KOPI TAHLIL.

Menikmati Kopi Tahlil dan Nasi Megono…

Photo : Kopi Tahlil / dokpri.

JAKARTA, akwnulis.com. Kesempatan pertama dan tidak disengaja bertemu dengan kopi varian baru, namanya KOPI TAHLIL.

Awalnya agak mengernyitkan dahi karena berarti kopi ini berkaitan erat dengan prosesi seseorang yang meninggal dunia… tapi jadi penasaran asal muasal namanya dan yang lebih mantabs adalah rasanya, gimana yaaa….

Nggak pake mikir lama, langsung pesan Kopi Tahlil, dan dipesan tanpa gula tanpa susu…. tinggal menunggu. Hanya saja ini adalah saat makan siang, sekalian saja mencari menu yang tepat dengan kebutuhan. Menunya harus ada karbohidratnya, protein dan jelas sayurannya.

Photo : Nasi Megono / Dokpri.

Setelah mengelilingi daftar menu, ternyata yang ada sayurnya… nyaris tidak ada. Kecuali ……. menu ‘Nasi Megono‘ katanya sih nasi dan diatasnya nanti ditaburi tumis sayuran mirip gudeg gitu… oke deh. lumayan, meskipun bukan sayuran segar….. ada kandungan sayurannya.

Untuk proteinnya cukup dengan pesan telur dadar aja. Cukup tuh, lagian harganya agak lumayan karena rumah makan ini terletak area Bandara, tepatnya di Bandara Halim Perdana Kusumah Jakarta.

***

Hadir pertama dihadapan mata adalah sajian kopi dengan cangkir putih bermotif ayam jago yang gagah.. jadi inget coklat merk Jago di masa kecil dan juga mangkok tukang baso…. legend inih.

Harum kopinya semerbak mewangi dan tak perlu lama langsung membaca Basmallah….. “Bismillahirrohmannirrohiim“…. dan sruputtt perdana…. sruuppp….

Hmmm, ada rasa hangat melewati lidah menuju kerongkongan, bukan hanya rasa pahitnya kopi robusta tetapi ada unsur lain yang beda, yaitu jahe dan sereh…. hangat dan nikmat.

Enak juga guys”

Photo : Sajian Telur dadar / dokpri.

Sambil sruput kedua, ketiga dan seterusnya hadir juga sajian nasi megono, nasi putih biasa dengan topping seperti sayur nangka muda atau urab ya??…. dan sepiring telur dadar, semua kompak menggunakan piring putih bergambar ayam jago yang gagah….. kongkorongoook.

Segera Nasi Megononya dicoba….

Ternyata ada rasa asing yang bikin lidah berdansa, selain daun nangka dan rempah yang ada, juga unsur kecombrang dengan rasa menyengatnya menambah semangat di siang yang panas ini. Bagi sebagian orang yang tidak suka rasa kecombrang yang cukup khas dan tajam… ya jangan maksain.

Tapi bagi diriku yang hanya punya 2 pilihan dalam sajian makanan, yaitu ‘Enak‘ dan ‘Enak bingiit’, rasa kecombrang ini membahagiakan… suweer…. am… am… nyam nyam.

Nah tentang asal muasal nama kopi tahlil ternyata berasal dari acara tahlilan yang digelar pasca meninggalnya seseorang yang beragama islam di daerah Pekalongan Jawa Tengah dan sekitarnya (Mohon koreksi kawan-kawanku di Jateng).

Kopi ini hadir dan disuguhkan kepada para peserta, panitia, tamu dan pihak-pihak yang hadir dalam acara tahlilan yang sering hingga larut atau menyebrang malam, sehingga selain kafein yang bikin melek, susu plus jahe dan sereh yang hangat menjaga badan serta menyegarkan, klop bingit tuh.

Sruput lagi ahh…. mumpung masih ada.

Akhirnya gelas cangkir ayam jago dan piring-piring ayam jago dipamiti dengan berat hati karena jadwal pesawat sudah menanti. Hatur nuhun, Wassalam (AKW).

***

Lokasi :
RM Warung OPEK, Area Bandara Halim Perdana Kusumah, Jakarta.
Kopi Tahlil 22rb
Nasi Megono 25rb

***

Sunset, Kopi& Janji.

Menanti mentari pagi, bersua di sore hari, besoknya kembali ngopi dan jalan-jalan sendiri. Disini.

Photo : Semburat Sunset di Batukaras / dokpri.

BATUKARAS, akwnulis.com. Gelombang ombak yang meninggi mengantarkan papan selancar dengan dorongan tenaga alam yang menakjubkan. Tinggal tunggu waktu yang tepat, berdiri di papan selancar dan jagalah keseimbangan maka… wuuuus… terdorong kencang meniti permukaan air laut dengan wajah riang dan hati senang.

Gampang banget lho, kalau ngeliatin mah. Padahal…. nggak semudah itu. Tapi memang watak penonton khan pasti (merasa) lebih pinter dari pemain… bener khan?… ngakuuu… pasti klo lagi posisi penonton mah.. kecenderungannya bakal begituuuh.

Yup, pantai batu karas, sekitar 30 menit jalan darat dari pantai pangandaran menyuguhkan suasana pantai berbeda. Relatif tidak terlalu ramai dan lebih banyak pengunjung adalah berniat latihan selancar air, juga terlihat beberap turis asing… atau malah mayoritas belajar selancar atau surfing.

“Kamu ngapain kesituh?”

Ajaw pertanyaan kepo, ya terserah aku donk, kemana kaki melangkah disitu berharap berkah. Dimana langit dijunjung maka disitu Allah disanjung… aih kok malah berpuisi.

Photo : Abadikan Ombak di Pantai Batukaras / dokpri.

Aku kesini mau mengejar mentari!!!…. karena tadi pagi dan kemarin pagi bukannya mendapatkan semburat mentari tetapi suasana sendu dan sepi hati, meskipun ditemani secangkir kopi.

Monggo baca KOPI & PILU.

Meskipun hanya bisa menangkap semburat cahaya mentari dibalik pepohonan sebelum tenggelam di batas horison, kurasa itu cukup, cukup untuk melepas dahaga ingin mengabadikan asa yang ada dari semburat cinta sang mentari yang bersahaja.

Photo : Terdiam memandang pantai / pic by DH.

Warna semburat kuning dan merah, memberi rasa damai walaupun secercah. Sementara debur ombak tak mau berhenti menghiasi pantai menghasilkan musik alami yang natural tanpa intervensi pihak-pihak berkepentingan.

Akhirnya malampun datang, dan cerita mentari sementara berganti dengan rembulan. Namun sayang agenda pertemuan ternyata menghadang, terpaksa malam ini dihabiskan dengan hanya berbincang dalam ruangan ditemani sajian makanan seafood alakadarnya, Yap… lumayan. Mari berbincang….

***

Esok hari kembali menyeduh kopi dan membawa ke pinggir pantai timur pangandaran. Suasana tidak terlalu sendu, tetapi memang hadirnya mentari masih malu-malu.

Photo : Kopi & Pantai, beda fokus / dokpri.

Akhirnya bermain-main dengan kamera smartphone dengan fokus segelas kopi asli atau pantai yang menjadi backgroundnya… begitupun sebaliknya…

Iseng amat ih!!!

Jangan digubris, biarkan saja. Berkesempatan mengabadikan suasana adalah berkah, jadi selama memori smartphonenya cukup dan yang diambil gambarnya nggak protes… lanjutt aja bung.

Meskipun jikalau beredar di jagad IG, banyak disuguhi photo dengan mayoritas wajah pemilik akun karena memang hasil selpi berkala. Awalnya suka eneg, tapi setelah dipahami bahwa itu adalah akun pribadi dan (mungkin) merupakan bentuk aktualisasi keeksisan diri…. ya sudahlah nggak usah peduli.

Kembali ke pangandaran, setelah selesai dengan kopi di pantai timur maka bergeser ke pantai barat untuk melihat suasana dan mungkin ada spot photo yang mungkin bisa berguna dan miliki makna.

Dikejauhan terlihat bangkai kapal yang karam, maka lensa smartphone mencoba mengabadikan dengan segala keterbatasan. Hasilnya lumayan daripada lu manyun hehehehe.

Udah ah cerita-ceritanya, selamat berkarya dan selamat kembali bersua dengan keluarga tercinta di waktu wiken yang sangat berharga. Wassalam (AKW).

Melayang & Berenang di Pangandaran.

Mari melayang dan berenang kawan…. jump.. jebuur.

Photo : Melayang dulu… / dokpri.

PANGANDARAN, akwnulis.com. Bermain di pantai menjadi menu andalan di kala raga beredar disini, kawasan wisata Pangandaran. Meskipun pagi harinya sedikit galau karena bersua dengan kesedihan, tetapi terlalu terlarut dengan kesedihan bukan cara terbaik menjalani hidup, monggo baca KOPI & PILU.

Sedih dan pilu itu manusiawi tapi tak usah berkepanjangan, hayu beredar di pantai dan merengkuh kesegaran.

Move… move.. move.

Tanpa banyak basa-basi, segera berlari ke pantai disambut hembusan angin kencang dan panasnya pasir putih karena menyimpan kekuatan yang dikirim via sinar mentari sedari tadi.

Dikala akan mencapai bibir pantai, baru tersadar bahwa stelannya masih cocok buat rapat, bukan mantai…. oww dilema.🤣🤣🤣😂🤣🤣

Moo balik ke hotel pasti lama lagi, moo nyebur juga bakalan aneh, masa celana kain dan sepatu resmi dipake berenang… mikir dulu donk.

Akhirnya berubah pilihan tapi tetap mantai, segera ajarkan ilmu (seperti) terbang kepada anak magang yang cepat menyerap ilmu dan penuh keingintahuan, yuk kita levitasian.

Panasnya pasir pantai tidak menjadi halangan untuk berulang kali meloncat dan mengikuti petunjuk :

1… 2… 3… jump….

tentu dengan gaya yang seakan tidak meloncat.

…. Ribet amat sih bro’

“Kalem, no pain no gain pren”

Maka meloncatlah dengan wajah tanpa ekpsresi, seakan tidak ada aksi yang terjadi.

Jump… Cetrek

Jump… Cetrek.

Berhasill…….

Meskipun tidak bisa mengambang terlalu jauh, tetapi jarak dengan pasir pantai tercipta dan efek melayang terwujud sudah, Alhamdulillah.

***

Photo : Swimming pool Suryakencana Hotel Pangandaran / dokpri.

Setelah puas bercengkerama dengan panasnya pasir pantai, maka bergegas kembali ke hotel tempat memginap, namanya Suryakencana Hotel.

Langsung bergegas ke lantai 3 dimana kamar yang menjadi.hunian sementara berada. Gerakan pertama tentu berganti stelan, dari sepatu pantofel menjadi sendal gunung aneka situasi, celana renang, kemeja pantai warna-warni dan tidak lupa kacamata hitam.

Tapii…… ke pantai masih panas terik, jangan sampai kulit wajah hasil perawatan jadi kembali kusam….ahaaay

Berubah rencana, jadinya turun ke lantai bawah menuju kolam renang hotel saja. Tersedia kolam renang berair biru jernih, kedalaman 1,5 meter dan juga ada sisi dangkal untuk anak-anak. Ditemani kerindangan pohon yang asri, semakin mempercepat raga unyuk segera bercengkerama dengan kesegaran air tawar di kolam renang sebelum nanti dilanjutkan dengan diskusi bersama air laut yang penuh sensasi.

Jeburr!!!!

Photo : Swimming pool Hotel Suryakencana / dokpri.

Segar menyelimuti raga dan seluruh permukaan kulit serasa disentuh secara bersama-sama, hadirkan ketenangan dan mendorong kelenjar syaraf pusat dan kelenjar hipofisis memproduksi hormon endorphin lebih cepat.

Rasa senang dan bahagia hadir tanpa jeda, kesegaran juga hadir merata, kemooon… jangan lupa bahagia. Wassalam (AKW).

Pagi & Sendu di Pangandaran.

Menjejak pagi yang menyisakan kenangan sendiri.

Photo : Kopi & pilu / dokpri.

PANGANDARAN, akwnulis.com. Pagi ini mentari masih sembunyi dibalik awan kelabu, hempasan angin pantai menitipkan sebuah rasa pilu, disitulah aku menemukan dirimu, tergeletak pasrah tanpa daya ditemani harapan semu.

Ingin bertanya padamu, tetapi yang hadir hanya ragamu. Asumsi menyelimuti kalbu, mungkinkan kamu adalah salah satu yang tertinggal dari kawananmu?… atau meloncat terlalu jauh dikala ombak menghempas pantai?… atau mungkin ragamu sudah berpisah dengan ruhnya di laut sana dan terbawa gelombang kesini tanpa bisa mengadu?… entahlah,
……..aku tidak berharap jawaban karena ragamu sudah damai terdiam.

Secangkir kopi yang dibawa untuk dinikmati, sekejap berubah tawar dengan rasa yang dilingkupi kesedihan.

Sebuah penghormatan atas kejadian yang menimpamu, aku sandingkan segelas kopi ini dengan ragamu yang terdiam tanpa kata-kata perpisahan. Menemani meskipun hanya sesaat ini.

Photo : Suasana sendu di Pantai Timur Pangandaran / dokpri.

Selamat jalan, semoga damai menyertaimu.

Perlahan pergi meninggalkanmu yang sudah berdamai dengan kenyataan, selamat menjalani pagi yang pilu di pantai timur pangandaran. Semoga seiring mentari beranjak meninggi, cuaca akan menjadi cerah dan harapan kehidupan kembali merekah.

Selamat beristirahat kawan kecilku, meskipun baru bersua dengan ragamu di pagi sendu, tetapi yakin bahagia dan damai sudah menantimu. Selamat tinggal ikan kecilku. Wassalam (AKW).

Ngopi HALU di langit.

Menyusuri angkasa bersama segelas rasa.

Photo : Mari nikmati kopi Angkasa / dokpri.

HALIM, akwnulis.com. Angkasa luas menyambut semangat pagi ditemani sisa-sisa embun yang ikhlas berubah menjadi uap indah penuh harapan. Sedikit awan cumulus terlihat di kejauhan, malu-malu tersibak oleh semburat sinar pagi sang mentari.

Begitupun dengan raga ini, sedang bersiap menyajikan sebuah sensasi pagi, minum kopi di atas langit sejati.

Shubuh tadi meracik dengan manual brew phi-sikti (V60) dan pilihannya adalah bean spesial yaitu HALU pure arabica dengan honey process. Bean ini varietas sigararuntang ditanam di ketinggian 1300 m diatas permukaan laut yang di roaster alias diproduksi oleh Coffee Rush.

Photo : Ini Bean-nya, Arabica HALU pure dari Coffee Rush / dokpri.

Perbandingan 1 : 13 dan temperatur air 90° celcius menghasilkan sajian kopi yang ruar biasa, harum mewangi dengan body strong yang ngangenin. Acidity jangan tanya, bikin ingettttt ajjjah… apalagi aftertastenya muncul selarik rasa nanas, manisnya madu dan akhirnya ditutup dengan dark coklat… yummy.

Yang bikin keren lagi, minumnya diatas langit brow….

“Kok bisa?”

“Bisa donk”….

“Gimana caranya?”

Giniii…….. caranya sederhana kok. Beres meracik ambil tumbler yang langsing dan juga gelas kaca kecil. Lalu bawa di tas dan pergilah ke bandara…. bukan ke terminal yaaa….. khan moo naik pesawaat… uhuy

***

Photo : Tumbler langsing + kopi + snack / dokpri.

Sruput kopi HALU pure arabica di temani langit membiru yang membentang setia adalah sebuah kesempatan langka.

Alhamdulillahirobbil Alamin, Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban.

Sruput lagii…..

Srupuuuut lagi.

Awan tersenyum dan batas horison bernyanyi bersama, menemani perjalanan pagi penuh warna warni.

Yang pasti, raga ini disini bersama jiwa penuh dahaga rasa yang terselesaikan oleh hadirnya sajian kopi hangat kohitala dengan rasa luar biasa.

Photo : Berangkaaat…. / dokpri.

Seiring waktu, akhirnya langit biru kembali diatas sana, setelah raga ini menjejak bumi tanpa hempasan berarti, mendarat selamat di Bandara Halim Perdanakusumah Jakarta. Selamat bekerja kawan, Selamat menjalani hari penuh sensasi. Wassalam (AKW).

Kolam Renang Hotel Santika.

Berenanglah sebelum berenang itu dilarang…

Photo : Kolam renang anak di Hotel Santika Bandung / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Ini adalah kisah singkat tentang bercengkerama sehat bersama air kolam renang yang sesekali bersahabat meskipun harus hati-hati untuk hindari akibat.

Terletak di lantai 2, kolam renang ini adalah fasilitas bagi penginap di Hotel Santika Bandung yang berlokasi di Jalan Sumatera Bandung. Sebuah lokasi strategis karena di seberang depan adalah Mall Bandung Indah Plaza dan di seberang sebelah utara adalah Mall Riju (Riau junction), juga akses mudah ke pusat pemerintahan Kota Bandung dan Provinsi Kawa Barat (Gedung Sate) karena memang berada di posisi yang tepat.

Kolam untuk anak dengan kedalaman 60 cm berbentuk lingkaran drmgan keteduhan terjaga karena terlindungi oleh bangunan diatasnya dan kolam dewasa dengan kedalaman mulai 1,5 meter hingga di ujungnya menjadi 2 meter,……… jadi buat yang masih belajar berenang harus hati-hati, jangan sampai pas nyentuh kedalaman 2 meter sementara tinggi badan hanya semekot (semeter setengah kotor… hehehe)... panik dan bikin keributan.

Kursi tunggu dan handuk tersedia di petugas, tinggal minta saja. Untuk toilet dan kamar bilas sedikit turun tangga dari ujung kolam dewasa (ada petunjuk yang jelas kok).

Photo : Kolam renang dewasa agak kelabu dengan kedalaman 1,5m sd 2 m / dokpri.

Kualitas air kolam standar dan terdapat pengukuran berkala tingkat kepekatan, ph ideal juga kandungan kaporitnya, yang pasti ikuti aturan mainnnya, beres berenang berbilaslah dengan air bersih dan bersabun, jangan berbilas dengan pasir karena ntar disangka keturunan kucinggg…. meoooong.

Oh iya, air kolam renangnya dingin, tapi jangan khawatir, kesegaran akan didapatkan dan kehangatan hati kembali kepada masing-masing.. eaaaaa.

Selamat bercengkerama dengan kesegaran, jangan lupa bersyukur dan bahagia. Wassalam (AKW).

CaffeLatte & 3 Teh artisan.

Melanggar prinsip Kohitala.

Photo : Kombinasi sajian Caffelatte & 3 teh spesial / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Menjalani fungsi sebagai aktivis kohitala alias penikmat aktif kopi hitam tanpa gula itu perlu perjuangan karena diluar sana aneka godaan mengharapkan prinsip yang dipegang bisa memudar.

Hari ini, godaan kembali datang. Diawali dengan tawaran makan siang dari seorang kolega sekaligus membahas beberapa hal pekerjaan adalah momen yang strategis dan efektif efisien. Makan siang bisa tepat waktu dan urusan pekerjaan bisa dibahas juga diambil keputusan, “Mantap khan?”.

Restoran G&B di Jalan Bahureksa Bandung menjadi tempat pertemuan, membahas berbagai urusan kerjaan sekaligus shalat dhuhur di mushola yang telah disediakan. Pilihan menu makanan sehat segera dipilih sesuai selera sang pelanggan, sayangnya kopi manual brewnya pas habis persediaan…. godaanpun datang.

Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, pilihan caffelatte-pun dijatuhkan, offcourse without sugar, tetapi campuran steamed milk menjadi hal wajib demi hadirkan gambar dedaunan di permukaan gelas caffelatte yang segera disajikan, hatur lumayan.

Sebagai penyeimbang maka pilihan sajian teh artisan adalah pendamping yang tepat, apalagi dengan suguhan warna yang bervariasi bisa bikin tenang mata dan hati, menemani kesedihan terlanggarnya Kohitala principle.

Photo : Caffelatte & Butterfly Pea Tea / dokpri.

3 sajian teh sekaligus, warna merah adalah wedang uwuh, warna bening kecoklatan dari silver needles tea dan warna biru adalah teh bunga telang (butterfly pea tea) hadir dalam gelas-gelas kecil, menjadi kombinasi syantik bagi sajian siang ini.

Sebenernya pesenanku cuman 1 porsi teh putih atau silver needles tea atau teh jarum perak yang hadir dengan teko kaca dan 2 buah gelas bening kecilnya. Tetapi untuk kepentingan photo yang ideal maka kebetulan rekan lainnya memesan sepoci eh seteko wedang uwuh dan teh bunga telang, maka warna warni gelas kaca kecil yang dapat dihadirkan.

Merah, bening kecoklatan dan mengharu biru mewakili warna warni pembicaraan di siang ini. Fasilitas refill air panasnya hingga 2x menambah semangat diskusi dan habiskan waktu makan siang dalam balutan kehangatan dan keakraban pembicaraan. Perut kenyang kerjaan kelar.

Oh iya, Caffelattenya nggak lupa disruput dan ditelan perlahan sambil ada sedikit rasa bersalah karena ada prinsip yang dilamggar, uhh.. tapi yaa sudahlah… sesekali, atau yang terakhir kali.

Akhirnya waktu istirahat maksipun habis, segera menutup pembicaraam dengan pamitan yang penuh kesantunan untuk kembali ke kantor dan melanjutkan tugas pekerjaan lainnya. Semoga di kesempatan lain bisa kembali bersua dan makan siang bersama dan ditambah dengan sajian terbaik Kohitala (Kopi hitam tanpa gula). Wassalam (AKW).

Berenang di Harmoni Hotel.

Relaksasi di kaki Gunung Guntur.

Photo : Kolam renang air agak hangat / dokpri.

CIPANAS, akwnulis.com. Pagi yang cerah di kaki gunung Guntur memberi kesegaran tak terperi. Jangan terus berdiam di kamar, tetapi gerakkan raga dan kuatkan kaki agar melangkah menuju lantai bawah, disana kesegaran lainnya menanti.

Photo : Kolam renang dewasa & kolam renang anak / dokpri.

Gunung Guntur masih sembunyi di balik awan pagi, berselimut dingin yang merayu untuk kembali ke haribaan selimut di kamar lantai 2. Tapi daya tarik kesegaran kolam renang tidak bisa dilupakan, apalagi ada sedikit kehangatan yang akan memanjakan badan, maksudnya kolam renangnya airnya hangaat…. “Iya gitu??”.

Ternyata bener kawan, kolam renangnya bertemperatur hangat-hangat kuku, yach lumayan dibandingkan hanya berdiam di pinggir kolam dan di terpa angin pagi yang menggemaskan.

Jeburr!!!!…

Kolam renang satu lagi untuk bermain anak-anak, lengkap dengan seluncuran dan ember tumpahnya. Cuma anaknya nggak ikut…. yaa… nggak jadi bermain-main disitu.

Photo : Suasana kamar hotel / dokpri.

Kesegaran dan kehangatan air kolam renang memberi rasa nyaman, kombinasi alami yang menghasilkan relaksasi. Sementara kamar yang hangat ditinggalkan dulu, sofa yang luas silahkan menunggu, sementara raga ini bersantai dulu serta semoga jiwapun bisa lebih membumi tanpa terbebani pikiran tugas pekerjaan yang selalu hadir dalam labirin pikiran dan selasar neocortec.

Photo : Sofa & Sajadah / dokpri.

Sebuah pilihan tempat yang pas untuk jeda sejenak, beristirahat di sela beban pikiran dan tugas yang terus di-gas. Kerjaan kelar, istirahatpun bukan hanya kelakar.

Yang kepo, ini namanya Hotel Harmoni di daerah Cipanas Garut.

Hayu ngojay bray, Wassalam (AKW).

Kopi Sarongge Bogor

Cerita Kopi dari Pakansari.

Photo : Sajian kopi & backgroundnya kopi juga / dokpri.

BOGOR, akwnulis.com. Tiada kesan abadi jikalau tiada yang menuliskan kisah perjalanan lengkap dengan dokumentasi. Maka tulislah apa yang kamu kerjakan, tulislah apa yang kamu rasakan, jangan takut dengan bagus atau jeleknya tulisan karena tujuannya bukan perlombaan menulis, tetapi jejak indah jalinan kata memberi nuansa catatan kehidupan yang berbeda.

Dokumentasi akan semakin seksi manakala ada cerita yang bisa digali, apalagi sambil menikmati sajian kopi, lengkap sudah dan perjalanan hidup bakalan lebih indah.

Meskipun pekerjaan dan target terkadang meleset, tapi ngopi bisa menjadi penghibur hati. Dikala tugas tuntas dan sukses sesuai rencana, maka kopi juga bisa menjadi penyempurna.

Jadi, biarkan kopi bicara….

Photo : Biji kopi Sarongge Bogor / dokpri.

Kali ini mencoba salah satu kopi arabica yang (kata pelayannya) asli dari bogor, dinamainya ‘Arabica Sarongge Bogor‘, lets try guys…

Prosesnya tetep pake manual brew V60 dan hasil diskusi singkat dengan barista di Kavez Coffee Roastery yang terletak di area Stadion Pakansari Kabupaten Bogor ini menggunakan air 90° celsius untuk proses penyeduhan dengan perbandingan 1:13.

Sambil menunggu proses manual brew kopi, maka berkeliling sambil mendokumentasikan suasana cafe yang mulai ramai ini. Cafe yang nyaman dengan pilihan tempat No-Smoking, juga lebih luas smoking areanya baik di dalam cafe juga outdoor. Termasuk di lantai 2, tapi hanya buka malam minggu saja untuk lantai 2 ini.

Photo : Pilihan biji kopi siap disaji / dokpri.

Pas balik ke meja, eh sajian kopinya sudah ada, langsung photo (maklum kekinian) baru disruput-kumur-telan…. yummy nikmaaat. Acidity dan bodynya stabil. yach medium, meskipun aftertastenya tidak terlalu kentara tetapi selarik citrun muncul malu-malu.

Photo : Kavez Coffee Roastery / dokpri.

Inilah sejumput kalimat tentang cerita menikmati kopi di tanah bogor ini, beberapa tulisan terdahulu tentang kopi bogor ini ada Kopikir, juga Kopi Mandailing di cafe Migliore. Selamat wiken sahabat, Wassalam (AKW).

Mandailing Migliore

Isilah waktu yang belum pasti dengan ngopi…

Photo : V60 arabica mandailing / dokpri.

CIBINONG, akwnulis.com. Perjalanan hampir 5 jam di siang hari yang cukup melelahkan tetap harus dijalani dengan suasana hati yang hepi. Titik kemacetan disaat melewati tol cikampek khususnya di daerah bekasi tidak bisa dihindari lagi, moo milih jalur bdg – bogor via puncak juga bukan pilihan….. yaaa jalani dan syukuri saja.

Hingga akhirnya bisa tiba di Cibinong Bogor sesuai dengan waktu yang tertera di undangan, Alhamdulillah… bersegera mencari mushola untuk tunaikan shalat berfasilitas jama qashar, sebelum mengikuti pertemuan yang sudah diagendakan.

Ternyata…. acaranya delay dengan berbagai alasan teknis. So…. sambil nunggu, mariih mlipir duyuuuu…

***

Photo : Aji barista Migliore / dokpri.

Persinggahan pertama adalah cafe kecil bernuansa kayu-kayu, disambut keramahan Aji sang barista, namanya ‘Cafe Migliore‘, lokasinya di jalan akses dari Jl.Raya Tegar beriman cibinong ke arah Stadion Pakansari, klo masih bingung yaa buka gugelmep aje.

Migliore itu artinya terbaik dari bahasa italia, semoga memang menjadi tempat yang menyajikan kopi dengan rasa dan asa terbaiknya.

Dengan waktu terbatas, maka hadirnya manual brew v60 arabica mandailing menjadi hiburan penting dalam situasi menunggu ini. Diracik di suhu 90° celcius dengan komposisi 1 :13 hadirkan sajian kohitala yang seimbang antara body & acidity, sama-sama strong dilengkapi aftertaste frutty floral yang segar… cukup membantu hati dan suasana untuk terus menunggu yang tak menentu, sruput duluuu….

Selamat meniti waktu sambil nikmati sajian kopi bermutu. Biarkan tulisan takdir yang jadi penentu, dan kita ikut berperan untuk menjadi bagian tertentu demi wujudkan keputusan yang satu, tentang sesuatu.

Pesen lagi ah, mumpung belum ada tanda-tanda pertemuan akan dimulai, srupuut. Hatur nuhun (AKW).

***