
GUNUNGHALU, akwnulis.com. Kali ini aku moo cerita ya guys… Cerita mudikku ke rumah eyang di kampung tempat kelahiran ayahku…
Perjalanan hampir 3 jam, tidak terlalu kurasakan karena lebih banyak terbuai dalam pangkuan ibunda dengan dengkur teratur yang berirama.
Tetapi pas terbangun, suasana siang sudah berganti dengan kegelapan, ternyata sudah melewati waktu magrib. Awalnya bingung lho, tapi karena ayah ibu ada bersamaku, ya sudah…. tenang sajaaaa….
Nyampe di rumah Eyang di kampung yang disebut daerah Gununghalu. Disambut pelukan hangat eyang istri dan eyang akung…. Alhamdulillah.
***
Perkenalan sama rumah api itu, pas jam 10 malem. Aku kehilangan ayah, ternyata ayah lagi mindahin lokasi parkir mobil ke tempat yg lebih strategis sesuai saran eyang.
Aku berjalan ke dapur dan ternyata eyang lagi pada masak…. woaaah langsung gabung donk, khan di rumah udah biasa masak segala macem (maksudnya main masak-masakan)…. “Eyang ikutan bantu yaaa”
“Iya cantik, silahkan”…. senangnya.
Lalu Eyang memberi peralatan memasak beneran, ada cocolek, garam, gula dan piring bumbu… lalu diberi meja kursi dan dipersilakan bekerja di rumah api.

Iya guys, rumah api beneeraan… ada api yang membara dan membakar kayu, lalu diatasnya ada wajan besar berisi air santai dan potongan daging serta berbagai bumbu yang diurus sama eyang kakung. Eyang putri nyiapin bumbunya lalu membuat tumis sayuran, wortel mentimun… eh acar ya?…. Sambal goreng kentang, bihun, sambal dan goreng kerupuk…. waaah ramaiii….
Di rumah api, selain hangat juga asapnya yang bikin sensasi berbeda, seolah kabut menyelimuti malam dan bau khas asap ternyata bikin suasana mudik makin terasa. Aku mah terus aja bekerja membantu eyang, dan asap yang ada tidak bikin sesak atau perih di mata…. pokoknya jadi aneh tapi menarik… beneraan lho guys.
Ayah juga jadinya ikutan nemenin, ngobrol sama eyang istri dan eyang kakung, ibu juga… jadi di saat mendekati tengah malam, suasana rumah api makin ramai dengan celotehan dan berbagai sajian makanan untuk esok hari, hari lebaran.
Oh iya guys, aku juga kangen nenek, ibunya ibuku yang kali ini jauh, karena mudik ke Kuningan. Ingin menyusul, cuma nggak tahu gimana caranya, cuman bisa berdoa dan berharap semuga ayah ibu masih punya jatah libur dan bisa nyusul ke tempat nenek….. yach sementara rumah api menjadi penghiburku dulu…. Kemoon, masak lagiiii.
***
Catatan Binar, 030619.
***
*)Rumah api : Dapur di kampung, dimana proses memasaknya menggunakan kayu bakar, dalam bahasa sunda disebut ‘hawu’ dan aktifitas menghangatkan badan sambil cingogo/jongkok didepannya disebut ‘siduru’.
One thought on “Rumah Api*)”