Cerita Ramadhan – Pentakbir Misterius

Acara Takbiran di Mesjid yang berakibat fatal akibat adanya Pentakbir Misterius. (Cerita terakhir edisi Cerita Ramadhanku tahun ini)

Photo : Ilustrasi suasana di dalam mesjid/dokpri.

Selepas ikut jamaahan shalat isya, kami… berlima sudah prepare phisik dan mental untuk melaksanakan tugas sebagai petugas takbir cilik di Mesjid Besar Gununghalu…..

Yup… umur kami masih cilik-cilik.. aku 10 tahun sama dengan Dade dan Hendra sementara Yayan dan Deden lebih tua 1 tahun… kami sama di kelas 4 SDN Gununghalu I dan SDN Gununghalu IV sekaligus sepengajian di pengajian rutin ‘Mang Ikin’ Mesjid Besar Gununghalu.

Tahun lalu kami masih anak bawang dan belum diberi kepercayaan sebagai petugas takbir karena dianggap masih kecil…. padahal kami semua memang masih kecil heu heu heu…

Nah tahun ini amanah tugas ini diberikan kepada kami untuk memback-up para orangtua yang tentu sudah standbye dari tadi..

“Allaaaaaahu Akbar….Allaaaahuakbar… Allaaaahu Akbar… Laaaa ilaaa haillallaaaah huwawlaaa hu akbar, Alaaaaahuakbar Walillaaaa ilham…”

Kalimat takbir saling bersahutan dan memberi getar kerinduan serta kesedihan… betapa ramadhan sudah pergi.. dan semoga bisa berjumpa dengan ramadhan tahun depan…

Eh tapi seneng juga… baju baru, banyak makanan, banyak angpaw… libuuur lagi…. ahhh senang nyaa.

Ba’da isya kami sepakat pulang dulu ke rumah masing2. Persiapan bawa perlengkapan.

***

Pukul 10.15 menit kami semua sudah berkumpul di mesjid. Mengelilingi beraneka makanan yang tersaji diatas nampan. Ada papais, kolontong, ranginang, rangining, opak, saroja,kulub cau, kulub hui, cuhcur, wajit, angleng, dodol, bugis, nagasari, kulub taleus, kurupuk jengkol dan beraneka wafer serta kue warungan lainnya. Dua buah mikropon sudah siap, yang satu sedang dipegang Dade yang begitu antusias menyuarakan takbir. Pa Haji Uye dan Pa Haji Enus juga masih ada serta beberapa bapak-bapak lainnya… tapi udah terlihat terkantuk-kantuk…. saatnya bertugass nich.

Oh iya air minum yang tersedia, 2 teko besar yang berisi air tawar dan teh manis. Trus kopi satu termos besar ditambah berjejer gelas besar berisi air nira (lahang) plus rokok yang disimpan di gelas juga… tapi itu haram buat kami. Rokok mah buat orang2 dewasa dan orangtua.

Klo pas nggak pegang mikropon.. ya makan.. nyemil hidangan… minum air nira dan kopi… ketawa2.. main bedug atau ‘ngadulag‘ ….
‘Dug dulug dug dag…. dug dulug dug dag...’ diiringi shalawat…

Tapi klo udah bosen… jadinya lagu “Aaku punya anjing kecil… ku beri nama (nyebut nama temen yang ada)… ketawaa.. mukul bedug dan kentongan… juga sembungi2 nyalain petasan dan mercon.. atau malah kejar-kejaran dalam mesjid yang begitu luas.. pokonya senanggg dech.

***

Waktu tak terasa beranjak hampir mencapai tengah malam. Kami berlima tetap bertahan bertugas hingga nanti pukul 01.00 dini hari dan berganti dengan akang2 di pengajian yang ternyata sebagian sudah datang… mungkin takut ketiduran.

Orang tua tinggal Mang Osid dan guru ngaji kami, itupun terkantuk-kantuk…. hingga jam 23.12 wib. Beliau berdua pamit pulang dulu..

Inilah saatnya…..

Jreng… kami berlima berkuasa atas 2 mikropon di mesjid besar ini. Rebutan mix dan berlomba mengumandangkan Takbir semerdu mungkin. Suara cempreng kami membahana atas bantuan 4 Toa (Merk speaker jaman harita) yang terpasang di atas menara mesjid… bergema ke pelosok kampung dan menggetarkan yang mendengarkan… ahaay lebay.

Lewat tengah malam. Kami mulai kelelahan dan kekenyangan… tapi teriak di mikropon terus dikumandangkan..

“Allaaahu akbar… Allaaahuakbar… Allaaahh akbar… laaaila haillallah huwallahu Akbar… Allaaaahuakbar walillaa ilham.”.. meskipun dengan suara mulai serak.

***

Disaat kami berlima sedang ngariung di tengah mesjid, sudut mataku melihat gerakan sesuatu di luar samping kanan mesjid.. “Hei ada orang diluar, siapa ya?”... wajah kami berlima agak menegang.

Maklum karena menjelang akhir bulan ramadhan ini agak rawan pencurian.. termasuk kencleng mesjid disikat. Jadi kami langsung curiga pas liat ada seseorang mengendap-endap. Aku dan Yayan beringsut perlahan, berjingkat menuju ke kanan mesjid….

Deg.. deg.. deg… deg.

Ternyata… sosok yang sudah dikenal. Mang Yaya. Sedang mengendap-endap menuju tempat wudu… “Kirain siapa” “Iya euy, udah tegang gini” Kami berdua menarik nafas lega dan kembali beringsut menuju ruang tengah mesjid, mikrofon menunggu.

Berlomba melantunkan takbir di malam kemenangan.

***

Tengah malam baru saja terlewati, kami berlima sudah kelelahan dan hampir kehabisan suara. Orang dewasa dan orangtua sudah tidak ada di mesjid… kami berusaha melanjutkan tugas mengumandangkan takbir dengan sisa-sisa tenaga.

‘Tring!!!….’

Sebuah ide brilian muncul di otak ini.

Aku bergerak keluar lingkaran dan menuju halaman mesjid sebelah kiri. Benar saja Mang Yaya sedang lakukan gerakan sholat…. diluar.. di emper mesjid.

Perlahan didekati. Ditunggu hingga sholat sunatnya usai.

Setelah selesai sholatnya, Aku merapat, “Mang maaf, hayu kita di dalam mengumandangkan takbir”

“Uaah uuh uuh” Mang Yaya menganggu dengan mata berbinar. Segera masuk ke mesjid bersamaku. Teman-teman bingung dan tidak percaya.

“Dri kamu ngapain bawa Mang Yaya ?” Dade nanya dan wajahnya tegang.

“Kalem atuh, kita khan udah cape. Ini ada bala bantuan, yaa kita kasih kesempatan dong” Jawabku tenang, Dade terdiam.

Tap… mikropon dipegang Mang Yaya, ……

“Uaaaaa..uwaaaaaauuuu!!!! Uh oahuuuuuu… oahuuuuuuuii!!!
Auuuuuuh oihuuuuuu!!!”

Kami bersorak berlima dan tertawa terbahak-bahak menyaksikan ‘Pembaca Takbir Dadakan’ yang begitu kocak dan semangaat…. tapi lafalnya nggak jelas. Karena memang Mang Yaya ini nggak lancar ngomong alias tuna wicara atau ‘pireu‘…. gayanya selangit.. mirip rocker internasional.

Berlima terpingkal-pingkal hingga airmatapun berderai…

“Uaaaaa..uwaaaaaauuuu!!!! Uh oahuuuuuu… oahuuuuuuuii!!!
Auuuuuuh oihuuuuuu!!!”

“Hahaha hahaha…..”

“Xixixixi…..”

Sambil mulut penuh opak dan ranginang, mulut terbuka lebar lihat adegan Mang Yaya megang dua mikropon sekaligus… Ajibb dech…

Hampir 15 menit Mang Yaya teriak2 nggak jelas karena memang sulit berbicara. Seantero kampung heboh karena menyangka petugas takbir sedang main-main.

Bapak ketua DKM, guru ngaji kami dan beberapa tokoh masyarakat tiba-tiba sudah ada dihadapan kami, terdengar suara menggelegar, “Berhenti Takbirnya Mang!!!!”
Mang Yaya terdiam, trus bergeser tanpa ekspresi… ngloyor aja keluar mesjid.

Photo : Suasana shalat Ied/dokpri.

Kami berlima serasa menciut, karena tatapan para orang dewasa yang tiba-tiba ada di mesjid tertuju kepada kami, tatapan tajam yang mengancam, mencekam.

“Kalian…. keluar semua sekarang juga.!!! Berbaris di kolam depan!!” Guru ngaji kami bersuara lantang. Kami berdiri dan berjalan menuju kolam depan mesjid.

Ternyata di luar mesjid sudah banyak orang, termasuk ibu-ibu dan anak-anak, padahal ini jam 01.00 wib lho…

“Ada apa ini?” Aku berbisik ke Deden. Eh ternyata terdengar sama guru ngaji kami, “Ini gara-gara kalian, semua warga terbangun karena suara Takbir ngaco dari speaker mesjid!!!!”

Kami berpandang-pandangan, lalu menunduk sambil tersenyum kecut.

***

Dini hari menjelang, dan kami berlima dihukum direndam di air kolam yang dingin menusuk kulit. Tidak lama sih, cuman 20 menitan…. cukup bikin badan menggigil dan otak membeku. Tapi yang berat itu denger ceramah, omelan dan doktrin dari guru ngaji kami serta bapak ketua DKM, katanya perilaku kami berlima itu salah besar.

Aku terdiam sambil bicara dalam hati, “Padahal niat kami baik lho…. memberi kesempatan kepada seseorang untuk ikut bertakbir… sekaligus penasaran klo yang nggak lancar bicara itu takbirannya gimana….”

Setelah kena hukuman, kami disuruh pulang ke rumah masing-masing dan besok pagi sudah siap di mesjid lagi untuk membantu panitia sholat Iedul fitri.

***

Hari lebaran sudah usai, dan di hari ketiga setelah itu, kami berlima kompak nggak ada suara.. alias peuyeuh bin peura.. serta badan panas dingin.. “Mungkin kualat kali yaaa?”

***

Beberapa kali berjumpa dengan Mang Yaya, orang yang baik dan mau bantu-bantu apapun tanpa minta imbalan. Memang tuna wicara tetapi Orangnya jujur dan polos serta sabar.
Beliau pasti langsung acungin jempol tanda ‘mantapppp‘.. plus gerakan tangan seolah sedang takbiran pake mikropon.

Lalu teriak…..

“Uaaaaa..uwaaaaaauuuu!!!! Uh oahuuuuuu… oahuuuuuuuii!!!
Auuuuuuh oihuuuuuu!!!”

“Maafkan Kami ya Mangg….”

Wassalam (AKW).

***

Catatan : Tulisan ini tidak bermaksud menyinggung saudara kita yang difabel tapi hanya sekedar berbagi kisah kenakalan masa kecil. Hatur nuhun.

Author: andriekw

Write a simple story with simple language, mix between Indonesian and Sundanese language.

3 thoughts on “Cerita Ramadhan – Pentakbir Misterius”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: