Malas Menulis.

Ternyata malas menulis itu….

BANDUNG, akwnulis.com. Entah apa yang terjadi, ternyata perubahan kehidupan yang drastis terpampang didepan mata berdampak juga pada produktifitas penulisan ala – ala iseng yang diupload di blogku ini.

Yang banyak muncul adalah keinginan menulis dan ide-ide menulis di dalam otak saja, berkelindan antara amigdala lalu geser ke neocortec atau kadang bermain jauh bersama myelin sampai ke ujung tulang belakang, tapi sayangnya hanya sebatas ide yang berkeliaran.

Andaikan ide itu bergerak terus hingga mencapai jemariku yang lentik inih.. ahay lentik, mungkin akan berhasil wujudkan tulisan di masa yang penuh ketidakpastian ini.

“Eh jangan bilang penuh ketidakpastian, PAMALI!!!” Gelegar petir pengingat memberi semangat untuk tetap berkarya meskipun penuh tekanan.

Maaf, jadi yang pasti saat ini apa mas?

Bukan hanya saat ini, tapi dari dahulu, sekarang hingga nanti masa depan, yang pasti itu adalah –PERUBAHAN-.

Aku terdiam, atuh keneh keneh wae, eh… tapi bener juga, apalagi yang ngomongnya dia, ya sudahlah.. back to topik.

Kira-kira yang jadi penghambat utama menulis kali ini apa ya?... ”

Pertanyaan buat diri sendiri inih mah, langsung ingatan menelusuri…. sekejap ketahuan… memang malas nulis hahahaha. Sementara untuk urusan lagi shaum, atau sedang masa PSBB, atau sibuk tadarusan, …. itu mah excuse saja. Karena manakala niat terpatri maka jemari akan tetapi menari menghasilkan tulisan yang (semoga) menyenangkan hati juga ada sejumput informasi yang berguna bagi orang lain juga diri sendiri.

Trus ini nulis apa?

Ah pertanyaan yang aneh, ini adalah menulis tentang kemalasan menulis, tetapi dengan menuliskan kemalasan menulis, malah bisa menghasilkan tulisan… bener khan?…. beneeeer.

Jadi ternyata resepnya mudah, DO IT alias LAKUKAN. Tulis saja apa yang terlintas di kepala dan biarkan kata demi kata menyusun diri dengan sendirinya.

Bisaan… trus aku mah klo nggak muncul idenya gimana?”

… Jiaah malah makin cerewet. Caranya coba dengan menuliskan alasan kenapa ide-ide untuk menulis tidak muncul, apakah karena banyak pikiran, atau lagi bingung ditagih utang, atau malah lagi bingung ngabisin uang dan mau belanja apalagi yaaaa…. (ngarep).

Gitu deh, curhatnya. Ternyata dengan menuliskan kemalasan menulis, menghasilkan paragraf yang lumayan. Alhamdulillah. Selamat menjalankan ibadah shaum di hari ke-7. Wassalam (AKW).

Ber-mini hidroponik.

Isi waktu dengan buat sesuatu…

CIMAHI, akwnulis.com. Sebenernya paket ini sudah berpindah tempat beberapa kali, hingga akhirnya diambil dan disimpan ditempat yang mudah dipandang mata. Dengan tujuan manakala niat dan kesempatan waktu berpadu, ini adalah saat yang tepat untuk membuka paket dan mengerjakannya sesuai dengan manual book yang menjadi bagian tak terpisahkan dari paket ini.

Ternyata, kesempatan itu datang dikala pembatasan pergerakan kehidupan diberlakukan, dengan istilah yang keren yaitu PSBB (Pembatasan sosial berskala besar)… awalnya sih masih kepleset nyebut PSPB (Pendidikan Sejarah perjuangan bangsa), sebuah mata pelajaran sejarah di jaman SMA…. eh jadi ketahuan nih generasi tua hahahaha… biarin ah, memang kenyataannya. Generasi grey millenial, generasi yang rambutnya udah sebagian beruban sehingga bercampur dengan rambut hitam maka muncullah rambut abu-abu… xixixixi maksa pisan… ya iyah atuh, daripada disebut generasi kolonial… itu mah terlalu atuh.

Plus bulan ramadhan yang penuh berkah sekaligus tantangan, niatnya mah tadarus terus-terusan tapi apa mau dikata, perlu juga aktifitas lain di rumah sebagai pemberi celah agar kebosanan karena #stayathome itu bisa disalurkan dengan beragam aktifitas yang memiliki nilai guna.

Maka paket hidroponik minipun akhirnya dibuka, sebuah paket yang berumur 5 tahun karena jika diingat-ingat lagi, pas awal pernikahan di tahun 2015lah paket ini didapatkan dari Bunda Agus… woalaaah udah lama banget atuh mas….

Tapi karena semangatnya adalah menghindari gabut non produktif. Dibukalah paket hidroponik ini dan dibaca manual book sebanyak 400 lembar ini dengan seksama dan sesingkat2nya.

Langsung mencari cutter, gunting dan pinset buat jerawat istriku untuk menyempurnakan proses awal menanam tanaman dengan media air.

Mulailah memotong busa sebagai media tanam dengan ukuran 2x2x2 cm, meskipun kenyataannya malah berukuran sangat variatif tergantung selera…. ya sudah yang penting waktu yang ada bisa dimanfaatkan nyata.

Potongan busa dicelupkan ke air dan ditata diatas nampan plastik seperti buat kue lebaran. Nah setiap busa kecil tersebut, di sobek sedikit oleh ujung cutter dan perlahan tapi pasti bibit sayuran yang terdiri dari kangkung, sawi sosin, selada kribo, bayam dimasukan ke dalam busa kecil tersebut dengan menggunakan pinset….. pekerjaan yang seperinya gampang tapi butuh ketelitian dan ketekunan.

Akhirnya setelah berkutat hampir 2 jam, tuntas sudah peletakan benih perdana sayuran di media tanam busa dalam rangka berhidroponik. Sedikit terhenyak karena bibit tanaman ini sudah tersimpan selama 5 tahun, tapi berfikir optimis saja bahwa mereka baik-baik saja dan bersiap bertumbuh menjadi sayuran alami yang siap dinikmati suatu hari nanti. Wassalam (AKW).

MASKER – fbs

Pakailah masker dengan bijak.

Photo : Sketsa hanya ilustrasi / dokpri.

CIMAHI, akwnulis.com. Poè ka opat bulan romadon, geuningan kudu ngilu gempungan di kantor. Padahal geus puguh aya panyarèk ti pamarèntah pikeun ngajedog berjamaah di imah.

Tapi geuning, keur pagawè nagri mah aya pasal, ‘lamun di butuhkeun, bisa dipanggil sawaktu-waktu‘. Jadi dina jam gawè, sanajan di imah bari meuweuh ku tugas jeung gempungan onlèn makè aplikasi ‘zum’, ogè kudu rancingeus mun di panggil atawa di titah ngadadak ku dunungan.

Gura giru muru ka kantor, pas tepi langsung asup lift muru ka lantey 12, tempat gempungan.

Rohangan rapat geus di sèt, korsi paanggang 2 mèteran, jandèla dibarukaan, kaambeu bau taeun, èh disinfèktan.

Gempungan mimitina mah lancar, ngan nincak menit ka 20, Haji Uton ngalenggerek bari kawas nu eungap. “Astagfiruloooooh..” kabèh paburisat lalumpatan, lain nulungan.

Langsung kontak ka petugas kesèhatan, teu kudu lila, datang nu marakè APD, nulungan nu kapiuhan, biur ka IGD rumah sakit.

Gempungan bubar, kabèh hariwang, sieun kumaonam.

Sajam ti harita, aya bèja. Haji Uton lain kasarad korona, tapi kapiuhan ku panyakit sèjèn nyaeta virus basusa (bau sungut puasa) kakekeb masker, cag. (AKW).

***

Catatan :

fbs : Fiksimini basa sunda, tulisan fiksi singkat dalam bahasa sunda, maksimal 150 kata.

Welcome Nagami

Anggota Squad baru sudah datang.

CIMAHI, akwnulis.com. Skuad sumber vitamin C alami kembali menambah anggotanya. Jika di postingan terdahulu sudah bercerita tentang jeruk kumquat sang jeruk mini aseeem tapi manis dan dimakan tanpa kupas kulitnya. Maka sekarang telah hadir dua anggota baru yang dikirim langsung dari higara agro di kota yogyakarta, menembus perjalanan panjang serta berbagai posko pemeriksaan karena pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di wilayah Bandung raya.

Anggota baru ini masih rumpun jeruk mini tanpa kupas dengan jenis ‘Nagami‘. Katanya sih buahnya lebih manis… tapi musti sabar karena ternyata 6 bulan lagi batu bisa berbuah… ooh tidaaaak… ternyata masih lama hiks hiks hiks.

Tapi tidak apa, karena semuanya harus berproses. Lagian masih ada pohon jeruk kumquat yang sudah mulai berbuah lagi, nanti bisa berlanjut dengan panen jeruk nagami ini, Insyaalloh.

Tanpa banyak basa-basi, paket kiriman dari yogya segera dibuka dan langsung siapkan peralatan kerja. Ember bekas langsung disiapkan dan di beri lubang- lubang kecil dengan obeng panjang yang sudah dipanaskan dengan api biru kompor dapur. Tanah sudah siap begitupun seongok sekam, maka proses pemindahan tanaman dimulai… Bismillah.

Tadaaa.….. dua pot ember sudah diisi dengan bibit pohon jeruk nagami yang sudah berpindah dari yogya kesini. Masih kecil memang, tetapi insyaalloh akan menjanjikan.

Selamat bergabung para baby nagami. Semoga bisa bertumbuh besar dan berbuah ranum, banyak, manis enak penuh berkah serta memberi kebahagiaan kepada mahluk dan hamba Allah SWT. Wassalam (AKW).

Tips menulis akwnulis.

Photo : Sketsa kumpulan buku punya orang / dokpri.

Tips menulis akwnulis :

1. Buka hape, pilih aplikasi note, bisa bawaan hape atau download aplikasi note lainnya

2. Tulis ide yang ada, pokoknya tulis.

3. Nggak perlu banyak mikir, eh mikir dikit, tulisannya nggak nyinggung apapun dan nggak nyinggung siapapun.

4. Tulis saja.

5. Cari photo yang match

6. Baca ulang 2×

7. Upload di blog : http://www.akwnulis.com

8. Udah aja

Catetan :

a. Jauhkan pikiran dari bagaimana respon siapapun terhadap tulisan ini, karena agama mengajarkan jangan berharap sama mahluk, nanti kamu kecewa.

b. Yang pasti tulisannya adalah yang ringan, sepele dan jauh dari penyinggungan SARA, politik dan sebagainyah.

c. Hindari kekhawatiran dicemooh orang, biarkan tulisan ini jadi dan mengalir

d. Tapi sebelum upload baca lagi minimal 2x, jangan ada salah ketik… malu. Kalau salah arti sih gapapa, itu khan kembali menjadi hak preogatif pembaca.

e. Tulisan ini adalah warisan kita, maka wariskanlah hal yang baik dalam tulisan kata dan pelukan kalimat.

f. Photo yang match itu relatif, yang pasti match menurutku, titik.

Udah ah, gitu aja. Selamat mencoba. Wassalam (AKW).

Jeruk Mini Anti Kupas

Photo : buah jeruk mini siap kunyah / dokpri.

CIMAHI, akwnulis.com. Pertemuan dengannya kalau nggak salah akhir tahun 2019 lalu. Dikala sedang mencari pohon jeruk manis untuk koleksi di rumah, berjumpalah dengan sebuah pohon jeruk yang berbuah ranum dengan buahnya mini berbentuk bulatan kecil melonjong dengan sebagian berwarna kuning.

Penasaran donk, apalagi ibu penjualnya memberi penawaran untuk memetiknya dan langsung mengunyah. Nggak pake lama langsung buka mulut… dan upps tanpa dicuci… am.. nyam nyam… kunyaah…. rasa asam segar menyergap mulut tapi dilanjut dengan sebuah rasa manis alami dikala kulitnya dikunyah… enakk.

Langsung diangkut deh, eh dibayar dulu ketang, dan… masuk mobil.. angkuut.

Itulah cerita awal denganmu, sang jeruk mini yang bisa dinikmati tanpa repot membuka kulitnya. Tinggal petik, cuci, kunyah… insyaalloh vitamin C alami didapat dan kesegaran tersendiri hadir tanpa sekat. Meskipun tidak bisa semua orang menikmatinya karena sensasi asam pas gigitan pertama, langsung disemburkan dan menyerah.

Photo : Pohon jeruk berbuah mini / dokpri.

Padahal kembali harus ingat prinsip kehidupan, bahwa dibalik asam garam kesulitan jikalau dikunyah.. eh dijalani dengan sabar maka akan bersua dengan kemanisan… maksudnya manisnya kehidupan, begitupun dengan jeruk mini ini.

Jika rasa asam hadir diawal, lanjut saja kunyah termasuk kulitnya, maka tak berapa lama rasa manis akan hadir memberi ruang dalam mulut kita. Keasaman berkurang tergantikan rasa manis alami yang menyenangkan.

Nah karena dirumah pada nggak tahan dengan keasaman awal, maka jeruk mini ini khusus konsumsi diriku hehehehe…. jadi punya buah spesial siap petik, tepat di belakang rumah.

Minggu berlalu bulan beringsut, ternyata hadirnya pohon buah jeruk mungil ini sangat mendukungku di masa wabah covid19, dikala vitamin C yang selalu ada di warung, supermarket dan apotek hilang karena tinggi peminat. Maka tinggal melangkah ke belakang rumah, memetik beberapa buah, cuci sebentar lalu satu-satu dikunyah, vitamin c alami didapat dengan mudah, Alhamdulillah.

Selamat mengunyah dan menikmati manisnya jeruk kecil tanpa perlu dikupas, tapi harus waspada dengan keasaman di awal gigitan.

Oh iya, setelah gugling, namanya adalah jeruk kumquat dan terdapat beraneka jenisnya. Entah apa yang kupunya, yang pasti vitamin C alami sudah tersedia…. sampai hari ini, karena ternyata petikan terakhir buah yang matang adalah tadi sore. Sisanya masih bunga dan pentil, semoga bertumbuh menjadi buah jeruk mini yang penuh rasa alami, semoga. Wassalam (AKW).

Komansu & Kohitala Biji Pak Asep.

Berlanjut menikmati biji lainnya.

Photo : Seliter Cold brew biji pak Asep / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Hanya perlu 3 hari untuk menikmati buah karya biji kang Yuda, sebotol besar tandas tiada sisa dan yang ada tinggal seonggok botol kaca benderang tembus cahaya. Penasaran tentang cerita menikmati biji eh kopi kang Yuda, klik saja DISINI.

Hari keempat mulai berharap bisa menikmati biji lainnya disela kesibukan yang mendera.

Emangnya sibuk apa pak, khan PNS enak disuruh libur atau #workfrom home alias kerja dirumah?

Sebuah tanya yang bisa hadirkan jawaban beraneka, meskipun sebuah tanya wajar hadir karena sudah menjadi persepsi bahwa kesantaian seakan melekat di status PNS.

Padahal, kondisi saat ini justru merupakan tantangan untuk terus beradaptasi dengan kenyataan dan tetap produktif di posisi apapun. Bicara kesibukan tentu relatif, tetapi kami bisa mengklaim bahwa dunia PNS kami penuh tantangan, monitoring dan pelaporan online untuk mengukur kinerja kami baik pas piket di kantor ataupun ber-WFH di rumah ataupun terlibat dalam sub divisi gugus tugas pencegahan pandemi covid19.

Absensi di smartphone dengan photo selpi minimal 2x sehari dengan GPS di lock di posisi kantor masing-masing membuat kepatuhan yang hakiki. Pelaporan harian minimal 300 menit perhari dengan rincian tugas yang sudah diatur serta harus dilengkapi photo up todate adalah keharusan, harus lapor dan harus narsis… awww jadi takut terkenaaal.

Jadi sisi adaptasi teknologi adalah tantangan terkini, dari mulai koordinasi via videocall di whatsapps yang cuman muat maksimal 4 orang lalu bergeser dengan belajar ID meeting via aplikasi zoom yang sekarang diramaikan tentang kerentanan dari sisi keamanan atau kembali lagi ke aplikasi skype yang pernah bertahun lalu menjadi pelepas rindu pelaku LDR lintas kota, batas negara dan benua.

Trus hubungannya sama menikmati biji kang yuda dan biji lainnya gimana?”

Photo : Seliter Komansu biji Pak Asep / dokpri.

Itu dia, karena dengan model adaptasi teknologi di masa pandemi ini, maka virtual meeting menjadi keharusan yang ternyata perlu effort lebih dari biasanya. Dari mulai persiapan peralatan, download aplikasi, wifi kantor yang jadi favorit plua kuota wifi pribadi atau untuk tethering jika pas WFH hingga standar smartphone yang ternyata belum kompatible adalah sebuah dinamika. Belum lagi aplikasi virtual meeting gratisan yang lagi booming ternyata ada masa 40 menit putus nyambung, cukup bikin deg-degan pada awalnya… selanjutnya deg-degan juga atuh… klo nggak deg-degan berarti jantung anda bermasalah hehehehehe.

Jadi masa jeda istirahat siang begitu berharga untuk makan dan shalat dhuhur sebelum dilanjut lagi masuk ruangan kerja didepan laptop ditengah rumah untuk melanjutkan virtual meeting yang terjeda ishoma.

Maka kebiasaan prosesi ngopay eh ngopinya sedikit berubah. Biasanya bisa menyeduh sendiri yang butuh waktu untuk persiapan dan pelaksanaannya….. tetapi sekarang dengan segala aktivitas WFH yang ternyata lumayan menyita waktu, maka cold brew dan kopi susu dari biji (kopi) pak Asep adalah pilihan tepat… tinggal order, dikirim, buka, srupuut.

Terima kasih juga kepada bos Yuda-Halu yang membuat diri ini terpapar dan terjangkit ketergantungan terhadap biji pak Asep… eh biji kopi pak Asep yang diolah apik menjadi sajian kopi yang menarik hati.

Bahannya sama yaitu Espresso Blend dari Desa Girimekar biji kopi pak Asep yang dibuat original cold brew dan satu lagi komansu (kopi manis bersusu). Dua pilihan produk ini jadi lengkap untuk mengakomodir aliran kohitala (kopi hitam tanpa gula) dan penikmat komansu.

Rasa cold brewnya seger, dingin dingin asam dan kepahitan sedang nan menggoda. Klo kopsusnya sih kata akumah manis banget, tapi istriku menyatakan enak banget…. langsung saja aku setuju hehehehehe.

Selamat membaca dan membayangkan menyeruput produk kopi dingin siap minum yang bijinya dari pak Asep Girimekar. Tetap semangat meskipun kondisi kehidupan sedang berubah cepat. Wassalam (AKW).

Menikmati Biji Kang Yuda.

Menikmati bijinya…

CIMAHi, akwnulis.com. To the point saja, setelah disruput maka hadirlah rasa kopi dengan body strong, acidity tinggi dan kenikmatan yang hakiki. Apalagi disajikan masih dingin karena baru keluar dari kulkas. Kekuatan citarasa arabica HaLu begitu berkarakter dan memiliki rasa yang unik.

Yup sebotol kaca gede ukuran 1 liter, cold brew kopi buatan cafe biji-rakyat di jalan Supratman no. 90 Kota Bandung sudah tiba di rumah dengan selamat.

Yang bikin senyum dikulum adalah label botol kopinya yang didesain kreatif dengan kata-kata yang agak absurd alias multi tafsir, yaitu : ‘Anda menikmati Biji Kang Yuda, Single Origin Gununghalu Jawa barat‘ dan photo seseorang yang sudah lama diriku mengenalnya sebagai pengusaha muda yang pantang menyerah menanam kopi hingga akhirnya menghasilkan satu kopi khas yang memiliki citarasa unik sekaligus bisa melanglang buana karena kecintaan dan ketekunannya dalam dunia perkopian jawa barat.

Dalam suasana WFH dan kekhawatiran penyebaran wabah ini, maka pesan kopi yang sudah jadi siap minum dengan kualitas terbaik adalah pilihan tepat. Tentu beda orang beda selera, seperti cold brew ini, sajian kopi yang hadir dengan suhu dingin memberi sensasi berbeda bagi penikmat kopi dimanapun berada. Bisa diminum perlahan sambil rapat virtual video conference ataupun membuat konsep dan laporan harian serta mingguan sebagai bagian dari kewajiban ASN, insyaalloh lebih semangat dengan sensasi SPA (segar – pahit – asem)nya.

Lalu jangan lupa, senantiasa berbagi, minimal dengan saudara serumah atau yang dekat jaraknya, karena 1 liter cold brew untuk sendiri itu terlalu banyak… ya iya lah, ah kamu mah suka macam-macam.

Trus jangan lupa, pas orderan kopinya datang maka berlakukan protokol kesehatan pencegahan covid-19. Bisa botolnya dicuci atau disemprot hand sanitizer lalu di elap dengan tisu bersih…. atau botolnya dijemur?…. semua untuk jaga-jaga demi kebaikan bersama.

Klo pas minumnya supaya awet pakailah masker hehehehehe…. salah, atuh nggak bakalan bisa nyruput… yang pasti berdoa dulu sebelum meminumnya dan senantiasa bersyukur atas nikmat hidup ini serta doa khusus kepada Allah SWT agar pandemi covid-19 ini segera sirna dan denyut kehidupan kembali seperti sedia kala. Happy wekeend, Wassalam (AKW).

Masker & masker.

Yuk nganggo Masker yuk….

Photo : Masker motif smile / dokpri.

CIMAHI, akwnulis.com. Mahabuna carita pageblug korona geus ngageunjleungkeun sa alam dunya. Geus lain ukur carita nagara tatangga, tapi ayeuna pandemi geus aya hareupeun soca kalawan nyata.

Tuluy kudu kumaha?

Geus teu kudu loba carita, ayeuna diwajibkeun makè masker teh. Masker kaèn keur sakabèh rahayat, bisa diseuseuh tuluy dipakè deui… èh dipoè heula, dilèot (diistrika). Masker anu sakali makè tuluy dipiceun mah keur tanaga mèdis nu ayeuna jadi pahlawan pejoang panghareupna dina enggoning mariksa, ngarawat jeung ngubaran dulur – dulur urang nu didiagnosis positif keuna ku pageblug si covid-19 nu goib tèa. Teu kaciri nyiliwuri tapi nyata loba korbanna.

Photo : Biar eungap agar tidak engap-engapan / dokpri.

Kukituna, ayeuna mah mun kapaksa kaluar ti imah makè masker. Mun perlu di double supaya leuwih pèdè. Prinsipna ‘mending eungap tibatan engap-engapan‘. Mawa semprotan hand sanitizer jeung sabun, bisi manggih cai ngocor, pancuran jeung sajabana, ulah loba kalèkèd langsung kokocok.. kadè lain ngocok, bèda deui hartina èta mah.

***

MASKER

Mari gunakan masker jikalau ‘terpaksa‘ keluar rumah. Wajib hukumnya karena demi keselamatan diri dan juga keselamatan kita semua untuk mencegah tertular viros covid-19 yang terus memakan korban seiring perjalanan waktu dari hari ke hari.

Photo : Maaf ini salah, pake masker anak, nggak cukup / dokpri.

Sebetulnya tidak ingin menuliskan tentang pandemi ini, tapi apa mau dikata, memang ini menjadi tantangan bagi saya, kami, kamu, kita semua dan seluruh manusia di seantero dunia.

Maka lebih baik gunakan masker dengan hati dan pikiran yang tetap gembira. Karena dengan kegembiraan bisa menjaga mental kita tetap kuat dan waspada serta bisa menjalani ketidakjelasan ini dengan tenang dan bijaksana.

Gunakan masker kain yang memenuhi standar, jika dimungkinkan. Jika tidak, maka minimal yang bisa menutup hidung dan mulut. Malah disarankan yang bermotif lucu seperti motif sedang tertawa atau ngupil… lumayan khan jadi hiburan.

***

Kukituna ulah bingung ningal photo simkuring atanapi dina rupi sketsa nu nuju nganggo masker. Teu aya maksad agul, nanging seja ngadugikeun wirèhna nganggo masker gè moal ngirangan wibawa. Malih mah tiasa nyumputkeun kumis tur janggot nu badami nyarambung janten nyaingan kumis – janggot Toni Stark – Iron man Ketua Paguyuban KumjebungTobar (kumis janggot nyambung teu makè ubar) Internasional.

Photo : Anggota KumjebungTobar / dokpri.

Ogè kanggè nu nuju dièt, masker tèh tiasa ngabantos. Carana gampil, upami waktosna barang tuang, si masker ulah dilaan. Anggo wè teras, insyaalloh moal seueur tuangeun nu lebet kana patuangan.

Teu percanten?… mangga cobian

Hayu ngaranggo masker palawargi!, Wassalam (AKW).

Berjemur yuk…

Yuk ikutan menikmati sapaan sinar mentari pagi..

Photo : Berjemur dulu / dokpri.

CIMAHI, akwnulis.com. Aktifitas yang satu ini menjadi trend sekarang, apalagi dengan serbuan seruan serta anjuran dan kekhawatiran plus kebosanan karena memenjarakan diri di rumah alias #stayathome demi melawan wabah pandemi yang mencengkeram negeri, pasti perlu celah pelarian.

Dilengkapi dengan peran media sosial yang bisa menyalurkan hasrat narsis agar diketahui buanyaak orang…. dilengkapi aneka tantangan untuk mengajak posting aktifitas ini dengan gaya – gaya unik.

Maka…. terpaparlah diri ini untuk ikutan menampilkan sisi diri yang sedang beraktifitas moyan alias berjemur di pagi hari dikala sang mentari baru beberapa waktu menghangatkan bumi.

Photo : Berjemur bersama bueuk / dok kang ATH.

Kalau punggung yang kena sinar mentari maka disebutnya ‘moto’ alias ‘moè tonggong‘ dan jikalau wajah tersinari langsung maka istilahnya motar (moè tarang)…. ada juga istilah moè korong, itu istilah yang disematkan kepada para ‘layangan hunter‘ alias pemburu layangan putus akibat beradu kuat di angkasa. Istilah ini hadir karena wajah sang pemburu akan senantiasa menengadah ke langit melihat layangan yang sedang bertanding, dan jikalau ada yang putus, maka segera dikejar demi mendapatkan kepuasan… yap kepuasan. Dengan efek samping sang upil (korong) mengering karena terpapar sinar mentari sepanjang hari.

Hasilnyapun lebih ke kepuasan batin saja, karena mayoritas layangan yang didapat dalam kondisi robek karena rebutan dengan hunter cilik lainnya… asli memang, terasa menyenangkan, tertawa dan terkadang bersitegang rebutan layangan putus….. ah pengalaman masa kecil yang tak terlupakan.

Photo : Berjemur bersama kucing dan kawan / dokpri.

Back to topik… di medsos berseliweran anjuran tentang waktu yang baik untuk berjemur alias moyan. Ada yang menyebut maksimal sampai jam 09.00 wib ada juga yang menyarankan jam 10.00 supaya imun tubuh bertumbuh. Ada juga yang berjemurnya dianjurkan diatas atap rumah sambil bolak-balik kayak ikan asin dan telanjang dada.. teteh, ibu-ibu dan ma nini mah jangan yaa… tetap harus menutup aurat… bahayyya.

Maka di medsos berseliweran photo aktifitas moyan ini, dari yang normal hingga yang rada-rada nyleneh bin unik… itulah warga negeri +62.

Diriku juga tentu tidak boleh ketinggalan, mari posting berjemur dengan segala gaya dan keadaan. Tidak usah protes ataupun terkejut, itulah salah satu cara mensyukuri hidup dalam suasana yang sangat berbeda akibat gempuran virus corona yang mencengkeram dunia.

Photo : Jemur full body / dokpri.

Mari berjemur tetapi tetap mengukur waktu dengan teratur, jangan sampai terlalu lama karena khawatir ada efek lain, yaitu kulit menghitam dan terbakar… bahaya itu, apalagi pas berjemur lihat mantan berjemur berduaan, pasti yang terbakar bukan hanya kulit tapi juga tembus ke hati.. sakiiit dan panaasss… aw.. aw.. aw.

Udah ah, mau berjemur dulu sambil rebahan supaya sinar mentarinya hadir merata ke sekujur tubuh dan raga. Tidak hanya muka tetapi seluruh jengkal tubuh bisa merasakan hangatnya sinar mentari yang perlahan tapi pasti semakin panas dan nèrèptèp (panas banget)…. udah ah.

Selamat beraktifitas pagi ini, sempatkan berjemur dan senantiasa bersyukur. Wassalam (AKW).