CHAONAN, akwnulis.com. Perjalanan 2 jam 24 menit menyusuri jalan lebar dengan berbagai pemandangan yang tersaji memberi pengalaman tak bernilai. Diawali melewati jalan besar yang membelah lautan karena incheon adalah sebuah pulau terpisah, dilanjutkan berbagai bangunan tinggi baik komplek pabrik dan perumahan juga bentang alam kehijauan yang cerah di akhir musim gugur tahun ini.
Masih sendirian karena belum bersua dengan delegasi yang telah hadir lebih dulu, insyaalloh ALONE di INCHEON akan berakhir.
Berbincang dengan sang driver, ini adalah momen musim terbaik karena matahari bersinar sepanjang hari dengan suhu sekitar 3° s.d 10° celcius, karena menurut perhitungan prakiraan cuaca di awal desember sudah masuk musim dingin dan suhu bisa sampai minus 20° celcius.
“Kebayang membeku dan meriut”
Perjalanan perdana jalur darat di korea akhirnya harus sampai di tujuan yang telah ditentukan yaitu sebuah tempat meeting yang berada di area stasiun Chaonan Asan yang merupakan ibukota provinsi CengChungnam-do.
Alhamdulillah setelah membayar taksi internasional dengan selembar 100 dollar US dan 40.000 won..
(euleuh di hitung-hitung ternyata mihill… tapi apa daya, demi sebuah janji, maka pengorbanan adalah bagian dari konsekuensi). Juga yang pasti dijamin tidak akan nyasab (kesasar) di negeri orang.

Pertemuan berjalan lancar dan penuh kekeluargaan, delegasi Jawa Barat yang sudah ada di Seoul akhirnya bersua disini bersama daku.. ehm dan tentunya dengan para pejabat di Provinsi Cengchungnam-do plus para pimpinan perusahaan yang membidangi credit guarantee dan start up bidang solar energy.
Laporan resminya entar aja yaa… itu mah bentuknya nota dinas hehehehe.
Sekarang ingin cerita tentang si hitam nikmat.. kohitala. Maklum udah 24 jam nggak jumpa dengan sensasi pahit yang menggoda.
Pas masuk area stasiun sebetulnya sudah ada cafe yang direncanakan dimampiri… tapii… jadwal meeting sudah dekat plus harus berjumpa dulu dengan para bos yang berangkat dari Seoul… urung sudah, tapi tidak uring.
Ternyata… Allah maha tahu isi hati hambanya yang merasa tak berdaya tapi ingin nyeruput kopi apa aja yang penting tanpa gula.
“What do you want to drink? Coffee or tea?”
Woaaah senangnya… “Please coffee sir“… akhirnyaa… pucuk dicinta ulam tiba. Sebuah doa berbuah nyata, secangkir kopi hitam tanpa gula hadir dihadapan bersama bahan presentasi mereka, Ahaaay.
Nggak pake basa-basi lagi, disaat para bos masih diskusi, kopinya sudah di tangan untuk dinikmati…. hmmm harummm… kopinya pake mesin, tapi double espresso bisa memenuhi hasrat ngopi kali ini.

Sruputtt…. segerrr, pahitnya menenangkan. Memberi rasa bahagia dan semangat untuk terus berkarya dan menjelajahi negeri ginseng ini.
Perbincangan berlanjut dengan berbagai pembahasan, diriku terlarut dalam kebersamaan dan tidak lupa sruput kopi yang terus tersedia. Wassalam (AKW).