Diary Coffee 13

Lanjut yaa Diary Coffee-nya.

Photo : Kopi Wanoja / Dokpri.

Photo di meja sudah biasa
Kini saatnya coba yang beda
Bawa keluar biar berasa
Latar alam indah rasanya

Kopi wanoja dari Majalengka
Giliran mantab untuk dicoba
Tetep V60 jadi perantara
Nggak tanggung, 1 liter nyeduhnya

Rasa harum kopi arabika
Sedikit manis memberi rasa
Body biasa tapi bermakna
Nikmati kopi sendiri saja

***

Photo : Kopi & Anggrek Ungu / dokpri

Kopi Majalengka terasa nyata
Langsung dituang pada gelas kaca
Biar keren photonya
Ditemani anggrek yang berbunga

Ungu bunga sebar semangat
Bikin jiwa semakin kuat
Yakinkan diri kuatkan niat
Jika benar segera perbuat

***

Photo : Kopi & Anggrek Kuning / dokpri

Anggrek kuning menebar janji
Ditemani secangkir kopi
Mengubah suasana pagi ini
Menjadi cerah dan berseri

Tanpa gula itu utama
Hingga raga bisa bersua
Memberi sensasi berbeda
Dengan aneka rasa penuh warna

***

Teknologi & Kasih Sayang

Kemajuan jaman dan menjaga kedekatan adalah suatu tantangan.

Photo : Hasil make up anak kicik / dokpri

Semilir udara segar di Ibukota membawa gemuruh rindu kepada anak tercinta yang menapaki setengah waktu golden age-nya. Ada rasa kangen mendalam yang tak bisa dikatakan dengan sebaris kalimat indah yang sederhana.
Memang anak kecil itu memiliki takdir dan aura kehidupan yang menarik siapapun untuk menyenangi, mengasihi dan mencintainya. Apalagi orangtuanya yang ditugaskan Allah untuk menghadirkannya menjadi generasi penerus dimuka bumi ini.

Tiba-tiba sepenggal cerita kehidupan 4-5 tahun lalu hadir dihadapan, mempertontonkan wajah anak manusia yang berwajah muram hopless karena vonis dokter untuk dipaksa ikhlas tidak akan punya keturunan, ohh…. dunia serasa runtuh mendadak.

“Tuhan tidak adil, Allah pilih kasiih….” teriak histeris memenuhi ruang imagi, menyesakkan dada yang sudah luntur karena airmata ketidakberdayaan. Pada saat yang sama, sering bersua dengan teman sebaya bersenda gurau dengan anak-anaknya…. “Sungguh bahagia”.

***

Alhamdulillah dengan kasih sayang Allah SWT kepada hambanya, perlahan bisa bangkit kembali dari serpihan kesedihan jiwa dan meneguhkan kembali keyakinan serta menggenggam kebenaran bahwa : “Ketidakhadiran anak dalam kehidupan bukanlah segalanya, itu hanya fragmen kehidupan yang harus dijalani dalam waktu singkat di dunia fana. Nilai keikhlasan menerima kenyataanlah yang menjadi pengantar pahala dan menjadi nilai strategis untuk selalu bahagia.”

Itu dulu….

Sekarang sedang belajar untuk senantiasa bersyukur atas segala karunia Allah Subhanahu Wataala, termasuk hadirnya Istri yang sholehah serta anak syantiek sholehah yang memasuki usia 2 tahun 6 bulan, Ayshaluna Binar Wardana.

Dan sekarang Merindukannya.. Sangatt..

Nggak pake lama, buka aplikasi Video call, banyak pilihannya. Yang udah biasa dipake ya whatsapps vidcall atau goggle duo. Trus klo lawan bicaranya pake Apple bisa manfaatin aplikasi facetime…. banyak pilihannya… ya inilah jaman kemajuan teknologi dan anak-anak tumbuh bersama kemajuan jaman ini.

“Hallo, Assalamualaikum!!!!… lagi apa anak cantik ayah?”
Dilayar handphone nggak ada jawaban, hanya wajah lucu anak kicik yang merengut, bibirnya tertutup, tangan dilipat dan wajah membesi…. ngambek dari sonohnya. Karena tau ayahnya nggak pulang malam ini karena harus tugas di Jakarta hingga esok hari.

“Sayangkuuu……”

Tetep nggak ada jawaban dan anak kicik bertahan dengan wajah cemberutnya.

Akhirnya sesi video callpun berakhir tanpa ada sebait kata dari anak tercinta. Hanya doa dari istri tercinta agar tuntas tugas dan pulang dengan segera.

***

Esok harinya, sore yang cerah menemani kembalinya raga ini ke rumah. Baru saja membuka pagar depan rumah.

Teriakan, “Ayaaaah!!!….” memberi rasa bahagia tiada tara. Tangan mungilnya terbuka sambil berlari menyongdong kahadiran ayah tercinta dengan wajah ceria.

Secepatnya dipeluk dan digendong, terasa kehangatan kasih sayang menyeruak dan menelusup direlung rasa, memenuhi syaraf dan pembuluh darah hingga akhirnya membuat dopamin bergerak di otak wujudkan sensasi bahagia yang harus disyukuri bersama.

Ternyata, kemajuan teknologi hanya menjadi pendukung atau sarana menjaga kedekatan dan pola asuh anak di usia golden age-nya. Karena kedekatan hakiki dan nyata yang akan menjaga stabilitas emosional anak dengan orangtuanya. Bukan gunakan gadget atau peralatan canggih lainnya sehingga anaknya ‘anteng’ sementara ayah ibunya juga sibuk dengan smartphonenya atau tv kabelnya.

Yuk luangkan waktu lebih banyak untuk menemani anak diwaktu senggang atau libur. Ajak bermain dan bercengkerama tanpa membawa atau memainkan jemari diatas kibod virtual di smartphone kita..

“Bisa?…. “
“Susah euy”
“Itulah tantangan kita”

Harus kita perjuangkan sodara-sodara, di Thailand sudah sejak tahun 2014 kampanye
‘Technology Will Never Replace Love’

“Caranya ??”
“Ya itu tadi, puasa hape… eh berenti sejenak mainin hape atau smartphone dan ajak bercanda serta bermain anak-anak kita semaksimal mungkin……”

Apalagi menurut penelitian, dimuat di The New York Post, November 2017, menyebutkan di Amrik sana, rata-rata 8 menit orang-orang mengecek Handphonenya.. bahkan studi lain menyebutkan 1 dari 10 orang mengecek handphonenya setiap 4 menit. Sementara studi di Inggris rata-rata warganya mengecek handphone 28 kali sehari… (The Great Shifting; hal 50;2018)

“Coba kita berapa menit sekali?… jangan-jangan lebih parah xixixixi.”

***

Jadi mulai sekarang, lawan ketergantungan kita kepada handphone atau smartphone kita. Kendalikanlah bukan kita yang dikendalikan…

Semangaaat!!!!
Selamat mencoba. Wassalam (AKW).

Leleson – fbs

Hoyong mah geura leleson, ari pék téh…..

Akwnulis.com. Jakarta. Jalan Kemang Raya Jakarta haneuteun kénéh dina wanci ngadeukeutan indung peuting, tapi awak geus rangsak pasiksak kudu gancang digolèrkeun bisi jadi matak. Teu loba carita, kopi disuruput, mayar tuluy ngingkig balik ka hotél.

Asup kana lift, awak geus tingsariak, “Ulah harééng, cageur cageur cageur” Uing ngomong sorangan, sugan jadi du’a.

Kaluar tina lift, méngkol ka kénca tuluy leumpang ngaliwatan koridor, simpé jeung rada paroék. Ah lahaola wé, “Aing manusa mahluk mulya.”

Anjog ka hareupeun kamar 321, pas kartu éléktronik rék diantelkeun kana gagang panto, “Ih geuning méléngé, canggih yeuh, can antel geus muka”
Panto dibuka, Uing asup da teu kuat hayang geura leleson.

Ari bus ka kamar, “Awwww…….” dua wanoja nu keur papuket ngajorowok tarik, rikat ngarurub awakna maké kampuh. Uing ngaheneng, olohok mata simeuteun. Kaciri dina méja gigireun, kartu panto kamar, nomérna 323. (AKW).

Move On RBI

Pengen curhat biar cepet move on…

Photo : The Grey Millenial

Jakarta. Disaat kawan lain Peserta RLAXIV di Kabupaten/Kota ikut bangga melihat kami sudah bersua dengan mentor sekaligus bos dan diposting di medsos bos, disitu ada rasa nyesek membara karena momen yang ditampilkan itu adalah dokumentasi patah hati, konsep ideal yang dicoba dikerjakan disela kesibukan masing-masing seakan musnah berganti kegalauan…. dan itu kenyataan yang musti dihadapi.

‘Gudang Gandeng’ sudah menjadi konsumsi publik via medsos bos dan mungkin menjadi viral, sementara untuk itu, aku ikut bangga.

Tetapi tataran implementasinya harus dibangun kembali dari puing-puing keriuhan tadi pagi. Kembali menyusun puzzle dan mengubah mindset serta pandangan agar lupakan objek tempat awal dan menuju tempat sesuai arahan bos meskipun konsep idealis menjadi menjauh dan meringis, sadis.

***

Perencanaan harus dibuat day by day, karena sebelum 1 November adalah batas dari RBI harus tuntas. Maka :

1. Jangka pendek adalah manajemen even di Area GOR Saparua dengan tema anak muda, extreme sport, kuliner & leasure. Terdapat 5 poin yang harus kita cermati bersama :
a. Tempat dipinjemin ke Tim kang Eben by even;
b. Kebersihan dan keamanan disupport pemprov;
c. Perijinan even disupport pemprov;
d. Subsidi anggaran untuk even;
e. Manfaatkan sarana pemprov u branding even seperti di Medsos pemerintah, media luar ruang punya pemprov hingga bilboard di Bandara.

Berarti harus segera diputuskan segera dan bagaimana, karena pihak Kang Eben sudah siap bantu.

Termasuk pertanyaan terkait, “Apakah bisa, skateboard fasilitasnya dibangun di sudut kiri utara serta alihkan peralatan yang berada di area Taman Jomblo?”… belum berani jawab.

Konsep Kang Eben cs adalah mengembalikan peran saparua di barudak bandung (de javu) sebagai pusat kumpul para generasi millenial dan juga grey generation (generasi rambut abu2/huisan yang berjiwa muda… seperti peserta RLA XIV dari pemprov Jabar) dalam satu even yang akrab kekeluargaan tapi menghasilkan nilai kreatifitas, kebersamaan serta nilai ekonomis realistis.

2. Jangka menengah adalah rekomendasi Untuk mewujudkan ‘Gudang Gandeng’ di 7 titik Kab/kota di Provinsi Jawa Barat berdasarkan data dari Bu Novi-BPKAD.

Pertanyaan mendasarnya adalah :
a. Bagaimana skema kerjasamanya? BOT, BTO, Sewa dan sebagainya;
b. Berapa lama masa kerjasamanya? Ini berhubungan dengan hitung-hitungan terhadap revenue;
c. Bagaimana tata hubungan selama kerjasama sehingga tidak muncul intervensi buta dari pemerintah?
d. Apakah harus serempak dilakukan atau bisa bertahap di 7 titik?

Diskusi masih berlanjut guys, tetapi yang pasti ada 1 nilai dari bu novi yang bisa diamini serta disepakati yaitu : Aset Pemprov diharapkan tetap terpelihara, terjaga dan termanfaatkan terutama bagi masyarakat sekitar serta pemprov jabar. Konsep ‘Gudang Gandeng’ ini kembali terasa menggaung, sebuah area yang lengkap, baik outdoor ataupun indoor dengan fungsi sebagai inkubator, co-working space makerspace dan creative space, yang menyisir generasi millenial dengan kelebihannya berupa connected, confident dan creativity.

3. Jangka panjang adalah merawat keberlanjutan ‘Gudang Gandeng’ di semua titik di kab/kota di Provinsi Jawa Barat dengan ragam dan cara pengelolaan sesuai dengan karakteristik daerah dan dikelola oleh OPD terkait sesuai tupoksi OPD masing-masing.

Udah dulu ah, sekarang sudah mulai #moveOn meskipun air mata masih menetes melewati pipi yang penuh harapan dan akhirnya harus disimpan dalam benak terdalam dengan filling data berkode ‘Pahlawan70’… Merdekaaa!!!!

Semangat perubahan.
Hidup RLAXIV
Hidup RBI Jabar
Hidup Gudang Gandeng.

Wassalam, 23:02 Jakarta. (AKW).

***
Catatan : Makasih yach, udah baca curhat ini. Amiin.

Kolam Renang Grand Inna Padang

Nongkrong di Kolam Renang Kota Padang

Photo : Suasana sore di kolam renang / dokpri

Sebuah fasilitas hotel yang berusaha untuk dinikmati adalah kolam renang alias swimming pool.
Bukan berarti harus nyebur bin ngagejebur tapi menikmati suasana damai memandang birunya air sambil nyruput segelas espresso adalah sebuah kenikmatan tersendiri.
Itu yang terjadi di salah satu hotel di Kota Padang tepatnya Hotel Grand Inna Muara yang terletak di Jl. Gereja No 34 Padang Bar, Kota Padang.

Bukan tidak ada keinginan nyebur dan menikmati kesegaran air kolam, tetapi kesempatannya belum tiba guys.

Pertama, karena jadwal acara yang padat, nggak lucu khan tiba2 menghilang demi berenang. Trus klo malam hari setelah acara usai, giliran kolam renangnya tutup, karena operasionalnya jam 07.00 wib sampai jam 20.00 wib, tanggung khan?

Kedua, kebetulan nich badan agak menurun kondisinya, kurang fit, batuk pilek. Udah hampir seminggu, harapannya dengan penugasan ke Padang ini bisa sembuh karena bisa sambil beredaar….. eh ternyata di pesawatnya selama 2 jam dengan AC yang dinginnnnn…. menembus jaket serta baju yang dipakai, melanggengkan batuk pilek hingga berada di Kota Padang.

***

Photo : Segelas espresso di bibir kolam renang / dokpri

Jadi cara menikmatinya adalah….. ngopi kopi panas… pilihannya espresso di cafe kecil kolam renang sore-sore menjelang magrib disela-sela istirahat menjelang makan malam.

Klo belum puas, tambah americano atau longblack, memang penyajiannya agak lama karena dibuat di restoran hotel yang lokasinya sebelah dalam. Tapi ga papa… nunggunya bisa sambil ngelamun ditemenin riak segar air kolam.

Belum puas juga ngopinya?…

Tinggal keluar hotel, mlipir kiri jalan besar… 400 meteran nyebrang, ada namanya Cafe EL’S, disitu tinggal ngopi banyak pilihan, penasaran?.. ini tulisannya : Ngopi Takengon Longberry Coffee.

Photo : kolam renang lewat magrib / dokpri.

Ngobrolin kolam renangnya memang kecil sih tetapi untuk fasilitas pelengkap hotel ya lumayan. Ada 2 kolam kecil untuk anak dan kolam dewasa berbentuk lekuk-lekuk dengan kedalaman 1,5 meter, cukuplah buat ber 5 orang dewasa. Ditambah terdapat pohon-pohon penyejuk, kamar mandi buat ganti baju, shower juga offcourse…. handuk sebagai fasilitas.

Jangan lupa sebelum ke kolam renang, lapor dulu ke resepsionis sambil liatin kartu kamar. Ntar dapat secarik kertas yang akan digunakan buat dapetin handuk di petugas kolam renang.

Gitu dulu ya guys. Wassalam (AKW).

Ngopi Takengon Longberry dkk di Kota Padang

Akhirnya bisa menikmati manual brew di Kota Padang, yummy…

Akhirnya di hari ketiga yang merupakan hari terakhir bertugas di Kota Padang, sempet juga icip-icip kopi beneran.

“Lha coffee break tiap hari sama pas sarapan di hotel khan ready coffee mas bro, kagak bersyukur ini mah!!!” Suara geram menimpali keinginan ini.

“Maafkan jika pilihan kata-katanya kurang berkenan, euh.. belum minum kopi asli yang langsung di grinder trus seduh manual… itu maksutnyaah!”

“Ah dasar kau, maniak kopi!!”

Aku hanya tersenyum simpul, memang klo minum kopi dari hari pertama udah donk. Tapi kopi yang udah tersedia di hotel.. daan.. lumayanlah.

Photo : Segelas Espresso ala Gran Inna resto/dokpri

Trus nyoba segelas espresso buatan restoran hotel, rasanya nikmat.. tapi standar karena memang dibuat oleh mesin ‘yang tidak berperasaan’. Yang bikin menyenangkan adalah nyrupuut espressonya di pinggir kolam renang, suasana berbeda dan tenang….

***

Naah… giliran menikmati kopi beneraaan.. eh kopi manual brew… itulah cerita di hari terakhir.

Photo : Segelas Takengon Longberry hasil V60/dokpri.

Cafenya deket banget dengan Hotel tempat nginep, tapi karena jadwal yang padat nggak keburu mampir hingga akhirnya bisa terlaksana di hari terakhir. Namanya EL’ S Coffee, bangunan yang elegan dan suasana yang cozy. Disaat memasuki pintu depan, suasana keramahan terasa menyapa. Dan… ahaaa….. jejeran biji kopi yang disimpan dalam wadah kaca besar begitu menggoda… ini dia.

Sebenernya banyak juga menu lainnya, tetapi tujuan utamanya adalah ngopi manual brew donk… untuk pelengkap pesan 1 porsi spaghetti Carbonara dan minumannya lemon-grass honey.

Photo : Spaghetti Carbonara ala El’s Cafe/dokpri.

Kesempatan pertama adalah Kopi Takengon Longberry. Sambil menunggu hadirnya sang kopi, pesen dulu Spagheti Carbonara… wuiih berlemak dan berkeju… nggak dibahas ah. Khan moo bahas kopi.

Akhirnya…. setelah menanti 15 menitan, datang juga bejana hario berisi hasil V60 Kopi Takengon Longberry dan segelas kosong sebagai alat menikmati, atuh nggak lucu kalau diminum langsung dari bejana harionya, ntar disangka kesurupan.

Glek…. slrup….. Wuiih cairan kopi memenuhi mulut menenggelamkan lidah yang sudah haus dengan rasa kopi beneran yang di seduh manual secara langsung. Aroma fruitynya tercium meski tidak terlalu harum, body medium dan acidity hampir medium tersisa sejumput rasa asam dibawah lidah dan bertahan beberapa menit setelah cairan kopi lewat menuju lambung dan perut. Untuk taste notenya rasa asam dan sedikit karamel serta ada sedikit atau selarik rasa berry.

Photo : Sajian hasil V60 Wamena coffee/dokpri.

Sebagai bagian dari evidence based bukan hoax maka photo atau video menjadi kewajiban. Meskipun akhirnya hanya photo-photo yang tersaji karena keterbatasan kuota dan kemalasan edit video yang butuh tenaga, waktu serta pemikiran ekstra.

Karena ini adalah saat-saat terakhir di Kota Padang maka ngopinya dilanjut. Pesen lagi manual brew V60 kopi Wamena… mungpung disini.

“Kenapa nggak nyoba kopi Padang?”

“Itu dia, ternyata yang disediakan hanya arabica solok saja dan itupun habis, Jadi… kopi yang ada ajaa…”

Tapi sayang Kopi Wamenanya agak sulit mendeskripsikannya, mungkin udah kekenyangan atau kesalip rasa kopi Takengon Longberry?… padahal udah minum dulu air mineral untuk menetralisirnya.

Jadi body-aciditynya dan tastenya nya bercampur, jadi rasa lumayan.. enak we lah.

Begitulah, segores pena digital tentang petualangan ber-kopi di Kota Padang. Wassalam (AKW).

Kuli-ner di Kota Padang

Kuli sambil kuli-ner di Kota Padang…

Jadwal siang begitu padat sehingga tak sempat untuk beranjak dari tempat acara. Maka malam hari menjadi pilihan alami, untuk beredar mencari makanan yang ada di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat.

Judul resminya ikutan jadi perwakilan peserta ‘Konreg-OPSDA Wilba’ … panjang kan?
Singkatan dari Konsultasi Regional Operasional dan Pemeliharaan Sumber Daya Air yang digawangi sama Dirjen Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri.. ntar ah laporannya, sekarang balik lagi ke makanan dan minuman yaaa cekidot.

Pertama, rendang dan ikan. Nggak nyari diluar soalnya makan siang dan makan malam di hotel Grand Inna Muara juga ada, dan rasanya nikmat..

“Ah Lu mah enak melulu, nggak rame’ Sebuah komplen menghembus di telinga. Nggak pake lama dijawablah dengan sok bijaksana, “Bukan salahku bro, buatku makanan itu hanya dua pilihan, nikmat dan nikmat bingiiit…”

“Ah Lu bisa aja….”

***

Sesaat malam menjelang, belum bisa keluar area hotel karena acara pembukaan masih berlangsung… sudah elekesekeng (Nggak betah duduk. Bahasa sunda).

Akhirnya… jam 22.30 wib acara kelar dan…. cussss segera keluar hotel, apalagi dianter dan disopirin langsung sama Kepala Balai DAS Agam… (kebetulan nebengers, diajak sama Pa Kadis Kehutanan)…

Jadilah menikmati kuliner kedua di Kota Padang, yaitu Sop Durian… uuuh Yummmy…… dilanjut sepiring Sate Padang dengan kuah khasnya yang penuh rasa rempah menghangatkan hati dalam suasana kekeluargaan.

Dilanjutkan Ketiga adalah Durian dan ketan… awww.. ‘Awas Kolesterol!!’, tapi ….. sesuai arahan Gubernur Sumbar Bapak Irwan Prayitno disaat Acara pembukaan, “Jangan takut para hadirin, semua makanan di Kota Padang tidak ada kolesterolnya, selamat menikmati. Kolesterol itu adanya di Laboratorium”

Di daerah Ganting Kota Padang bersua dengan pedagang durian. Meskipun bukan musimnya, tapi ada pasukan durian dari luar Sumbar..
Lagian aku mah rumus yang tadi… pilihan hanya 2, enak dan enak bingiiit.

Segera menikmati si buah harum berlemak, tak lupa mencomot ketan bertabur parutan kelapa… nikmaat, lupakan diet dulu yaa.

Nyam
Nyam
Nyam…..

Akhirnya lewat tengah malam baru bisa kembali ke hotel dengan perut kenyang dan hati was was hehehehe… takut kolesterol.

***

Keempat adalah Roti Jhon, kedainya di pinggir jalan sebrang hotel. Harganya 26Ribu yang kecil dan yang besar 45Ribu dengan aneka tambahan topping seperti sosis, mozarella dan daging.

Karena yang besar sudah habis, maka pesen yang ukuran kecil…. ternyata besarrrr juga lho.

Konsepnya adalah makanan Amrik sonooh… Hotdog. Tapi dinaturalisasi dengan konsep lokal dengan namanya berbau bule, Roti Jhon.

Ukuran kecil ini jadinya 7 potong, bisa buat bertiga lho.

Kelima, ngopiii…. mulai dari kopi pembagian hotel di cangkir putih, espresso panas sambil nongkrong dipinggir kolam renang hingga akhirnya Kopi beneran….. penasaran?.. klik ajaNGOPI di PADaNG…. monggo.

…. bersambung.

Belajar ‘Masa Bodoh’

Bersikap masa bodoh itu ternyata ada kitabnya pren, cekidot.

Akwnulis.com, Padang. Duduk di deretan kursi emergency pesawat Boeing 373 Maskapai penerbangan Express Air, begitu melegakan. Memberi ruang kebebasan bagi kedua kaki karena bebas menari tanpa menumbuk belakang kursi penumpang pesawat di depannya.

Perjalanan 2 jam ini juga yang menuntaskan membaca sebuah buku berjilid orange yang miliki judul provokatif ‘Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat’ Karya Mark Manson yabg diterbitkan 2 tahun lalu (2016) di New York, AS oleh Penerbit HarperOne… tentu dalam bahasa inggris.

Yang tuntas dibaca sekarang adalah versi terjemahan terbitan PT Gramedia Widiasarana Indonesia Cetakan VIII, Agustus 2018 dialihbahasakan oleh F. Wicakso. Untuk sampul tidak jauh berbeda dengan versi aslinya.. cuman beda bahasa saja… Ya iya atuh ih.

***

Siapa Mark Manson?”
“Mengapa buku karya perdananya menjadi buku terlaris versi Newyork Time dan Globe & mail?”

Dua pertanyaan yang menggantung, tetapi kembali ke judul…. “Masa bodoh ah, baca aja”

Maka disela kesibukan kerjaan sehari-hari, buku orange ini ikutan menjadi kawan sejati karena belum baca ampe habis. Termasuk rapat malam hari bersama bos besar, sambil menunggu tamunya hadir, buku ‘Seni Masa Bodoh’ ini sambil dibaca dan di nikmati.

“Buku apa itu?” Suara berat Bosku menyentak keseriusan membaca buku dan membuyarkan gaya masa bodohku.

Ini buku baru bos, buku masa bodoh!”

“Liat!” Segera buku orange ini beralih, dilihat jilidnya, jidat Bos sedikit berkerut. Dibalik sampul belakang, baca sinopsinya. Trus buka-buka beberapa halaman, lalu muncul komennya, “Buku apa ini?, nggak ilmiah! Baca buku itu yang berbasis riset jangan asal nulis!”

Aku hanya tersenyum dan terlintas satu kalimat indah di kepala, “Ah masa bodoh, aku suka buku ini dan akan dituntaskan membacanya.”

Segera buku orange ini disimpan, dijauhkan dari jangkauan Bosku karena meeting malam segera dimulai… jengjreng.

***

Buku ini menjadi pelepas dahaga setelah sebelumnya mendapatkan pencerahan dari The Legend Bapak Indrarto sewaktu sarapan eksklusif di Hotel Polonia Kota Medan beberapa waktu yang lalu, tepatnya tanggal 30 Agustus 2018.

Beliau memberi sebuah tips jalani kehidupan dan berbahagialah dengan prinsip, ‘Jika Kamu sudah menemukan suatu kebenaran, maka Yakinilah dan Masa Bodoh dengan urusan lainnya’ termasuk memberi bocoran tentang referensi buku ‘masa bodoh‘-nya berjudulBo Wero’yang hingga tulisan ini dibuat, belum berhasil menemukannya.

***

Buku Mark Manson ini menawarkan sebuah ide yang memaksa kita untuk memaknai kembali kehidupan ini dengan bahasa yang provokatif tapi efektif, yaitu ‘masa bodoh’.

Jadi bakalan seru baca buku ini bagi yang pengen belajar ‘masa bodoh’, karena akan terjadi pertentangan alami antara sikap ‘masa bodoh’ dengan keinginan untuk membaca buku ini.

Jangan salah… halaman awal buku ini membuka wawasan tentang Charles Bukowski, konsep lingkaran setan, sampai juga ke pemikiran Albert Camus hingga Hukum Kebalikan Filsuf Alan Watts… dan banyak lagi.

Secara maknawi hakiki, di halaman 15 dan beberapa halaman selanjutnya langsung mengingatkan tentang prinsip regiliusitas yakni mengingatkan kefanaan, mahluk yang bernama manusia itu semua sedang antri menuju titik akhir kefanaan yakni Kematian.

“Penasaran?”

…………. teng….. (sunyi tiada jawab)

“Jangan masa bodoh dulu pren, minimal munculkan rasa penasaran buat baca buku ini,… klo nggak niat beli… aku pinjemin dech”

***

“Para penumpang yang terhormat, kita semua sudah mendarat di Bandara Internasional Minangkabau….dst”

Pengumuman merdu dari sang pramugari Express Air menuntaskan pembacaan ide ‘masa bodoh’nya Mark Manson, sekarang nggak boleh masa bodoh dulu, harus turun dari pesawat jangan sampai terbawa kembali oleh pesawat yang akan terbang menuju rute selanjutnya. Wassalam (AKW).

***

Klo moo nyari bukunya di Toko buku, warnanya orange, judulnya :

Sebuah seni untuk bersikap bodo amat (The Subtle Art of Not Giving a F*ck)
Pendekatan yang waras demi menjalani hidup yang baik.
Karya Mark Manson.

***

Kolam renang Yats Colony Yogyakarta

Berenang riang berbalut kehangatan & keceriaan keluarga di Yogyakarta

Akwnulis.com, Jogja. Birunya air kolam renang berpadu dengan keteduhan menjadi kombinasi indah nan nyaman. Memberi makanan bergizi bagi jiwa yang haus hiburan setelah berjibaku terus dengan pekerjaan dalam jubah kehidupan.

Suasana teduh dan damai adalah obat penenang hakiki, kebersamaan bersama keluarga menjadi semakin terpatri, goreskan tinta emas kehidupan yang mewarnai detak waktu menuju masa depan.

Disinilah sebuah kolam renang yang didesain sedemikian rupa, menjadi daya tarik dan penyempurna sebuah hotel keluarga yang homy banget, makanannya enak, pelayanannya ramah meskipun untuk mendapatkannya perlu berjibaku dulu dalam pertarungan pemesanan online yang nggak kenal belas kasihan.

Bentuk kolam renangnya berkelok-kelok dengan kedalaman berstrata. Untuk dewasa kedalaman hingga 1,5 meter. Ada juga untuk bermain anak dengan dalam 50 cm plus yang paling aman dengan kedalaman 25cm… khusus buat bayi dan balita. Ada juga seluncuran mini buat anak-anak, menyenangkan. Meskipun klo banyakan yaa…. duk dek eh sempit. Tapi over all…. sangat menyenangkan bermain air apalagi bersama keluarga besar.

Akses kamar yang langsung ke kolam renang dilengkapi teras private buat berjemur…. lengkap dengan handuk renang…

Tapi tetep, anak kecil harus full pengawasan khawatir tenggelam karena tidak ada safeguard.

Berdampingan dengan kolam renang terdapat sofa melingkar berwarna eyechatcing, orange. Cukup buat 8 orang dewasa kongkow-kongkow dan bercengkerama.

Trus malam hari suasana kolam renang terlihat lebih indah dengan hiasan lampu di dalam kolam memunculkan efek romantis religius… apaa seeh?

Romantis religius itu maksudnya suasananya syahdu semanis cinta tetapi tetap memegang teguh prinsip-prinsip agama… “Wadduh pemaksanaan pengertian ini mah.”

“Ih gpp… inilah hak penulis untuk menuangkan karya, dan belajar bertanggungjawab atas apa ya g sudah ditulisnya, betulkan?”

“Iya deh.. terseraah!!”

***

Balik lagi ngebahas kolam renangnya, untuk waktu pemakaian… bebas lho… 24 jam kayaknya (soalnya nggak ngecek ke petugas hotel, tapi jam 23.00 masih ada yang kecipak kecipuk berenang kok… ihh jangan-jangan…)

Pokoknya mah instagramable dan cocok buat yang seneng narsis bin eksis.

Tambah lagi area kolam renang ini menjadi spot photo untuk profesional, maksudnya jangan kaget di samping jendela kamar depan kilam renang ada penampakan putri nan cantik jelita berbalut kebaya atau baju pengantin yang mewah mempesona.

Gitu dulu yaaach review kolam renangnya, met bersantai dan berenang di sini. Yang masih penasaran dengan hotel Yats Colony, gugling aja… tring. Langsung ada. Wassalam (AKW).

***

Info awal :
Yats Colony Hotel

Jl. Patangpuluhan No.23, Patangpuluhan, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55251.

Disarankan klo yang bawa keluarga, pilih kamar yang tipe Na room , itu akses langsung ke kolam renang, ada tempat berjemur private.

***

Met berlibur kawannn…..

Arabica Cangcuta versi 2.0

Dongéng kumplit asal muasal kopi Arabica Cangcuta.

Akwnulis.com. Anjog ka golodog kantorna, karasa ting sariak bulu punduk, “Euleuh jigana loba hodam di dieu mah lur”
“Ulah suudon waé Mang, éta mah salatri can panggih udud jeung cikopi” Udin mairan, Uing seuri koneng.

“Bapa kantun naék tétécéan, teras aya panto kadua, eta ruang Pa Hamdani.” Waleran écés ti neng resepsionis.

Karék gé rék keketrok, Hamdani geus ngabedega, “Wilujeng sumping Amang, hayu kalebet”

Tiluan ngiclik muru rohangan agreng, tempat gawé Jang Hamdani. Kapi alo nu jadi Péjabat di Bandung Raya.

“Ieu Amang leueuteun tas sayogi mangga diraosan. Abdi widi ngadamel heula kopi spesial kanggé Amang”
“Kayungyun pisan kasép, nuhun” Uing ngawaler bari tuluy cacamuilan. Bala-bala, géhu jeung leupeut pabeulit dina tikoro.

Teu nepi 10 menit, kopi asli ti Ciwidey geus dibawa ku Jang Hamdani, ditanggeuy sorangan. “Mangga diraosan Mang, kopi Arabica Ciwidey!”

“Cing urang cobian”
Ceg…
Suruput..

“Deuh nikmat pisan Jang, Bodina hampang, seungitna aya jeung nu écés mah haseum rasa buahna karasa, haseum pisan tapi nikmat, ieu nganggé kalita atanapi vi-sixti?”

“Nganggé vi-sixti Mang” Jang Hamdani ngawaler rada teu yakin. Ceuli jadi rebing, rada curiga.

Kopi disuruput ogé leueuteun nu aya bari nyarita salangbéntor. Bagja boga dulur jeneng, ngan urusan kopi mah rumasa masih panasaran.

“Jang, Amang ngiring ka jamban nya, palih mana?”
“Itu diluar Mang, mangga dijajap”
“Ih teu kedah, Amang tiasa keneh nyalira” Uing cengkat kaluar panto rohangan.

Réngsé kahampangan, ngahaja ngaliwat ka dapur. “Parunten, nuju ngaropi yeuh”
“Sumuuuhun pa!” Waleran réang dua pagawé nu keur ninyuh kopi maké saringan”
“Punten dupi tadi Pa Kepala, Bapa Hamdani ninyuh nganggé saringan ieu?” Uing panasaran.
“Sumuhun pa, anjeuna mah sok ninyuh nyalira upami kanggo tamu téh!”

“Oh muhun, hatur nuhun, mangga dikantun” Uing amitan balik deui ka rohangan Alo Hamdani.

***

“Jang Hamdani, nuhun pisan. Amang reueus boga alo jeneng ogé handap asor. Tuluy mangninyuhkeun kopi ku sorangan, mugi majeng salawasna, Amang amitannya rék tuluy ka Pasar Baru!”
“Sumuhun wilujeng Amang, hapunten bilih panampianna merenah”

Uing jeung Udin amitan, saacanna papisah, ngaharewos heula kana ceuli Jang Ramdani, “Engké deui ulah ngabohong ninyuh kopi maké vi-sixti, ari kanyataanna ditinyuh maké cangcut urut”

Uing seuri nempo beungeut Jang Hamdani pias tuluy tungkul, “Hampura abdi Amang”

“Kalem wé Jang, tong jadi pikiran. Heureuy éta mah, tapi da cocok pisan rasa haseum kopi Ciwidey jeung ngabayangkeun rasa cangcut urut heu heu heu”

Jang Hamdani tungtungna seuri konéng, tapi jangji dina haté rék diajar ninyuh kopi maké aturan nu sabenerna. Cag.

————

Disclaimer : Mohon maaf jika ada kesamaan nama, tempat dan jalinan cerita. Ini hanya bahasa fiksi dari penulis saja.