
GUNUNGHALU, akwnulis.com. Usai shalat Idul Fitri berlanjut musafahah (bersalam-salaman), bibir terus tersungging dan harapan bersua serta silaturahmi bersama saudara, handai taulan, kawan, tetangga dan sahabat sepermainan menjadi sebuah semangat yang memberi makna mendalam.
Shalat Sunat (muakad) Iedul fitri di Mesjid Alkahfi menerbangkan kenangan yang jauh di masa silam. 30 tahun lalu, dikala usia belia, mesjid ini adalah tempat bermain, bermain dan bermain sekaligus tempat menuntut ilmu agama, pondasi pemahaman agama yang menyelamatkan diri ini di kala dewasa.
Tempat balapan lari ataupun balapan naik sarung yang ditarik teman lainnya, mengitari mesjid yang licin dengan lantai porselen yang baru adalah agenda menyenangkan di mesjid ini. Meskipun harus berkorban di jewer DKM dan sarung jadi bolong-bolong karena gesekan dengan lantai…. itu menyenangkan… asli.

Dahulu, di halaman mesjid terdapat penampungan air berbentuk bulat, di gunakan untuk berwudhu sekaligus kolam renang gratis bagi anak-anak bandel yang rutin masuk kolam yang disebut ‘kulah‘ untuk mencari kesegaran atau jika beruntung mendapatkan beberapa ‘kijing’, kerang air tawar yang cukup besar ukurannya sebesar telapak tangan orang dewasa dan bisa dimakan dengan memasaknya terlebih dahulu.
Di kolam ini pula, aku dan beberapa kawan di rendam dini hari di hari idul fitri karena insiden takbiran misterius di tengah malam, yang penasaran monggo di klik cerita lengkapnya di ….. PENTAKBIR MISTERIUS.
Ah…. banyak sekali kenangan masa kecil yang terlintas dikala sang Khatib Ied memberikan ceramah dalam bahasa sunda yang berirama. Mesjid ini yang sekarang begitu megah dan bernama Mesjid Al Kahfi, adalah bagian masa kecilku yang penuh keceriaan, tawa, suka dan duka…. mulai paham huruf hijaiyah, belajar kitab sapinah dan jurumiyah (meskipun akhirnya nggak tuntas karena lebih banyak main di sekitar mesjid)… tapi minimal halaman-halaman awal quran dan kitab kuning menjadi pembeda dalam memahami Nur Illahi, di kemudian hari.
Akhirnya sesi ceramah tuntas dan di momentum selanjutnya, saling bersalam-salaman, menebar senyum serta jabat erat dan rangkulan bahu dikala jumpa kawan sepermainan, sepengajian yang telah berubah menjadi sosok bapak-bapak (diriku juga hehehehe), ….. ah sang waktu ternyata tak pernah mau berhenti. Hanya kenangan yang mengajak berjumpa dengan suasana masa lalu meskipun hanya bermain di tataran imajinasi.
Hari ini, bersujud di rumah-MU ya Allah, di kampung tanah kelahiran, bersama keluarga kecilku termasuk my little princes yang begitu excited disaat berjumpa pertama kali dan menikmati suasana di‘Rumah Api’ (Bantu masak di kampung Eyang)….
Sebuah kisah memasak berselubung asap di dapur tradisional milik eyang kakungnya di rumah masa kecilku.
Allaaahu Akbar…. Allahu Akbar… Allahuakbar…. Laailahailallah huAllahu Akbar, Allaahu Akbar Walillahil hamd.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1440 Hijriyah.
Mohon dimaafkan segala khilaf, baik lahir maupun bathin. Wassalam (AKW).
One thought on “Selamat Lebaran 1440 H”