpa kita sadari.

Cukuplah sedikit mengkhayal dan membayangkan sebuah makna kenikmatan yang di masa lalu adalah biasa dan kita kurang mensyukurinya. Tetapi kali ini, diri ini faham bahwa kesempatan berkongkow sambil ngopay itu menjadi hal yang luar biasa dan harus disyukuri.

Sambil merefresh ingatan, masih tergambar dikala kita bergerak dari lobby hotel ke arah utara dan memasuki lift untuk mengakses ke lantai 8 dimana lokasi tujuan yang telah ditentukan.

Keluar dari pintu lift maka tersaji nuansa cafe yang simpel namun elegan dan sesuai namanya yakni AWAN, ingin menggambarkan bahwa pemandangan di sekitar seakan kira berada diatas awan, ahay lebaay.

Photo : Hot Chocholate / dokpri.

Sudahlah, daripada ntar disuudzonin dapet endors padahal inimah ditulis karena kegabutan dan rasa sedikit frustasi melihat pandemi yang terus melanda negeri sehingga aktifitas berubah dari rutinitas sehari-hari.

Maka tanpa basa basi, mendekati sang baristi dan memesan minuman yang sudah menanti diracik sedari tadi.

Tanpa perlu berlama-lama sajian cafelatte dan hot coklat menemani semaraknya sore itu. Saling melengkapi meskipun harus segera disruput untuk dinikmati karena ternyata dengan suhu yang memang dingin ditambah gelebug*) angin, maka sangat cepat berubah dari hot coklat menjadi ice coklat hehehehe…..

*) gelebug : terpaan angin.

Photo : Cafellatte Awan / dokpri.

Sebelum meninggalkan lantai delapan, tidak ada salahnya mengabadikan secuil fragmen kehidupan dalam bentuk photo dari ketinggian. Kolam renang dan tempat bermain air bagi anak dipadukan dengan kelokan sungai dalam nuansa alam kehijauan memberikan semangat dan menggugah rasa syukur bahwa lukisan Tuhan adalah Keberkahan.

Selamat memaknai segala perubahan dan kehidupan ini. Insyaalloh dibalik kesulitan akan hadir kemudahan. Wassalam (AKW).

Kopi Kamojang Sasak Koneng.

Menikmati Kopi Arabika Kamojang.

Photo : Kopi Arabica Kamojang / dokpri.

CIMAHI  akwnulis.com. Sebuah pemberian yang hadir dalam tahapan kehidupan adalah rejeki yang harus disyukuri. Meskipun proses masing-masing rejeki berbeda, tetapi yakinlah bahwa untaian doa setelah shalat dhuha tentu didengar oleh Allah SWT.

Kali inipun akhirnya sempatlah mencoba menikmati kiriman kopi yang hadir karena berbalut silaturahmi. Hatur nuhun kintunanna pak Yan.

Dari label yang tertera bertuliskan Kopi Arabica Sabilulungan Kamojang dengan cap Sasak koneng.

Karena memang cara terbaik (bagiku) menyajikan kohitala adalah menggunakan V60, maka peralatan di gelar dan bungkus kopi dibuka.

Hanya saja ternyata kopi kiriman ini sudah berbentuk butiran lembut yang lebih cocok untuk dinikmati langsung di cangkir atau gelas dan diseduh air panas. Kadung semua sudah dipersiapkan maka lanjutkan saja proses manual brew ini demi sebuah kebiasaan yang hakiki.

Dengan perkiraan perbandingan bubuk kopi dengan air panas adalah 1 : 15 maka prosesi penyeduhan langsung dilakukan…. currrr…. air panas membasahi bubuk kopi yang sudah stanby di atas corong v60 dilapisi kertas filter yang setia menjaga penyeduhan ini.

Photo : Sajian Kopi V60 siap eksekusi / dokpri.

Maka tanpa basa basi, cairan kehitaman menetes ke dalam bejana server dan berkumpul menjadi sebuah cairan siap minum yang menggiurkan.

Tuntas semua prosesi manual brew maka langsung dituangkan ke gelas kecil kaca dan….. dibawa ke halaman belakang demi kepentingan dokumentasi… jaman sekarang memang jadi berbeda. Photo dan video menjadi kewajiban sebelum akhirnya dinikmati dengan seruputan perlahan.

Srupuut…… hmmm.

Sudah dapat diperkirakan bahwa dengan gilingan lembut ini maka yang akan hadir menonjol adalah body pahitnya sementara aciditynya akan tertutup oleh kepahitan yang ada. After tastenyapun agak kesulitan hadir, karena sudah tercerai berai dalam bentuk bubuk halus ini.

Tidak mengapa, bagi pencinta kopi tanpa gula tetap bisa menikmatinya dengan rasa pahit maksimal yang mendera.

Seruput lagi ah….. pahiiit, meskipun tidak sepahit dikala seseorang pergi padahal sedang sayang-sayangnya…. addduh kok jadi belok kesinih.
Tapi itulah sebuah kenyataan hidup,  prosesi manual brew dan hasil akhir adalah sebuah gambaran bahwa kehidupanpun butuh proses dan sesekali harus siap menghadapi kenyataan pahit. Yakinlah bahwa dibalik kepahitan maka hikmah yang bisa diambil dan menjadi pelajaran penting untuk lebih dewasa dan bijaksana serta hati-hati dalam melanjutkan anugerah kehidupan ini. Have a nive weekend guys, Wassalam. (AKW).

TAKTIK KENCINGku..

Pengen kencing?… ada Tips nya Bro.

Photo : Refleksi Kaca Toilet Intercontinental Hotel / dokpri.

DAGO, akwnulis.com. Tatkala rasa ingin buang air kecil mendesak, maka otak bekerjasama dengan mata untuk mencari toilet terdekat. Harapannya jelas, agar segera membuang air kencing dan memberi kelegaan tersendiri.

Ahh nikmatnya….
Eh belum ketang, khan belum dapet toiletnya juga, gimana sihh.
Sambil tangan sibuk mengendalikan kemudi memundurkan kendaraan di tempat parkir, maka mata beredar melihat keadaaan, siapa tahu ada toilet terdekat atau rumpun perdu yang tersembunyi.

Ternyata tidak ada.
Ya sudah dengan sedikit tertatih berjalan menuju lobby hotel dan yakin di dekat resepsionis pasti ada toilet yang lengkap, lha ini kan hotel bintang lima.
Sesaat tiba dihadapan petugas satpam dan pegawai hotel, maka protap cek suhu dengan kamera thermal dan tampil suhu tubuh kita di layar disertai siluet tubuh kita. Juga penggunaan hand sanitizer agar semakin terlindungi, lalukan saja dengan sedikit meringis… takut ngompol di celana.

Photo : Barisan Urinour / dokpri.

Setelah ditunjukan arah toilet yang tepat maka setengah berlari menuju tempat yang sangat dinanti. Langsung buka pintu dan memilih urinoir yang agak ke sudut, lalu.. cerrrr.
(Urinour : tempat kencing)

Nah legaa…. Alhamdulillah.
Tapi kebingungan menghinggapi karena muncul kesulitan tersendiri. Sebab musababnya seolah sederhana, padahal tidak, ini menjadi masalah fundamental. Model urinoirnya yang canggih dengan sensor, ternyata mengatur air mengalir dan membilas kencing yang sudah dialirkan akan menyala manakala sensor tidak menangkap penghalang didepannya.

Dengan bahasa sederhana, manakala kita menjauhi urinoir, barulah air bilasnya keluar.
Lha nggak salah kan?… jadi bisa bilas setelah kita pergi dari urinoir?”

Dari sisi fungsi urinour mah bener, tapi dikala sebuah petunjuk yang diyakini bahwa harus membersihkan alat kelamin setelah kencing menjadi terhambat. Karena harus menjauh dulu dari urinoir, praktos musti tutup risleting celana dan mengembalikan posisi di dalam celana. Lha kapan membersihkannya??….

Inilah problem besarnya.
Tapi dengan tulisan santai ini ada beberapa tips yang ingin disampaikan, diantaranya :

Pertama, Sikap Pasrah. Ya sudah karena air bilasnya keluar setelah menjauhi urinoir maka tak perlu alat ini dibilas. Akibatnya menimbulkan keraguan dikala akan wudhu dan melakukan shalat, pertanyaan besarnya “Apakah bersih dari najis?”

Kedua, Sikap kompromi. Nah ini yang saya coba praktekkan. Jadi sebelum menuju urinoir maka bergeraklah ke wastafel dan mengambil 1-2 lembar kertas tissue.. ya tergantung kebutuhan. Basahi pake air dari keran dan bawa menuju urinoir. Setelah tuntas buang air kencing, maka kertas tissu basah ini sebagai pembasuhnya. Maka relatif lebih tenang, bahwa kemungkinan tercecer najiz sisa air kencing bisa di hindari. Lalu tinggalkanlah urinour, biarkan dia membilas dirinya sendiri.

Ketiga, Sikap Nekat. Ini masih dimungkinkan dlakukan dengan syarat di kamar mandinya sendirian. Caranya setelah tuntas mengencingi urinoir, maka sebelum tutup celana berlarilah menuju wastafel dan nyalakan kerannya lalu basuh kepunyaan dengan air yang mengalir. Jangan lupa tengok tengak kiri kanan. Jangan sampai ada orang lain yang melihat, nggak elok khan, ntar disangka kauk eksibisionis lho….

Keempat, Sikap sabar. Ini kalau masih kuat menahan kencing di urinoir, maka bisa tunggu bilik-bilik WC berpintu. Jika ada yang kosong masuk saja…. tapiii klo buat bilas airnya bukan bentuk keran dan kocoran maka… balik lagi rumus kedua. Manfaatkan kertas tissu basah yang ada

Photo : Tissu di Wastafel / dokpri.

Itulah empat sikap hadapi urinoir yang begitu adanya. Trus klo perempuan gimana triknya?… lhaa kagak tau atuh, khan aku mah cowok hehehehe.

Sebagai bonus dari aktifitas ini, sebuah refleksi di kaca besar wastafel, hadirkan gambar photo yang menarik (kata aku sih) dan mengobati kebingunganku menghadapi keberadaan urinoir ini. Selamat kencing Kakak, Wassalam. (AKW).

Kopi Guha Parahyang N’Dad

Kembali menikmati si hitam nikmat.

CIMAHI, akwnulis.com. Sabtu sore saatnya menikmati sebuah kiriman dari kampung kelahiran. Berbungkus aluminium foil hitam, sebungkus kopi giling kasar sudah ada di hadapan. Kopi arabica medium roast Guha Parahyang N’Dad.

Photo : Sajian V60 Kopi Arabica Guha Parahyang / dokpri.

Sebuah kiriman yang bermakna ganda. Selain sebagai pelepas dahaga perkopian sekaligus membawa sejumput kenangan. Bermain bersama di sore hari bersama kawan, Kang D. Menggembalakan Embe atau kambing bertelinga panjang dengan baunya yang khas dan menempel di sekujur badan dikala kembali pulang ke rumah.

Gelak tawa dan seringai kembali tergambar dikala melihat si kambing kegelian atau sesekali kami coba naiki punggungnya dan terjatuh bersamaan pada rumput hijau yang terhampar di wilayah Cipada Sirnajaya.

Sekelumit kisah ini yang memberi makna bahwa persahabatan itu abadi dan kali ini terwakili oleh hadirnya sebungkus kopi.

Tak perlu pake basa basi, maka langsung gerakan tangan beraksi. Mempersiapkan segala yang diperlukan meskipun seadanya. Corong V60, kertas filter, gelas ujur eh ukur, hingga air panas yang disukai.

Jeng jreng……. currr

Tetesan cairan kopi di bejana server dari corong Visixti menambah kerinduan ini. Mewakili kerinduan beredar di kampung halaman kelahiran sambil menengok ayah bunda yang terpaksa ditunda semenjak pandemi melanda.

Tak pake lama, sruputan pertama setelah di photo untuk keperluan blod eh blogku dan medsos, maka hadirlah kenikmatan yang sudah lama tak bisa dirasa.

Bodynya cenderung medium high sementara aciditynya sih medium dan aftertastenya hadir rasa tamarind, dark coklat dan kacang tanah… ahay sok sok an kayak pencicip profesional padahal mah amatiran gak jelas wkwkwkwk

Photo : Sajian V60 & mainan anak / dokpri.

Yang pasti secara keseluruhan rasanya nikmat, pahit dan keasaman sedang ditambah rasa sedikit pekat yang ninggal di lidah, sehingga nikmatnya nggak cepet ilang guys.

Alhamdulillah, sajian kopi menghadirkan nikmat tersendiri disertai kenangan indah di masa kecil bercengkerama dengan kambing embe di kaki bukit yang ceria dan penuh gelak tawa. Makasih kintunannya Mang D. Hatur nuhun  Wassalam (AKW).

ÈS KRIM – fbs

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Sabtu dan minggu saatnya mengupload tulisan singkat, fiksi berbahasa sunda.
Silahkan….
***

Photo : Ilustrasi es krim corong warna-warni / sumber : google.

FIKMIN # ÈS KRIM #

Cèp ieu pesenanna” Soanten Mang Uju meuni ècès, ès krim lembur dina corong ukuran sedeng tos aya payuneun.
Hatur nuhun mang” ès krim ditampi bari rada dareuda. Sabab hoyong nyobian ès krim tèh peryogi ihtiar. Unggal ba’da asar manggulan huut badag ka kandang Haji Imron, aya kana saminggonna. Nembè diburuhan sapèrak dua pèrak.
Da badè nyuhunkeun ka Umi mah teu wasa, kanggè tuang sadidinten ogè saaya-aya.
Bismillahirrohmaniirrohim” lalaunan dicobian ngalètak ès krim, geuning meuni nikmat pisan. Amis tiis tur hipu. Pas badè di gègèl supados tiasa rada seueur, aya sora ngagareuwahkan.
Umid, mènta atuh ès krimna, tong dihakan sorangan!!” Joni nyaketan sareng gèngna, palaur. Mangkaning ieu jègerna di kelas genep.
Teu seueur saur, ès krim caketkeun kana pangambung. Teras diasongkeun.
Jèger sakola ngarandeg, teu cios ngarebut ès krim. Ngaheneng sakedapeun, langsung ngalèos bari jejebris.
Umid neraskeun ngaemam ès krimna, amis asin lamokot ku lèho.

***
Penjelasan :
Sebuah cerita fiksi singkat berbahasa sunda, dengan tema sebuah strategi sederhana yang dilakukan seorang anak untuk menghindari bullying dari kakak kelas yang juga jèger (Preman lokal).
Ingin merebut es krim yang akan atau sedang dinikmati, padahal penuh perjuangan untuk mengumpulkan uang buat beli es krim tersebut.
Nanti secara audio akan di share penjelasan lebih lengkap di channel youtube : @andrie kw.
Terima kasih, selamat menjalani & mensyukuri weekend kali ini Wassalam. (AKW).

PERTEMUAN TAK SENGAJA

Keindahan bergerak di catwalk.

BOJONGHALEUANG, akwnulis.com. Pertemuan tak disengaja diri ini dengannya menyisakan sebuah kenangan tak terlupa.

Betapa tidak, dibalik kegarangannya tersimpan bentuk keindahan yang tak bisa diungkap dengan kata-kata.

Dikala dikau berjalan meniti catwalk rumput kehidupan, maka terlihat gemerlap dan keyakinan serta rasa percaya diri yang pas dan tidak berlebihan.

Meskipun memang jikalau ada yang berani mengganggumu dengan secuil sentuhan saja, maka konsekuensi ketidaknyamanan akan diterima tanpa banyak pertanyaan.

Maka tidak ada kata lain yang lebih berarti, kecuali mengabadikan gerakanmu agar tersimpan abadi di hati. Jikalau dikau pergi dari pandangan dan menghilang dibalik catwalk kehijauan itu, maka siluet dan bentuk rumbai keindahanmu akan selalu dikenang.

Photo : Meniti catwalk kehidupan / dokpri.

Selamat menjalani catwalk kehidupan selanjutnya, jangan pernah menyerah karena kehidupan ini adalah anugerah. Wassalam (AKW).

SIEUN

Sebuah tulisan lawas yang masih relevan…

****SIEUN****

Photo : Ilustrasi saja / dokpri.

CMISEL, akwnulis.com. Mangmang hamham jeung horéam keur pabeulit dina jiwa, mangaruhan raga nu teu walakaya nyusun carita bari ngabandungan paripolah manusa nu ngarasa geus sawawa. Langit peuting mencrong bari tutunjuk, nyalahkeun, pédah bet nurut jeung kahayang, dina mangsa ditanya bari teu wasa, ditalék téh ngajanggilek, istuning ajrih ngagugah rasa ngabungbang katugenah.

Baham sepa béakeun rupa, panon bolotot ukur ngongkolak, teu puguh ucap teu oyag raga istuning nurut rut tampa karana. Tuur leuleus bitis ngabulaéh, tulang suku ngadadak laér. Ngan mencrong wè bari kumétap.. nempo mahluk ciptaan gusti nu geulis ka wanti wanti.

Irung bangir, awak sampayeun jaga, pinareup nyeungseung, parabot calik meuni dèmplon, jangkung tur dènok. éta lambey meuni euceuy, beureum asli ih lain bobohongan, pipi semu beureum, soca cureuleuk. Ditempo ti hareup sieup, ti tukang lenjang, tiluhur jadi tagiwur komo tihandap matak ngarenghap.

Sieuuun gusti.. Sieuuun…

Sieun Nyaah.

Cag.

****

Photo : Capture eviden 8 thn lalu / dokpri.

Sebuah tulisanku dengan genre fiksimini basa sunda delapan tahun yang lalu, diingatkan di facebook dengan Kenangannya. Tepat tanggal 09 Januari 2013.

Ah sebuah tulisan yang relevan sepanjang masa (bagiku).

Edit dikit ah.

Selamat menikmati…. klo yang roaming dan ora mudeng, ntar dibuat penjelasannya pake bahasa indonesia (agak) baku di akun youtubeku yaa… Wassalam (AKW).

***

MAKANAN MEWAHku.

Makanan mewahku…. Yummy.

SUINDA, akwnulis.com. Semilir angin malam membawa pesan tentang sebuah keinginan yang terpendam dan tertahan dalam hitungan bulan. Ini telah menginjak bulan ke 12, dimana kendali keinginan terus dikuatkan sari segala macam godaan, momentum kesempatan hingga kenekatan untuk mencoba meskipun belum saatnya.

Tetapi akhirnya pertahanan jebol juga, apalagi keharumannya begitu menguasai indera penciuman dan indera perasa… akhirnya diputuskan saja untuk nekat mencoba.

“Pesen satu juga Mang, Pake cengek dan gehu”

“Mangga cep”

Maka proses memasak dimulai, dan cuping hidung bergerak-gerak tak sabar karena terpapar keharuman.

Hanya hitungan 5 menit, sajian kenikmatan yang ditunggu-tunggu sudah datang. Semangkok indomie rebus ditambah telor ceplok, irisan cengek (cabe rawit) dan gehu besar (gorengan yang berisi tahu dan toge) yang pedaas… duh ngaruy… air liur mulai menggenang di bawah lidah…. kabita.

Inilah sajian makanan mewah yang akan segera dinikmati.

Mewah apa nya, itu khan gampang ada dimana-mana”

Pasti sebait tanya akan hadir menghibur suasana. Memang indomie rebus mah ada dimana-mana, tetapi itu baru dari sudut pandang kehadiran.

Setelah hadir, maka perlu tambahan kesempatan untuk menikmatinya… ini tituk pentingnya. Karena setiap orang berbeda.

Dahulu di masa masih asrama dan kost nebeng sementara maka sajian mie rebus ini adalah makanan pokok. Baik nongkring.. eh nongkrong di warung indomie bersama secangkir kopi dan bubur kacang alami ataupun secara mandiri menyeduh menggunakan air panas. Lalu ditali dengan karet dan biarkah matang bin beukah sebelum akhirnya bisa dinikmati… nikmatnya kala itu.

Photo : Indomie telor cengek gehu / dokpri.

Tapi sekarang… menjadi MaKANAN MEWAH bagiku karena menjadi daftar makanan yang hanya boleh 3 bulan sekali.

Punya dosa apa dia?”

“Bukan masalah dosa, tetapi situasi yang memaksa sehingga terpisah dari kenikmatannya”

Jadi dosa besar indomie itu karena kenikmatan dan kepraktisan dalam pengolahan dan penyajiannya. Sehingga ketagihaaan….. hehehehehe… sebenernya bukan hanya indomie… saudara sesama mie lainnyapun sikat abiis… supermi, mie sedap dan yang lagi hits sekarang itu mie lemonilo…. pokoknya sabangsaning mie… termasuk popmie.

Dengan kenikmatannya sangat berkontribusi positif dalam membuat tubuh ini meninggi ke samping kanan kiri alias menggelembung tak teratur hingga mencapai batasan PSK (pemuda seratus kilogram)…… ohhhh tidakkk.

Maka jadilah indomie dan saudara-saudaranya menjadi makanan mewah karena kenikmatannya dan dibatasi menikmatinya…. 3 bulan sekali aja…. kasiaaan deh aku.

Jadi mari kita syukuri kenikmatan Allah SWT atas kemudahan kita menikmati makanan dan minuman yang selama ini dirasakan oleh kita dengan kemudahan mendapatkannya. Have a nice weekend kawan. Wassalam (AKW).

Senin selasa awal 2021

Yuk ah… Gaspol.

Photo : pembahasan Tugas 2021 / dokpri

DAGO, akwnulis.com. Senin adalah hari kemarin dan hari ini adalah hari selasa, jadi besok adalah hari… Rabu.

Apa sih malah menghitung hari, sudahlah cukup diwakili krisdayanti. Sekarang lebih baik menguatkan hati dan pikiran untuk segera bekerja di awal tahun yang (semoga) penuh harapan.

Senin kemarin sudah langsung di gebrak dengan briefing pimpinan yang tentu dilanjutkan dengan briefing teknis oleh anak buah pimpinan kepada anak buah dibawahnya dan dibawahnya lagi hingga buah yang paling akhir.

White board sampai tak kuasa menampung betapa banyak kata yang terhambur dari spidol boardmaker yang mencatat berbagai tugas, arahan dan juga curhat yang musti kita sama-sama jalankan.

Photo : Catatan Briefing teknis / dokpri.

Siangnya rapat virtual digelar dalam rangka menyongsong pemberlakuan e-sign alias tanda tangan digital dengan dilakukan coaching clinic online yang ramai.

Materi yang menarik karena bicara masa depan, dan para hadirin peserta rapat berusaha mengejar keberpahaman bersama demi menyongsong kemajuan jaman yang sudah ada didepan mata.

Nah terlihatlah bahwa diriku masih masuk golongan semi lanang celup bin barho, yaitu sebutan bagi pihak tertentu yang kesulitan menangkap materi yang disampaikan disisi lain setelah materi paparan tersampaikan… eh cepat lupa.. maka sebutannya ‘LAmbat NANGkap CEpat LUpa’ atau LANANG CELUP…. dilanjutkan kalau pas sudah bubar jadinya poho (lupa) jadi disingkat BARHO.

Entah siapa yang bikin istilah itu, tapi itulah singkatan yang mudah diingat dan susah terlupa bagikuu.

Maka mari kita saling mendukung dan mengingatkan serta mencoba memahami materi-materi paparan yang menarik dan berisi wawasan masa depan secara kolektif kolegial… eh kolektif dan penuh kebersamaan.

Photo : Lagi sibuk / dokpri.

Jadi hari pertama dan hari kedua kerja (resmi) di tahun 2021 langsung gasspoll…. dengan berbagai rencana dan juga penyelesaian sisa-sisa pekerjaan 2020 yang masih perlu penyempurnaan.

Tapi jangan lupa makan siang,…..tetap usahakan dilakukan tepat waktu, atau hampir tepat waktu. Tidak sulit karena memang sudah disiapkan bekal maksi oleh istri tercinta, tinggal ambil mistingnya, buka. Disajikan diantara tumpukan berkas yang terdiam tanpa kata.

Selamat bekerja di awal tahun 2021 yang (semoga) penuh harapan. Wassalam (AKW).