Kopi & Rejeki

Bisa menyeruput kopi itu adalah rejeki, maka bersyukurlah.

Photo : Sajian Kopi Luwak Arabica Preanger / akw.

BANDUNG, akwnulis.com, Ketika ada sebagian rekan yang komplen, karena dianggap ngafe melulu demi nyeruput kopi. Trus bikin tulisan yang memunculkan hasrat keinginan mencicipi (kabita), muncul dilema.

Bukan maksud memamerkan kenikmatan nyruput aneka kopi, tetapi memang nikmat, “Kumaha atuh?”

Jadi dari lubuk hati yang terdalam, mohon dimaafkan diri yang fana ini. Jikalau tulisan ngupi-nya bikin ngences…. emang nikmat bingit brow heu heu heu.

Saat yang sama ada juga yang menyangka diri ini memiliki bertumpuk kopi aneka sumber yang nggak pernah habis…. Amiin Yaa Robbal Alamin.

Justru dengan kehadiran kopi yang terbatas maka diabadikan melalui tulisan serta photo pribadi sehingga tidak hanya menikmati secara langsung tetapi juga merasakan secara imajinasi dengan membaca tulisan.

Yang masih penasaran, monggo DM. Klo stok masih ada dan tentu waktu luang plus dispenser ada air siap minumnya, maka dibuatin dengan seduhan via corong V60 di ruanganku, “Nah, adil khan?”

Untuk yang di cafe atau kedai kopi, silahkan saja beredar sendiri atau ngajak akuuu… jangan lupa nraktirrr yaaa.

***

Sebagai contoh, ini salah satu ceritanya.

Beres rapat di salah satu kantor pemerintah di Jalan Braga Kota Bandung. Sebuah penawaran dari pejabat di Bapenda, sulit untuk ditolak. Dengan berjalan kaki menyusuri trotoar serta 2 kali menyebrang. Tiba lah di Restoran Braga Permai.

Tujuannya?… Ngopiiii.

Yach rejeki nggak mungkin ditolak, dan sekarang kesempatan menikmati Kopi specialty di sinih…

Kesempatan berharga ini sungguh sayang untuk dilewatkan. Maka pesanan 2 set Kopi Luwak Arabica Preanger ala Resto Braga Permai menjadi pilihan bersama.

Singkat cerita, kopi yang dipesan sudah tersaji. Harumnya mana tahaaan.

Srupuut barengan…

Aromanya harum, body medium cenderung tebal di akhir kata eh di akhir lidah. Acidity medium high alias haseum pisan (please… jangan bayangin pantat luwak). Taste fruitty plus tamarin.

“Harga hampir 100ribu per sajian juga nggak terasa berat kok, karena dibayarin hehehe. Nuhun Pa F”

Sambil ngobrol ngaler ngidul dalam waktu terbatas, akhirnya kopi yang tersaji tandas.

Nah itu contohnya. Mangga atuh dikantun heula, Wassalam (AKW).