Gelaran Pilkada serentak sudah usai dilakukan, para pemenang versi quick count sudah bisa didapatkan. Meskipun tentu harus bersabar karena real count masih menunggu hasil perhitungan KPU sebagai lembaga resmi negara.
Pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan di 171 wilayah provinsi dan Kabupaten/Kota seantero nusantara ini adalah agenda luar biasa dan merupakan momen perdana pencoblosan dilakukan serempak.
Hasilnya?….
Ah jangan dibahas disini.. monggo googling aja. Sensitip hehehehe.
Yang paling penting mah… pelaksanaannya lancar dan aman.
***
Akw mah moo nulis sesuatu yang kebetulan berhubungan dengan pelaksanaan pilkada serentak ini lho…
Sebuah pesta yang dilaksanakan bersama dengan pesta demokrasi.
Lho emang ada pesta demokrasi?..
Jangan gitu ah, sebagian pihak menyebutkan hari pencoblosan itu adalah pesta demokrasi lho…
Akw mah ngobrolin pesta beneran alias hajatan yang ternyata selain memberi kebahagian bagi keluarga besarnya dan tetangga sekitar, juga bikin masgul bin dongkol orang lain yang lewat?
Lha kenapa dongkol?… macet yaa?
Exactly.. bener pisan 100 persen jawabannya.
Jadi…..
Pencoblosan bersama di hari rabu tanggal 27 Juni 2018 adalah hari kerja yang diliburkan berdasarkan keputusan presiden… ternyata selain di gunakan untuk pesta demokrasi juga pesta hajatan pribadi.. nikahaan..
Pelaksanaan nikahannya ini dilaksanakan dengan menggunakan jalan kampung yang merupakan altetnatif jalan dikala jalan arteri mengalami kemacetan.
Lakadalah…. kebenerannya adalah :
Pasca mencoblos di TPS sekitar rumah dilanjut sama istri ada urusan… agak buru-buru karena ada satu urusan penting dan jalanan utamanya macet, segera banting stir ngikutin jalur jalan alternatif versi gugelmep…. masuk jalan kampung..
Jreng… dihadapan tersaji panggung besar dengan hiasan bla bla bla…
Cekiit.. seketika mengerem dan terdiam, “Balik lagi udah tanggung, trus ini bisa lewat nggak ya?” Garuk garuk nggak gatal dech.
“Coba aja lanjut pelan-pelan kang” Istri nimpalin.
Eh tapi di depan terlihat ada mobil kecil bawa susu murni yang pelan-pelan menembus kerumunan orang-orang hajatan, “Semoga aku juga bisa lewat, Bismillah”
Gas di injek pelan-pelan mendekati kerumunan hajatan.
Orang bejibun pada pake batik, juga kebaya-kebaya seragam yang dipake panitia hajatan berseliweran serta ada icon hajatan yaitu pak Hansip atau Linmas. Mengatur orang serta lalulintas.
Alhamdulillah… perlahan tapi pasti, kami bisa melewati kerumunan orang-orang yang lagi hajatan…
Ternyata, panggung pengantinnya pinggir jalan dan kedua mempelai sedang sungkeman disaat kami lewat….. sebuah pengalaman hidup yang sangat berharga..
……kebayang nggak, pake mobil pas lewat depan pasangan pengantin yang lagi sungkeman… wow amazing…. tinggal buka kaca kiri mobil, salaman, ngucapin selamat dan masukin amplop… trus jalan lagi… delivery bingiit.
Tapi karena nggak dapet undangan nikahannya jadi cuman lewat saja… terdengar suara dari pemandu acara, “Anaking jimat awaking…. geura sujud ka ibu rama… eh halik.. halik aya mobil ngaliwat!!!, Anaking nu… dst”
Saya dan istri tersenyum melihat itu semua, ternyata antara pilkada langsung dan pernikahan itu ada kesamaan yaitu ada proses memilih dan akhirnya proses mencoblos.
Hanya saja proses pencoblosannya beda tempat dan beda waktu. Jikalau pilkada langsung mah jam 07.00 wib sd 13.00 wib, klo dalam pernikahan proses pencoblosannya fleksibel.
Selamat menjadi keluarga SaMaWa yaach.
Wassalam (AKW).