JAKARTA, akwnulis.com. Dikala senja berkalang dusta
Disitulah terpuruknya sebuah jiwa
Harapan menyerpih berserak
Dihantam angin yang terus bergerak
Tiada keinginan selain pergi
Pergi dari kenyataan yang abadi
Terlintas gagasan untuk mati
Demi hindari perasaan hati
Biarkan kesakitan ini menjadi saksi
Betapa ku berkorban demi sebuah janji
Janji sehidup semati
Yang akhirnya kau ingkari
***

Bunga mekar dipayungi mentari
Merekah segar harum mewangi
Begitupun dengan hati ini
Terus berseri tiada henti
Harapan awal hanya impian
Kini terwujud menjadi kenyataan
Dikau pujaan hati yang kudambakan
Sekarang bukan lagi sekedar teman
Langkah kaki terasa ringan
Dikala kita berjalan beriringan
Nafasmu adalah nafas kehidupan
Bagi diriku yang butuh sandaran
***
Kamu memang penipu
Wajahmu ternyata palsu
Senyum tulusmu berubah kaku
Ternyata kejam semua niatmu
Aku terbuai bujuk rayumu
Yang meyakinkan dengan jurusmu
Janjikan harap ternyata tipu
Dasar buaya memakai baju
***
Inilah sajak kontradiktif yang tiba-tiba hadir di kepala dan langsung mengalir menuju jari jemari. Maka mulailah menjalin kata menjahit kalimat menjadi nyata.
“Kamu bikin tulisan apa seeh?… nggak jelas”
Itulah komentar perdana, sesaat setelah samwan membaca tulisan diatas.
Nggak usah jadi pikiran kawan, teruslah berkarya.

Diawali dengan tulisan receh, jikalau konsisten maka bisa ditukar jadi tulisan lembaran biru ama merah lho (Kayak diut aje).
Tapi ingat yang terpenting adalah konsistensi. Menulis adalah kegiatan sederhana yang mungkin semua orang bisa, “Nggak percaya?”.… buka aja medsos, dari mulai halaman facebook, Instagram, status WA lengkap dengan broadcast copas-nya, line, wechat dan teman-temannya tak lepas dari permainan kata-kata.
Kembali ke sajak kontradiktif diatas, itu adalah sekelumit cerminan kehidupan. Sebuah pasangan rasa antara sedih dan senang, terluka dan berbunga, marah versus keindahan trus marah lagi dan mungkin menjadi indah untuk kedua kalinya, begitulah seterusnya…. terus dan teruuss.
Yang pasti…….. jangan lupa bersyukur, semua kegalauan rasa tidak akan menjadi cerita jikalau kita sudah tidak bernyawa. Mari syukuri nikmat kehidupan ini, ambil sisi positif dalam memaknai kesedihan-kesenangan yang datang silih berganti.
Isi nikmat kehidupan ini dengan mengumpulkan bekal untuk kehidupan akherat nanti sesuai petunjuk agama yang telah diyakini. Wassalam (AKW).
Aamiin…Yaa Robbal Aalamiin….🤲
LikeLiked by 1 person