Kegelapan itu bukan melulu melahirkan ketakutan, tetapi dengan hadirnya gelap maka kita bisa menghitung seberapa terang suatu cahaya berpendar dan menerawang.
Tetapi memang otak kita sudah dibiasakan faham bersama bahwa dibalik kegelapan tersimpan ketakutan, kesedihan, kengerian dan kejahatan yang menjadi suatu alasan untuk menghindari, menjauh ataupun berusaha melupakan.
Kegelapan identik dengan hitam dan hitam itu diandaikan sebagai kegelapan.
Padahal..
Kegelapanlah yang menjadikan sinar bintang dan bulan begitu cemerlang.
Kegelapanlah sebagai batasan ukuran kehadiran cahaya yang penuh harapan.
Kegelapanlah yang memberi ruang kepada otak manusia untuk menghitung intensitas cahaya dan berbagai rumus lainnya sehingga dikenal e=mc’kuandrat’ nya Einstein atau Hukum Stefan Boltzman tentang radiasi kalor yang terkait benda hitam.
Termasuk keindahan alam dikala menjelang senja ataupun pagi menjelang dimana mentari bersiap berlabuh ataupun mentari kembali bersinar, butuh gelap agar moment itu kembali menjadi kenangan.
Satu hal yang pasti, disaat kegelapan menyelimuti bumi di waktu sepertiga malam, saatnya mengakses cahaya Illahi Rabb untuk bertaubat, bersujud, mengadu dan memohon dalam refleksi gerakan sholat Tahajud dan doa kepasrahan.
***
Selamat menjalani minggu terakhir ramadhan 1439 H, biarkan gelap menjadi pengingat dan menyongsong cahaya pintu maaf di awal bulan syawal dengan penuh khidmat.