Cerita Ramadhan – CENSi

Cerita Ramadhanku, nostalgia masa yang menyenangkan.

Sahur hari ketiga baru saja tuntas, aku masih bersandar di kursi tuang makan sambil meringis. Apa pasal?… karena terlalu semangat makan minum di kala sahur? Akibatnya kekenyangan. Perut kembung karena kepenuhan hingga terasa air minum yang masuk masih ada di tenggorokan.

Padahal makan sahurnya tidak banyak, hanya nasi, indomie goreng, perkedel kentang, daging rendang, tumis buncis, tahu goreng ditutup sama popmie dan segelas susu murni serta dua gelas air putih… eh lupa kurma 7 butir.

“Klo kekenyangan pas buka puasa sih wajar anak-anak, tapi klo kekenyangan sahur mah, teungteuingeun” Ujar ibunda sambil tersenyum penuh arti.

Aku mah diem aja sambil nahan rasa bunghak dan agak pengen muntah. Soalnya takut nggak kuat sampai magrib, padahal khan target tahun ini harus tuntas hingga 30 hari shaumnya, atau disebutnya cacap (b.sunda)

Obat kamerkaan (kekenyangan) ternyata sederhana yaitu terapi CENSi alias Centong Nasi. Caranya, aku tidur telentang dengan kepala diganjal bantal. Baju bagian atas dibuka, trus ayah ngurut dari mulai dada hingga ke perut dengan menggunakan centong nasi sambil baca doa…. juga agak neken tuh centong nasi ke perut.

Tring!…

Tak pakai hitungan menit, perut terasa enakan, nafas tidak tersengal dan rasa ingin muntahpun hilang.. alhamdulillah, terapi centong nasi berhasiiiil..

“Makasih ayaah”, Aku peluk ayahku lalu menyambar peci dan sarung serta sajadah. Bergegas menuju mesjid yang baru saja tuntas mengumandangkan adzan shubuh.

Sambil berjalan menuju mesjid, terang bintang dan rembulan masih setia menemani. Bintangpun berterima kasih kepada kegelapan, karena dengan adanya gelap maka sinarnya semakin cemerlang.(AKW).

***

Catetan : Ilustrasi photo diatas adalah centong nasi plastik, sebenernya pas baheula kejadian yang digunakannya centong kayu. Berhubung belum pulang kampung jadi ilustrasi centongnya seadanya. Maaf yaa.

Author: andriekw

Write a simple story with simple language, mix between Indonesian and Sundanese language.

6 thoughts on “Cerita Ramadhan – CENSi”

Leave a reply to Agung Fatwa Cancel reply