Goodbye Kopi di akhir Agustus.

Perjumpaan ditemani dengan perpisahan, itulah kehidupan.

Photo : V60 Arabica Papandayan / dokpri.

CIMAHI, akwnulis.com. Inilah sebuah keputusan yang begitu berat dalam sebuah perjalanan kehidupan. Dikala rembulan berpindah hari, menjemput asa di bulan yang baru maka disitulah sebuah keputusan harus dimulai.

Berat memang, tetapi ini harus diakhiri dan dimulai kembali saat ini.

Setelah bertahun-tahun mewarnai hari dalam suka duka dan berbagai momen bahagia. Melengkapi tulisan-tulisanku dengan tagline ‘kohitala‘. Memberi julukan tambahan dari para penikmat tulisan recehku ini yang menyebut dengan ‘Mang Kopi‘…. maka di tengah pergantian hari ini, perubahan harus terjadi.

…… dentang jam 00.00 wib memberi tahu bahwa bulan agustus telah berlalu dan berganti dengan bulan september yang ceria… serasa iklan yach?…

Aslinya kamu mau berhenti ngopay?” Sebuah tanya yang dijawab dengan anggukan lemah yang menandakan kecamuk pertentangan di dalam dada. Bukan berhenti tetapi cuti, bukan berakhir tetapi berusaha kembali terlahir.

Maafkan daku bagi kawan pembaca tulisan di blog ini. Jikalau cerita ngopay dan ngojay akan sedikit berkurang, tetapi itulah kehidupan, sebuah keputusan harus diambil demi hadirkan kebaikan. Tetapi semangat menulis tetap akan membara meskipun bukan ngopay yang menjadi bahasan utama.

Sebagai sebuah tanda cerita, maka segelas kopi hitam tanpa gula dengan beannya arabica papandayan menemani hari terakhir di bulan agustus ini. Sebuah karya manual brew V60 dengan suhu air 90° celcius diproses dengan seksama selanjutnya disajikan di gelas biasa tetapi memberikan rasa yang body strong dan acidity tinggi khas coffee java preanger. Ditambah ada nuansa smoky (alias bau haseup) yang menjadi pembeda, tetapi itulah misteri yang ada, selalu ada kejutan dari berbagai jenis yang ada.

Sruputannyapun perlahan dan diresapi, karena mungkin esok lusa tidak bisa menikmati kopi sesering ini. Selamat menapaki bulan yang baru dengan semangat baru, happy september 2020. Wassalam (AKW).

Ulah Sieun.

Tong hariwang, sagala rupa aya jalanna.

CIBOGO, akwnulis.com. Ngahaja manggihan kolot sanajan kudu meuntas tujuh walungan jeung mapay galengan nu satungtung deuleu. Hayang geura paamprok jongkok, rèk bèbèja jeung ngumaha pikeun meunang bongbolong dina enggoning lumampah di alam dunya.

Baheula Ema nyarita, “Jig indit ka alak paul teu kudu deui inget ka lembur, meunang balik mun geus manggih kabagjaan atawa sabalikna meunang kapeurih nu teu bisa ditandangan ku sorangan”

Ayeuna raga ieu datang, bari mawa kawirang. Lain carita bagja atawa dongèng katresna, tapi kapeurih dihina sabab teu bisa ngalaksanakeun titah raja nu matak ngabarubahkeun nagara.

Anjog ka golodog, Ema geus nyèrèngèh bari nyekel baki eusi sampeu haneut jeung botol hideung.

Anak Ema geus mulang, nuhun Gusti” Sora Ema nu satuluyna datang bari nangkeup awak kuru rada bau tapi boga tèkad panceg dina nyekel prinsip kahirupan.

Ema geus nyaho sapuratina, ayeuna mah rineh heula didieu, tah cobian ramuan kahirupan made in Ema” Hiji sora nu mèrè damèy hatè. Botol hideung dibuka, curulung kana gelas leutik. Leguk… leguk.

Photo : djamu Bratawali & Sambiloto / dokpri.

Ngaheneng… mèlèl… pait kabina-bina.

Aduhhh… naon ieu?” Leungeun nungkup baham nu teu kuat nandangan pait jeung pait nu gangalo sampurna. Teu culang cileung deui, lumpat ka balong hareup, cai dina kokocoran langsung diuyup, sugan wè lètah teu pait deui.

Tapi angger, paitna napel, peuherna komo. Ema mah ngan ningali wè kalakuan budakna bari imut bangun ngeunaheun.

Nepika janari ngagayuh ka subuh, lètak masih ditapelan ku rasa pait jeung peuherna. Teu pira geuning, ngan daun sambilito jeung bratawali dicampur cipanon saèsè.

Tapi hasilna cespleng teu leuleus deui, awak cangker jiwa ludeung. Nyanghareupan pahitna kahirupan nu teu sabaraha tibatan kudu ngaleguk paitna jamu sambiloto – bratawali. Hayu urang tandang pakalangan nyanghareupan tantangan kahirupan. Ulah sieun sabab geus diajar ngarasakaeun pait peuheurna jajamu jeung kanyataan. Cag. Wassalam (AKW).

Kopi Pagi

Yuk ah…. ngopay lagi.

Photo : Kopi pagi / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Dikala mentari hadir dengan kehangatan hakiki, disitulah sinergi abadi terulang setiap hari. Apalagi hari ini, birunya langit begitu memukau dengan aura ketenangan yang tiada tara. Sungguh nikmat karunia kehidupan dari Allah SWT yang wajib disyukuri dan ditafakuri.

Hembusan angin yang lembut menyapa wajah hingga ke hati, menenangkan nurani dan memberikan tambahan semangat berbakti sesuai dengan tugas dan target hari ini, besok dan lusa lagi.

Maka jangan disia-siakan momentum ini, ambil kesempatan dengan meraih smartphonemu, bidik… abadikan…

Cekrek!…

Frame indahnya pagi yang membiru sudah berhasil terdiam di memori handphone. Dengan sentuhan kasih sayang teknologi, maka tanpa berlama-lama akan segera berkelana di dunia maya melalui proses upload di media sosial dengan beraneka tagar dan caption serta tring…..

…..menanti respon siapapun didunia sanaaa.

Eh ada yang lupa, ambillah secangkir kopi hitam tanpa gula dan abadikan bersama pagi yang ceria.

Hati-hati dengan penantian respon di medsos berupa like, jempol dan juga komentar. Biarkan itu berproses, jangan terjebak oleh banyaknya jempol dan komentar di medsos kita, karena itu adalah kenikmatan semu belaka.

Paling penting adalah sebuah nikmat syukur atas lukisan tuhan pagi ini sudah diabadikan dan tentu disyukuri dengan dzikir serta kerendahan hati.

Selamat pagi, selamat menyeruput kopi dan memaknai pahitnya kopi ternyata menyimpan manisnya rasa syukur yang sangat berarti. Wassalam (AKW).

V60 Arabica Sindanglaya.

Sruput kopi arabica sindanglaya.

Photo : Kopi Sindanglaya Arabica / dokpri.

BOJONGHALEUANG, akwnulis.com. Arabica Sindanglaya, itulah yang tertera dibungkusnya. Untuk selanjutnya diserahkan kepada sang barista untuk menyeduhnya meskipun diberi catatan dengan lisan bahwa mainkan panasnya diatas 90° celcius agar ketebalan rasa bodynya dapat hadir tanpa dipaksa.

Ternyata menunggu itu kok terasa lama, padahal klo bikin sendiri mah perasaan cepet….” bicara sendiri di pikiran dan akhirnya senyum sendiri. Karena memang prosesi manual brew v60 perlu beberapa tahapan yang harus dilalui hingga hadir menjadi sajian minuman kopi hitam tanpa gula yang miliki originality rasa sebenar-benarnya.

Iya sebenar-benarnya kopi adalah kepahitan, tetapi kepahitan ini ditemani selarik rasa sana sini yang tidak semua orang bisa mengecap dan menikmati.

Arabica sindanglaya itulah namanya, berbungkus hitam memberi suasana penasaran untuk rasanya. Tapi tetap bisa ditebak rasa umumnya arabica java yang miliki variasi acidity yang menggoda serta body cenderung medium ke bold tinggal diatur pencahayaan…. eh salah kok jadi serasa pemotretan, maksudnya diatur suhu air yang akan digunakan menyeduhnya WAJIB diatas 90° celcius, titik.

Karena modelnya take away, maka harus rela cikopi eh kopi hasil proses manual brewnya tidak disajikan dalam bejana kaca yang lucu, tetapi cukup dengan gelas kertas putih biasa. Tidak mengapa karena sebuah rasa tidak akan berbohong biarpun ditempatkan di gelas kertas begitu saja, cuma kalau di photo tanpa cerita, mungkin akan dianggap hanya sajian kopi biasa.

Itulah fragmen kehidupan, terkadang kita terjebak dengan penampilan. Meskipun mau tidak mau, tampilan atau penampilan juga bisa mendukung sebuah usaha sehingga hasilnya lebih optimal. Selamat ngopay kawan, Wassalam (AKW).

Nambah Penghormatan.

Sesuatu yang dihormati bertambah.

CIKONDANG, akwnulis.com. Ternyata penghormatan dalam kehidupan terjadi pergeseran kawan. Penyebabnya jelas karena pandemi yang berkepanjangan. Jika selama ini sangat jelas diajarkan bahwa nilai-nilai moral sangat penting sehingga diajarkan di sekolah formal yaitu pelajaran PMP (pendidikan moral pancasila)…. “Uluhh ketauan umur kakak, sekarang udah nggak ada pelajaran itu”

“WHAT?”

Tapi tenang saja, secara kurikulum yang berlaku sekarang di sekolah dasar saat ini dengan basis kurtilas (kurikulum 2013) penguatan moral tetap menjadi salah satu bahan ajar wajib, tapi namanya bukan PMP lagi….

Ohhhh” hela nafas sedikit lega mewarnai turunnya tensi kegalauan yang khawatir terkait urusan permoralan yang semakin berbeda dalam proses edukasi anak ini, apalagi dengan adanya pandemi corona19 maka pembelajaran di rumah menjadi tantangan bagi orangtua, apalagi jika kedua orangtua bekerja…. “Curhaaat yaaa, moo ngomongin apa sih?”

Photo : Hormati Televisi / dokpri.

Eh iya kok jadi agak melebar, sebenernya hanya ingin menulis tentang kenyataan saat ini dimana penghormatan itu bertambah lho, bukan hanya kepada orangtua, guru, orang yang lebih tua, pasangan hidup, sebaya, bawahan, anak juga orang yang umurnya lebih muda… pokoknya semua memang harus dihormati sesuai proporsinya… meskipun orangtua adalah yang paling utama. Karena miliki hak veto dalam bentuk doa yang bisa membuat Allah SWT merubah nasib atau malah takdir kehidupan kita.

Udah ah jangan banyak teka teki, jadi yang musti dihormatin sama kita nambah?.. emangnya siapa?”

“Bukan siapa kawan, tetapi apa?”

“Hah?”

Tidak usah penasaran lagi kawan, seiring rangkaian Hari Ulang tahun kemerdekaan Republik indonesia ke75 dan dirangkaian 2 hari kemudian dengan hari jadi provinsi jawa barat maka yang banyak dihormatin oleh warga jawa barat baik masyarakat umum, tokoh masyarakat, berbagai unsur pemerintah pusat, ormas, parpol, dprd dan banyak lagi… eh juga khususnya pegawai negeri ada 5 buah yang sekarang nambah…. dihormati bareng2 lho…. enam malah, nambah satu dari om lucky.. aslinya 6 hal yang harus dihormati.

Photo : Hormati Laptop / dokpri.

Yaitu……….. 1.Komputer PC, 2. laptop, 3.Televisi, 4. Layar putih dan atau 5. Dinding yang disembur gambar dari proyektor atau infokus …. dan satu lagi 6. HP/Smartphone. Semuanya menjadi benda-benda yang sangat dihormati di minggu ini. Dihadapan kelima benda ini, semua terdiam dan serius serta diakhiri dengan penghormatan tertinggi dengan mengangkat tangan kanan dan meletakkannya diatas alis kanan dengan diawali aba-aba, “Hormaat Graaak!”

Iya bener juga, malah aku mah menghormatinya dengan menggunakan jas dasi dan baju putih berkopeah tapi bawahannya pake sarung tanpa alas kaki.

Lhoo nggak sopan ih”

Aman atuh, khan yang masuk dilayar hanya perut ke atas hehehehe….

Oke deh, yang penting tetap saling menghormati.

Itulah celoteh receh tentang sesuatu yang menjadi tambahan penghormatan dalam minggu ini. Happy wikend kawan, udah sekarang kembali ke rutinitas kebersamaan dengan keluarga, jangan melulu sikap sempurna dan menghormati terus laptop atau televisimu hehehehe, Wassalam (AKW).

Kopi MERDEKA

17an tetap ngopay.

CIMAHI, akwnulis.com. Setelah bebas meloncat merdeka pasca mengikuti upacara virtual Peringatan HUT Republik Indonesia ke 75 maka kembali ke rutinitas adalah kenyataan. Agak sedih memang, biasanya langsung dilanjutkan dengan lomba-lomba dan berbagai kemeriahan dalam rangka peringatan kemerdekaan. Dari mulai yang paling standar yaitu panjat pinang, balap karung, makan kerupuk dan main bola berdaster, balap bawa kelereng pake sendok dimulut, atau masukin botol ke paku… eh paku ke botol hingga lomba ML (mobile legend) dan PUBG level dunia.

Rencananya memang akan dilaksanakan dengan berbagai modifikasi ala adaptasi kebiasaan baru (AKB), tapi bakal kebayang pelaksanaan balap makan kerupuk akan berlangsung sangat lama waktunya dan perlu tempat luas. Karena yakin para peserta akan sangat kesulitan berlomba memakan kerupuk yang digantung seutas tali rapia dengan menggunakan masker baik masker kain atau medis apalagi plua face shield… mungkin baru bulan depan tuh kelar makan kerupuk setelah panitia kelelahan dan masker plus face shieldnya curi curi dibuka hehehehehe.

Photo : Upacara HUT RI di masa pandemi covid19 / dokpri.

Apalagi balap bawa kelereng pake sendok dimulut, ini juga pasti melanggar protokol kesehatan terutama penggunaan masker, tapi secara esensi, kerumunan manusia dikala lomba-lomba inilah yang beresiko menjadi tempat penyebaran virus covid19.

Maka dengan berat hati, ikhlaskan kebiasaan perayaan hari kemerdekaan yang semarak di tahun-tahun yang lalu untuk tidak dilaksanakan tahun ini, demi sebuah perjuangan bersama memerangi penyebaran pandemi ini. Sudahlah, kembali ke aktifitas bias meskipun ada setangkup duka mendera.

Memangnya suka juara kalau lomba-lomba bos?”

Pertanyaannya simpel tapi jawabannya panjang lho, karena bukan masalah juara dalam berlomba. Tetapi keceriaan dan kebersamaannya itu yang tiada tara, tertawa bersama dalam kondisi lucu-lucuan berdaster atau wajah cemong karena gigit koin di semangka yang sudah bertabur oli ataupun menjadi skuad panjat pinang yang meraih sukses tertinggi… kebahagiaan dalam kebersamaan dan kekompakan dalam keceriaan adalah nilia-nilai kehidupan yang tiada hingga, alhamdulillah.

Photo : Kopi merdeka / dokpri.

Untuk mengobati kegalauan ini, maka tiba di rumah langsung mencari stok biji kopi yang tersedia, oow masih ada Arabica karlina manglayang.

Tanpa basa basi, grinder, siapain kertas filter, basahi dulu dengan air panas, tuangkan bijinya di atas kertas filter di corong V60, seduh perlahan penuh perasaan sambil mengurangi kesedihan karena tiada lomba-lomba di peringatan hari kemerdekaan.

Hmm… aroma kopi menyeruak memberikan kenyamanan, menenangkan perasaan dan tentu memberi jawaban atas dahaga kopi yang selalu hadir dalam sendi kehidupan.

Srupuuut…. MERDEKA, Wassalam (AKW).

LONCAT MERDEKA 75

Merdeka dan loncatlah….

BANDUNG, akwnulis.com. Upacara peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 75 tahun ini, 2020 dilaksanakan sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pelaksanaan upacara di setting sedemikian praktis dari sisi tata upacara dengan tetap berpegang kepada tata cara upacara hari besar nasional. Yang paling menonjol adalah kehadiran peserta, hanya sedikit orang yang ada di tempat upacara. Ini semua ihtiar kita semua dalam menjalani protokol kesehatan di masa pandemi virus corona19 yang terus mengobrak abrik sendi-sendi kehidupan masyarakat dunia.

Tetapi tidak usah berkecil hati kawan, pelaksanaan upacara tetap bisa berjalan, tetap khidmat dan menyebarkan aura cinta bangsa dan semangat mengisi kemerdekaan dengan slogan nasional INDONESIA MAJU. Tentu dengan kehadiran disebar ditempat yang berbeda demi prinsip phisical distancing dan jaga jarak… eh eta eta keneh. Nah.. dengan kemajuan teknologilah kita semua bisa tetap ber-Upacara meskipun sebagian besar menatap layar televisi atau layar putih infokus juga layar laptop masing-masing.

Kenapa tidak?.. inilah salah satu adaptasi kebiasaan baru kita. MERDEKAA….

Pelaksanaan upacara yang dijadwalkan selama 2 jam, diawali pukul 08.00 wib hingga pukul 10.00 wib ternyata bisa dilaksanakan lebih cepat, cukup 60 menit saja semua tuntas. Jika tahun lalu lebih lama dan semua terkonsentrasi di lapangan Gasibu Bandung serta lengkap dengan kehadiran peserta yang mencapai ribuan, aneka persembahan tarian tradisional dan paduan suara dengan lagu-lagu tradisional setelah acara upacara utama, tahun ini berbeda. Tapi itulah kehidupan, dinamis dan tetap harus optimis.

Meskipun upacara virtual, kami tetap hadir bersama seluruh pejabat struktural, berpakaian resmi baik jas dasi ataupun berbaju korpri serta tak lupa peci hitam bagi laki-laki…. Hidup NKRI.

Setelah rangkaian upacara tuntas, ada jeda waktu bersama yang harus di manfaatkan sebaik-baiknya.. apa itu?… sesi PHOTO BERSAMa…. berangkaaat, cari spot photo yang keren kawan.

Lantai 5 lah yang menjadi pilihan, alias rooftop… di lantai paling atas semuanya bersiap. Awalnya tentu photo bersama dengan posisi jaim bin formal, tetapi tak butuh berapa lama… segera hadirkan pose merdeka dan diwakili dengan meloncat bersama.

Ciaaat….

Jump….

Jleng…

Huuupp…

Semua bergantian berloncatan memperlihatkan keahlian diri, atau loncat kompak dengan berbagai gaya.. yang penting semua bahagia.

Itulah ekspresi ceria meskipun kondisi pandemi melanda. Situasi ini bukan untuk diratapi, tapi mari beradaptasi dan tetap bekerja serta berbakti.

DIRGAHAYU INDONESIAKU

HIDUP NKRI

INDONESIA MAJU

HUT KE 75

TAHUN 2020.

Selesai sesi photo loncat, maka kembali ke aktifitas kerja. Wassalam (AKW).

Renungan Suci Kemerdekaan 2020

Renungan Suci Virtual 2020 & perjalanan memori.

BANDUNG, akwnulis.com. Gelapnya malam tidak menggoyahkan semangat untuk kembali mengingat jasa para pahlawan yang berjuang dengan gagah berani, penuh pengorbanan baik harta, jiwa dan raga untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa indonesia tercinta 75 tahun lalu. Tepatnya tanggal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Republik Indonesia di proklamirkan.

Malam menjelang 17 agustus tahun ini berbeda kawan. Tidak lagi menggunakan jas dasi dan kopeah hitam, berkumpul di gedung sate dan dilanjutkan perjalanan bersama menuju Taman Makam Pahlawan untuk mengikuti upacara renungan suci tepat pada pukul 00.00 wib.

Malam ini hanya perwakilan yang bisa hadir melakukan upacara terhidmat dan berbalut keheningan di tengah malam. Memberikan penghormatan kepada para pahlawan yang telah gugur di medan laga sekaligus seluruh pahlawan yang berjasa dalam meraih dan mengumandangkan kata ‘MERDEKA‘.

Sekaligus menguatkan diri dan mengingatkan jiwa untuk mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya termasuk berjuang menjalani protokol kesehatan dalam masa pandemi covid19 yang menjadi masalah manusia di muka bumi kali ini.

Untuk mengobati kerinduan berkhidmat bersama dalam upacara renungan suci, maka mencari catatan digital begitu nudah adanya… yaa mudah soteh klo memang pernah menulis, kalau tidak mah yaa… bablas angine hehehehe…. ternyata arsip digital catatan pribadi dari tahun-tahun yang lalu ternyata masih ada dan tersimpan dalam arsip jagad maya.

Meskipun hanya catatan di tiga tahun terakhir, bukan berarti tahun-tahun sebelum itu tidak ikut renungan suci…. ada juga arsip catatan 2012 meskioun maaih di blog gratisan…. Alhamdulillah Tetap setia mengikuti renungan suci tetapi memang minim dokumentasi.

Inilah link catatannya :

1. Tahun 2012 berjudul ULAH SOMPRAL

1. Tahun 2017 berjudul RENUNGAN SUCI 2017

2. Tahun 2018 berjudul TMP CIKUTRA 2018

3. Tahun 2019 berjudul MERDEKA 170819

Selamat merenungi malam yang semakin menggelap, tetapi gelora semangat kemerdekaan terus bergelora dan penuh semangat menyongsong esok yang lebih siap dalam hadapi ujian pandemi covid19 setahap demi setahap. MERDEKAAAAA, Wassalam (AKW).

Manja & Kopi

Manja itu penting, kopi apalagi.

Photo : Kopi sudah ready, lets go / dokpri.

CIMAHI, akwnulis.com. Sebuah perjalanan tidak lepas dari ketertarikan melihat kanan dan kiri denyut kehidupan yang penuh keanekaragaman. Meskipun mungkin secara berkala akan melewatinya, tetapi…. itulah kehidupan, senantiasa dinamis dalam gerakannya dan bisa jadi diluar perkiraan.

Nah, dalam pola hubunganpun ternyata ada pasang surut antara suka dan duka. Bisa juga rindu dan benci trus rindu lagi…. atau malah keterusan benci?…. atau benci hilang dan akhirnya rindu, eh giliran bertemu sudah tidak mungkin merindui karena bukan milik kita lagi?…

Dalam pasang surut ini, terselip sebuah sikap yang sering dipertontonkan dan terkadang tanpa sadar hadir karena dorongan jiwa yang hakiki.

“Apa itu?”

Sikap inilah yang seringkali hadir dalam perjalanan hubungan, yaitu sikap manja. Ingin dimanja dan bertemu dengan sikap ingin memanjakan, cocok ituh. Yang gawat adalah sama-sama ingin dimanja, akan dipastikan bahwa hasil akhirnya adalah perpisahan karena tidak terjadi chemistry take and give.

Yang ada tek en tek (baca : take and take) mana giftnya?…. hehehehe.

Maka kecocokan itulah yang harus dicari titik temu. Perlu usaha yang tak kenal lelah ditambah protokol doa, untuk diberikan pilihan yang terbaik. Jangan lupa, setelah semuanya hadir maka jagalah dengan segenap rasa dan balutan syukur tiada hingga.

Ngapain ngebahas urusan manja di malam minggu kakak?.. lagi pengen dimanja yaaa?”

Sebuah tanya yang dinanti agar segera mengakhiri cerita hari ini. Urusan manja hadir karena secara tidak sengaja melewati cafe kecil di bilangan Kota Cimahi sebelah utara dengan label ‘Kopi Manja’…

Langsung berhenti, datangi, pesan kopi yang disebut kopi manja, tunggu, datang kopinya, bayar, sruput…. ehh panass… khan take away…. sabaar nyruputnyaaa….

Kopi Manja ternyata kopi susu khas cafe ini, dan tetap bermanis gula… jadi terpaksa icip dikit dan dilanjutkan oleh ibu negara. Pilihan manual brew v60nya juga ada, itulah yang dijadikan pesanan kedua.

Photo : Manual brew arabica simalungun / dokpri.

Kendaraan bergerak dan kopi dalam cup ikut kemana raga bergerak. Hingga akhirnya berhenti di suatu tempat….. pasti disruput pada saat yang tepat.

Srupuuut…. hmmm V60 kopi manjanya memenuhi rongga mulut…… body dan aciditynya medium high dan cenderung lembut di lidah dengan aftertaste ada selarik tamarind dan buah chery….. Alhamdulillah.

Usut punya usut ternyata KoPi Manja ini adalah singkatan dari siMAlunguN dan JAwa. Kopinya dari simalungun dan dijual sama orang jawa….. dengan pilihan kopinya satu jenis saja yaitu kopi arabica simalungun tetapi setelah diolah maka disajikan dengan berbagai pilihan baik manual brew V60, kopsus, latte dan sebagai sebagainyaaah…..

Jadi ternyata istilah manja ini bukan merajuk karena balutan cinta kasih sayang dan perhatian, tetapi singkatan 2 kata yang di setting sedemikian rupa supaya bikin penasaran dan tentu menarik minat membeli bagi pemanja kopi eh pecinta kopi…. karena mungkin saja kembali memunculkan rasa ingin dimanja…. awww manja kamuuu.

Udah ah..

Semoga malam minggunya sukses dan tetap bisa bemanja ria meskipun hati-hati jangan salah memanjakan karena bisa berakibat ketergantungan. Wassalam (AKW).

Ngopi Berdua.

Menikmati kebersamaan dan kopi yang menenangkan.

KBP, akwnulis.com. Tanpa menanti detik dan menit yang cukup lama, segera tersaji pilihan minuman masing-masing yang menemani kebersamaan sore ini. Senja akan datang tetapi menikmati kebersamaan adalah keharusan.

Raga berbincang dan bertukar cerita keseharian, dilengkapi sesekali mulut memberi kalimat penyempurna sehingga jalinan kata yang tertutur adalah cerita kehidupan yang miliki makna.

Smartphone yang selalu menjadi pembatas kebersamaan, hanya digunakan sebagai pelengkap pengambilan gambar saja. Selanjutnya dipaksa tergeletak di meja dan mencoba mulai berbicara satu sama lain, karena jika tidak maka pertemuan ini akan kehilangan ruh sinerginya. Masing-masing akan tetap dengan dunia smartphonenya, sementara semesta kebersamaan akan terciderai tanpa sengaja.

Simpan smartphonemu dan mari kita berbincang sayang”

Sebuah ajakan sederhana yang hasilkan nilai berbeda. Perbincangan akan lebih fokus dan intens tanpa terganggu dengan seliweran notifikasi di smarthone yang senantiasa menggelitik untuk dihampiri dan dibuka dengan jempol lentik… ahaay lentik… udah tangannya jempol semua juga.. ups.

Photo : Manual brew V60 Ijen arabica / dokpri.

Pilihan masing-masing berbeda, tetapi tetap ada kopinya. Diriku diwakili oleh rasa original kopi yang hadir melalui sajian manual brew V60 dengan pilihan kopinya adalah Kopi Ijen arabica yang diseduh dengan suhu 90° celcius menghasilkan kopi siap minum yang harum dengan body dan acidity medium ditambah aftertasenya hadir rasa citrun, kacang tanah dan cocoa…. (moga-moga bener nih lidah mengecapnya)… srupuuut.

Sementara sayangku tercintaah lebih memilih kopi ditemani susu yang dibuat karamel dengan bantuan pemanasan api dipermukaan cangkirnya yang dikenal dengan istilah –chreme bruele-. Sajiannya cantik dan menggoda, tetapi bagi penikmat kohitala ini harus dihindari, karena ada unsur susu dan gula.

Tapi icip dikit boleh khaaan?”….

Boleh donk, saling bertukar icip juga tidak mengapa. Tetapi tetap harus seminimal mungkin, karena…. klo maksimal ntar ngabisin secangkir… atuh akan menimbulkan keributan dan ketidaknyamanan….. meskipun sebenernya pesen lagi gampang, tetapi suasana yang terbangun akan berbeda karena pengalaman yang ada tak akan tergantikan segera.

Selamat sruput sore kawan, jangan lupa sebelum menyruput dibuka dulu maskernya yaa. Wassalam (AKW).